Soal Rencana Impor Beras 1 Juta Ton, Ini Penjelasan Mendag Muhammad Lutfi

MONITORDAY.COM - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa rencana pemerintah untuk impor 1 juta ton beras merupakan bagian dari strategi dalam menjaga iron stock di Bulog, serta tidak akan menghancurkan harga di petani.
“Kita ini punya strategi, tidak boleh pemerintah ini didikte oleh pedagang, dipojokkan oleh pedagang. Ini bagian dari strategi untuk memastikan harga stabil, bukan ingin menghancurkan harga petani, tidak," kata Mendag, dikutip dari siaran pers, Selasa (16/3/2021).
Dia mengungkapkan, impor beras akan dilakukan berdasarkan pada dinamika stok dan harga di dalam negeri. "Ini harus diikuti oleh angka prediksi. Yang dirilis kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS), kita akan sedikit lebih baik dari tahun lalu, perkiraannya 31,33 juta ton beras," ungkap Mendag.
Selain itu, impor tersebut juga melihat dari harga. Apabila angka prediksinya bagus, tetapi harganya naik terus, itu mengharuskan intervensi dari pemerintah untuk memastikan harga tetap stabil.
"Kemudian juga adanya penugasan khusus, misalnya pengadaan beras untuk PSBB skala kecil atau untuk operasi pasar, ini yang menentukan stok-nya,” lanjut Mendag.
Dia menegaskan, bahwa rencana impor beras ini juga belum pasti berjumlah 1 juta ton. Ia memberi contoh kejadian tahun 2018, di mana pemerintah merencanakan impor sedikitnya 500.000 ton untuk iron stock.
"Namun rencana itu tidak terealisasi karena penyerapan gabah petani melimpah, sehingga tidak mengharuskan Bulog untuk impor," sambungnya.
Lebih lanjut, Mendag menegaskan bahwa tidak ada niat dari pemerintah untuk menghancurkan harga petani, terutama saat panen raya. Hal ini sebagaimana kritik yang dilontarkan banyak pihak soal rencana impor ini.
“Sebagai contoh, harga gabah kering giling petani itu tidak diturunkan oleh Bulog. Kalau diturunkan, itu baru bagian dari penghancuran harga. Tetapi ini tidak ada, stabil dari tahun ke tahun,” tegas Muhammad Lutfi.