Siswi Ini Mengangkat Cerpen Invasi Budaya Asing yang Dapat Menggerus Kebanggaan Budaya Daerah

Kurang update menunjukkan ketertinggalan terhadap informasi kekinian.

Siswi Ini Mengangkat Cerpen Invasi Budaya Asing yang Dapat Menggerus Kebanggaan Budaya Daerah
Blenda dan Isnawati dari SMPN 1 Palu (ditspmp)

MONDAYREVIEW.COM - Kudet alias kurang update – begitulah diksi yang kerap digunakan oleh generasi milenial. Kurang update menunjukkan ketertinggalan terhadap informasi kekinian. Dari lema ‘kudet’ inilah karya Blenda Lima Wongsonegoro berporos. Blenda merupakan peserta Olimpiade Literasi Siswa Nasional (OLSN) SMP 2017 cabang Lomba Cipta Cerpen Bahasa Indonesia. Dalam naskah yang dikirimkannya, siswi SMPN 1 Palu ini mengangkat judul “Aku Cinta Budaya Bangsaku”.

Dalam cerpen tersebut menceritakan tentang seorang anak yang mencintai budaya bangsanya namun teman-teman sekitarnya lebih menyukai budaya asing, seperti budaya Korea. Sang anak tersebut menurut Blenda tidak bisa bergaul dengan teman-temannya yang lain karena hal yang dia suka telah berbeda. Teman-temannya tidak suka karena menurut mereka si tokoh utama tersebut kurang update.

“Saya membikin sendiri cerpen ini. Minta bimbingan guru sama orang tua. Ada 1 kata dari Korea yang saya pakai yakni ‘oppa’. Kata-kata yang sering dipakai remaja Indonesia zaman sekarang, para K-Poper,” kata Blenda di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (26/10).

Blenda sendiri merasa berterima kasih dengan perpustakaan di sekolahnya yang cukup mumpuni untuk memenuhi dahaga membacanya. Dengan bekal membaca yang baik, maka dirinya dapat menulis secara cerkas.

“Untuk tingkat SMP sudah cukup. Perpustakaan yang terbaik untuk tingkat SMP Sulawesi Tengah. Kita dalam kota. Kepala perpustakaan sudah berkali-kali ikut pelatihan. Buku-bukunya sudah cukup lengkap. Kalau tidak lengkap ada perpustakaan daerah,” ujar Isnawati Nurdin guru pembimbing dari provinsi Sulawesi Tengah seperti dilansir situs ditspmp.

Gerakan Literasi Sekolah yang senafas dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 juga dinilai Blenda semakin mengukuhkan tradisi literasi dalam dirinya.

“Sebelum pelajaran ada 15 menit membaca. Di apel pagi juga ada. Dari hari Senin-Kamis disuruh membaca 10 menit, sisa 5 menitnya salah satu atau tiga orang siswa dipilih untuk menjelaskan di depan,” ujar Blenda menerangkan mekanisme Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 1 Palu.