Soal Tepuk Pramuka Berbau SARA, Ini Tanggapan Tegas Yenny Wahid
Jika tindakan semacam itu yang sifatnya mengeksklusi warga negara lainnya dibiarkan saja, maka akhirnya akan tercipta sekat-sekat di masyarakat.

MONITORDAY.COM - Ramai di perbincangkan di media kabar adanya seorang pembina Pramuka yang mengajarkan yel-yel berbau SARA. Kabar itu tersebar berawal dari keluhan dari salah satu wali murid di media sosialnya ketika melihat anaknya diajarkan yel-yel tersebut.
Diketahui, peristiwa tersebut terjadi pada peserta peserta kegiatan Pramuka di SDN Timuran, Kota Yogyakarta pada Jumat (10/1). Yel-yel tersebut berbunyi "Islam yes, kafir no" yang disisipkan dalam tepuk Pramuka.
Menanggapi hal itu, Putri Presiden ke -4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid menilai tindakan tersebut akan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Karena itu, Ia mengecam tindakan seorang pembina Pramuka tersebut.
"Saya bukan hanya menyesalkan, tetapi juga mengecam kalau ada tepuk-tepuk semacam itu karena akan membuat perpecahan di tengah masyarakat," ujar Yenny, di Jakarta, Kamis (16/1).
Yenny mengingatkan, jika tindakan semacam itu yang sifatnya mengeksklusi warga negara lainnya dibiarkan saja, maka akhirnya akan tercipta sekat-sekat di masyarakat.
"Jadi, tidak ada kesetaraan lagi di antara masyarakat, padahal konstitusi secara jelas menjamin kesetaraan hak, apa pun latar belakang ras, suku, ekonomi, dan sebagainya," tutur pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu.
Senada dengan itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, sebelumnya mengatakan bahwa yel yang diajarkan tersebut tidak bisa dibenarkan. Menurut dia, di Indonesia tidak ada istilah kafir untuk disematkan kepada seluruh warga negara.
"Tidak betul itu, tidak tempatnya di situ dan tidak boleh mengatakan seperti itu. Di Indonesia tidak ada kafir," ujar Sri Sultan, di Yogyakarta, Selasa (14/1).
Sri Sultan pun menyesalkan tindakan pembina Pramuka itu. "Saya sangat menyesalkan itu terjadi," tukasnya.