Mendikbud: PAUD Ideal Punya Pendidik yang Mencintai Dunia Anak

Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam PAUD terutama dari sisi sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan kualitas buku-buku

Mendikbud: PAUD Ideal Punya Pendidik yang Mencintai Dunia Anak
Nadiem Anwar Makarim meninjau fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) KM “0” Kemendikbud yang baru saja diresmikan.

MONITORDAY.COM - Pendidikan anak usia dini (PAUD), merupakan fase penting pendidikan yang menjadi pilar utama pembentukan karakter sekaligus menjadi investasi penting sebuah negara.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, mengatakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ideal adalah memiliki pendidik yang betul-betul mencintai anak.

“Itu yang terpenting. Walaupun kondisi prasarana juga penting, tetapi hubungan kebatinan antara pendidik dan kualitas pendidik merupakan yang paling penting. Karena kalau tidak begitu, ujung-ujungnya nanti jadi tempat penitipan saja tanpa ada kualitas guru yang baik dan memiliki hubungan batin,” kata Mendikbud usai meresmikan PAUD KM “0”, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin (23/12/2019).

Lebih lanjut, Mantan Bos Go-jek ini menambahkan, bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam PAUD terutama dari sisi sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan kualitas buku-buku.

“Salah satu hal penting dalam SDM adalah adanya sistem penunjang antar pendidik PAUD, karena di jenjang PAUD tidak bisa hanya belajar melalui buku saja, melainkan suatu proses ilmiah di mana guru-gurunya harus bereksperimen dan mencoba hal-hal yang lebih inovatif,” terang Mendikbud.

Dilanjutkan Mendikbud bahwa harus ada perubahan paradigma mengenai buku bacaan anak.

“Selama ini kita suka menentukan anak itu harusnya baca apa padahal sebenarnya paradigma yang lebih penting adalah bagaimana cara agar anak itu mencintai membaca. Jadi sebenarnya harus child driven. Anak harus ditanya ingin baca buku-buku mengenai apa? Mengenai karakter-karakter favorit mereka, superhero favorit mereka, komik-komik favorit mereka,” ujar Mendikbud.

Apapun formatnya, kata Mendikbud, yang paling utama adalah anak cinta membaca buku.

“Jika anak belum bisa membaca diajak untuk membalikkan halaman-halaman buku sembari dibantu membacakan, tidak apa-apa. Yang penting dia bisa mengikuti gambar-gambar yang dia sukai. Paradigmanya dulu yang diubah, harus child driven artinya semua dimulai dari anak dan orang dewasa harus mendengarkan anak. Jadi literasi bukanlah tantangan untuk membaca dalam arti gramatika kebenaran membaca, menulis dan lain-lain, melainkan bagaimana agar setiap anak mencintai buku,” jelas Mendikbud.