SMK PGRI Magetan Ciptakan Drone Agriculture untuk Petani
Guna menyongsong pertanian modern di era industri 4.0 yang serba cepat dan mudah, SMK Yayasan Karya Pembangunan (YKP) Magetan, Jawa Timur menciptakan sebuah inovasi di bidang pertanian yang diberi nama Drone Agriculture.

MONITORDAY.COM - Selama ini kegiatan pertanian yang melelahkan membuat para petani menjadi kurang produktif. Hal ini menyebabkan ekonomi di bidang pertanian tidak maksimal.
Karena itu, guna menyongsong pertanian modern di era industri 4.0 yang serba cepat dan mudah, SMK Yayasan Karya Pembangunan (YKP) Magetan, Jawa Timur menciptakan sebuah inovasi di bidang pertanian yang diberi nama Drone Agriculture.
"Dengan kehadiran alat ini (Drone Agriculture) kegiatan seperti memupuk dan menyemprot pestisida dapat berjalan lebih cepat dan efisien sehingga dapat mewujudkan swasembada pangan," kata seorang siswa SMK YKP, Krisna Bayu Pratama saat memaparkan Drone Agriculture dalam acara Pameran Produk Kreatif Hasil Pembelajaran Siswa SMK 2019 di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, pada Rabu (04/12/19).
Siswa yang masih duduk di bangku kelas 10 itu kemudian menjelaskan tentang spesifikasi dan kelebihan Drone Agriculture yang mereka ciptakan. Ia mengatakan, bahwa Drone tersebut berbahan fiber dengan berat 12 kilogram. Selain dioperasikan dengan Remote Control, Drone Agriculture ini juga sangat simpel, bisa dilipat dan mudah dibawa kemana-mana.
"Tak hanya itu, alat ini juga ramah lingkungan dan tidak berpolusi karena tidak berbahan bakar," ujarnya.
Sementara itu untuk kapasitas air, Drone Agricultur ini juga bisa menampung hingga 20 liter air. Untuk durasi terbangnya sendiri, Drone Agriculture ini dapat bertahan hingga 30 menit dengan kemampuan semprot sampai 1 hektar.
Siswa yang akrab disapa Bayu ini kemudian mengungkapkan, bahwa proses perakitan Drone Agriculture ini memakan waktu 4 (empat bulan). Sementara itu, tim yang mengerjakannya terdiri dari 8 orang siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan program robotik. Modal perakitannya sendiri, diakui Bayu, difasilitasi oleh pihak sekolah dengan menelan biaya hingga 80 juta rupiah.
"Saat ini, Drone Agriculture sudah diuji coba sebanyak 2 kali di lahan pertanian warga. Hasilnya cukup memuaskan," ungkapnya.
Kendati demikian, Drone Agriculture ini, dikatakannya, masih terus mengalami pengembangan.Terutama terkait 3 semprotan pada Drone yang masih manual dan rencananya akan diperbaharui menjadi otomatis.
Kedepannya juga, pihak SMK YKP Magetan berencana memperbanyak produksi Drone Agriculture ini untuk kemudian dikomersilkan dengan membandrol harga 75-80 juta rupiah. Selain itu juga, pihak sekolah membuka penerimaan jasa penyemprotan untuk lahan pertanian dengan biaya jasa hanya 50 ribu rupiah.
"Ini solusi untuk pertanian maju di era industri 4.0 yang serba cepat dan mudah. Mungkin kalau ada petani yang meminta jasa penyemprotan bisa ke kita," tutup Bayu.