Soal Ekspor Benih Lobster, Suhana : Tak Tepat Dari Segi Ekonomi dan Ekologi
Secara ekonomi benih lobster ini hanya akan meningkatkan daya saingnya Vietnam. Vietnam adalah negara pesaing, misalnya kita apa kalau kita mengirim benih ke Vietnam sama saja dengan mematikan produk lobster di pasar internasional karena Vietnam ini adalah negara pesaing kita di pasar internasional untuk lobster yang siap konsumsi.

MONITORDAY.COM - Tenaga Ahli Individual Bidang Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Suhana menanggapi terkait kebijakan pembukaan keran ekspor benih lobster yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Menurutnya, hal tersebut kurang tepat dari segi ekonomi maupun dari segi ekologi.
"Secara ekonomi benih lobster ini hanya akan meningkatkan daya saingnya Vietnam. Vietnam adalah negara pesaing, misalnya kita apa kalau kita mengirim benih ke Vietnam sama saja dengan mematikan produk lobster di pasar internasional karena Vietnam ini adalah negara pesaing kita di pasar internasional untuk lobster yang siap konsumsi," kata Suhana dalam Diskusi Daring Kopi Pahit bertajuk “Ada Apa dengan Lobster” yang diadakan oleh Monday Media Group (10/07/2020).
Lebih lanjut, Suhana menilai dengan dibuka kembali keran ekspor benih lobster, secara tidak langsung Indonesia meningkatkan daya saing produk lobster Vietnam di pasar Internasional. Sedangkan, Vietnam merupakan salah satu pesaing Indonesia di pasar lobster global.
"Pasar utama lobster konsumsi adalah China, jarak dari Vietnam ke China itu bisa ditempuh lewat darat. Sementara Indonesia kan tidak bisa, inilah sehingga kalau misalnya kita memberikan amunisi kepada Vietnam ini berbahaya justru akan meningkatkan daya saing mereka, sementara di kita mau mengembangkan budidaya nanti di pasar internasional kita babak belur sama saja ini tidak tepat dari segi ekonomi," jelasnya.
Selain itu, Suhana juga menjelaskan benih lobster memiliki peran penting pada rantai makanan ikan dalam ekosistem terumbu karang. Sehingga, eksploitasi benih lobster secara masif akan mengganggu keseimbangan rantai makanan ikan.
"Bagaimana kita menjaga keseimbangan ekosistem keseimbangan apa namanya keseimbangan rantai makanan yang ada di wilayah perairan khsusunya yang ada di wilayah perairan pesisir. kalau misalnya ini yang apa namanya kalau misalnya ini di eksploitasi dengan dalih untuk diekspor ini keseimbangannya akan terganggu," tambahnya.
Terkait secara ekologi, ia juga menilai hal tersebut akan mengancam daripada kelestarian sumber daya lobster dan mengancam rantai makanan yang ada di alam.
"Cukup yang diekspolitasi dewasa saja itu pun dibatasi, karena sekarang stocknya sudah sangat over eksploitasi yang tingkat yang dewasa," ungkap Suhana.
Di sisi lain, ia berharap pemerintah mengembangkan budidaya benih lobster dari hatchery, tak lagi langsung mengambil dari alam. Sehingga, dapat mengembangkan budidaya benih lobster di hatchery tak langsung mengambil dari alamnya.
Adapun, Suhana menyarankan pemerintah belajar dari kasus hilangnya benih bandeng di alam. Tahun 1973, nener masih tergantung pada pasokan alam sehingga di larang oleh Departemen Pertanian, namun pada sekitar tahun 1990-an nener bisa dibenihkan secara buatan akhirnya diperbolehkan ekspor kembali.
"Ingat bahwa kita punya pengalaman pahit, kita punya pengalaman pahit di ikan bagaimana dulu benih bandeng tahun 70-an habis di alam benih bandeng tahun 70-an habis alam, akhirnya tahun 73 itu dilarang diekspor," pungkasnya.