SMK Penjaga Kelestarian Budaya Bali

Sejak berdiri, SMKN 1 Sukawati dimaksudkan untuk menjaga warisan seni-budaya Bali.

SMK Penjaga Kelestarian Budaya Bali
Foto; koleksi SMKN 1 Sukawati

DARI sekian banyak seniman, budayawan asal Bali, nama Ni Made Kadjeng mungkin kurang akrab di telinga siapa pun, termasuk warga Gianyar Bali sendiri. Ini lantaran Ni Made Kadjeng memang selalu menolak bila ada orang yang hendak mengekspose sosoknya. Dia selalu ingin berada di belakang layar.

Namun, soal perannya dalam menjaga kebudayaan Bali, nama Ni Made Kadjeng mestinya ada di urutan pertama. Karena bila tak ada Ni Made Kadjeng, maka bisa jadi warisan budaya Bali terkikis lebih cepat.

Ya, selain dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan, Ni Made Kadjeng juga adalah pendiri SMK 1 Sukawati. Sekolah kejuruan yang satu-satunya di Bali dan Indonesia yang memiliki keunggulan dalam bidang seni rupa dan kerajinan yang berbasis budaya dan sangat relepan dalam mendukung pariwisata Bali khususnya dan nasional pada umumnya.

Kepala sekolah SMKN 1 Sukawati, I Ketut Arka menuturkan, bila sosok Ni Made Kadjeng merupakan sosok yang low profile, namun punya semangat luar biasa dalam pendidikan khususnya SMK.

“Beliau adalah pendiri, sekaligus kepala sekolah pertama yang betul-betul berjuang dari nol. Hampir semua hidupnya ditujukan untuk membangun SMK Negeri 1 Sukawati,” ujarnya.

Sementara Putu Ngurah Alik Putra, keponakan Ni Made Kadjeng yang saat ini menjadi pimpinan di SMKN 1 Sukawati menuturkan, jika Budenya ini tiada lawan, melebihi laki-laki.
“Dia ni tidak ada lawan, melebihi laki-laki, baik sebagai pejuang maupun pendidik,” ujar bapak 3 orang anak ini.

Lebih lanjut, Putu Ngurah Alik Putera juga menuturkan, bila Ni Made Kadjeng selepas masa perjuangan menjadi kepala museum di Bali. Selama menjadi kepala museum itulah dia mulai berpikir, bila harus ada yang bisa meneruskan museum.

Untuk mewujudkan niat tersebut, Ni Made Kadjeng lalu menyulap aula di rumah dinasnya menjadi sekolah. Hampir semua gaji dan hartanya ia sisihkan untuk membangun sekolah ini.

“Saya ingat betul, bagaimana saya diminta Ni Made Kadjeng untuk mengambil gajinya dulu. Hampir semua gaji itu, ia peruntukkan sekolah tersebut,” kenang alumnus ISI Jogjakarta ini.

SMKN 1 Sukawati pertama berdiri bernama Sekolah Seni Rupa Indonesia (tanggal 28 januari 1967) diresmikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan No SK.0111968 berdasarkan Surat keterangan Nomor 800/1912/Disdikpora berdiri sebuah Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI ) dengan  jurusan Seni Rupa. Lalu, pada tahun 1979 menjadi  Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Denpasar. Pada tahun 1986 sekolah pindah ke Batubulan, Sukawati, Gianyar dengan lahan seluas 19630 m². Tahun 1997 berganti nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri 1 Sukawati).

Sejak berdiri sekolah sampai saat ini kompetensi yang dikembangkan yaitu: Program seni Rupa dan kerajinan meliputi: Seni Lukis Modern dan Tradisional, Seni Patung,Disain Komunikasi Visual (DKV), Desain Interior dan Lansdcaving, Seni Kriya Kayu,Kriya Logam,Kriya Keramik.

Dengan berkembangnya teknologi  informatika di Bali  seni dan teknologi dapat dikembangkan dalam satu program inovatif  yaitu antara seni dan teknologi dipadukan baik secara manual maupun teknikal. Dengan demikian tahun 1998 dibuka kompetensi Teknologi Informatika yaitu Kompetensi Media Rekam dan Film Animasi dan tahun 2011 dibuka Kompetensi Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknologi komputer Jaringan (TKJ).

Kini, dengan tuntutan perubahan zaman yang luar biasa cepat, SMKN 1 Sukawati sedang melakukan revitalisasi. Mulai dari penyesuaian jurusan, peremajaan guru, fasilitas, IT, namun tentu saja dengan tidak meninggalkan spirit awalnya, yaitu menjaga kelestastian budaya Bali.

Terkait hal ini, civitas akademika SMKN 1 Sukawati terutama kepala sekolah, I Ketut Arka sangat berharap, bila model revitalisasi untuk sekolah seni seperti di Sukawati ini mendapat perlakuan yang berbeda. Jangan sampai disamakan dengan sekolah SMK lainnya.

“Memperlakukan seni secara formalistik, tentu akan sangat sulit bagi kita bisa menjaga warisan budaya ini. Kami sangat berharap, pihak-pihak terkait, bisa lebih lentur dalam memperlakukan SMKN 1 Suakwati,” pungkas I Ketut Arka.