Curitiba; Datang, Tenang, Menang

Curitiba adalah salah satu kota di negara berkembang, Brazil bagian selatan. Seperti kota pada umumnya, Curitiba awalnya memiliki permasalahan perkotaan yang dihadapi seperti kondisi kota yang crowded, penduduk miskin, kemacetan lalu lintas kota, permukiman kumuh, tingkat polusi udara yang tinggi, kondisi lingkungan yang kurang bersih, dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk.

Curitiba; Datang, Tenang, Menang
Timnas Karate Indonesia disambut wakil kedubes untuk Brazil dan masyarakat Indonesia di Curitiba. Foto: FKTI
Minda itu seumpama air di danau. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan.

SEKIRA pukul 08.00 malam, kami Tim Nasional Karate Indonesia di ajang Kejuaraan Dunia ITKF XX 2019 akhirnya tiba di Curitiba, Brazil. Perjalanan yang cukup melelahkan selama hampir 30 jam dari Jakarta akhirnya terbayar sudah. Apalagi setiba di Bandara, kami disambut wakil pihak kedutaan Indonesia di Brazil, Bapak Sudarsono beserta pihak panitia penyelenggara.

Beberapa orang Indonesia yang tinggal disana juga ikut menyambut, senang sekaligus bangga karena masih ada yang peduli kepada para atlit kita di luar negeri. Semoga kepedulian dan kepercayaan yang diberikan kepada kami bisa terbayarkan oleh prestasi.

Setelah melepas lelah dan berbagi kisah perjalanan panjang dari Tanah Air, kami langsung diantar pihak panitia ke tempat penginapan, tepatnya ke Hotel Slaviero Slim di Jalan Rua Deputado Miguel Buffara, Curitiba-Brazil.

Bahasa yang umum digunakan disini adalah bahasa Portugis, karena itu keberadaan google translate sangat membantu kami untuk berkomunikasi.

Selain soal bagaimana kami disambut, ada satu catatan mengesankan setibanya kami di Kota Curitiba. Kota ini begitu nyaman, asri, dan tenang. Mungkin, itulah kenapa panitia World ITKF Traditional Karate Championship memilih kota ini sebagai tuan rumah. Apalagi di dalam falsafah karate kami, ada yang namanya Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air). Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. 

Dalam konteks ini maka pemilihan Curitiba sebagai tuan rumah ITKF 2019 tepat sudah, karena ketenangan dan keasrian kota ini bisa melahirkan minda yang tenang.

Ya, apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

Curitiba adalah salah satu kota di negara berkembang, Brazil bagian selatan. Seperti kota pada umumnya, Curitiba awalnya memiliki permasalahan perkotaan yang dihadapi seperti kondisi kota yang crowded, penduduk miskin, kemacetan lalu lintas kota, permukiman kumuh, tingkat polusi udara yang tinggi, kondisi lingkungan yang kurang bersih, dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk.

Namun itu dulu, Sejak 1990 hingga saat ini pembangunan kota difokuskan pada pembangunan berkelanjutan dan mengintegrasikan wilayah metropolitan Curitiba.

Sistem transfortasi, redisign taman kota dan sistem daur ulang sampah menjadi fokus kota ini. Lebih dari itu, Curitiba menempatkan warganya sebagai subjek bukan objek. Karena itu setiap orang harus berkonstribusi dan sinergi. Penduduk Curitiba berperan aktif mulai dari proses perencanaan. Dengan turut sertanya masyarakat dalam pembangunan Curitiba terbukti meningkatkan dan memperkuat rasa solidaritas antar penduduk Curitiba serta penduduk memiliki kepedulian untuk menciptakan dan memelihara sistem yang ada sehingga dapat berjalan seperti pada sistem transportasi, daur ulang, pertamanan, rekreasi dan pendidikan.

Dengan keasrian dan ketenangannya, semoga kota ini tak sekadar memberi kami kenyamanan, namun juga kemenangan. Seperti diketahui, di ajang World ITKF Traditional Karate Championship kali ini kami membawa 3 atlit yang berasal dari Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) yaitu: Rizkya Destiawati Putri Asrori, Muhamad Fikriyan Hidayat, Muhammad Isra Muhyiddin.

Saya sendiri selaku Ketua Umum FKTI sekaligus Ketua Tim Kontingen ditemani oleh Damianus Ndaru sebagai Manager dan Aam Imanullah sebagai official juga akan mengikuti Konferensi ITKF tanggal 5 Desember 2019. Saya sangat berharap, jika ajang ini menjadi momentum untuk melakukan penguatan ITKF baik secara struktural maupun visi organisasinya, semoga. [ ]