Kisah Inspiratif Pak Iman, Security IBM Bekasi yang Raih Sarjana di Tengah Pandemi
Untuk meraih mimpinya, Pak Iman terpaksa harus meninggalkan keluarganya di kampung. Keinginannya hanya satu waktu itu, mengubah nasib.

Oleh: Yoni Haris Setiawan
MONDAYREVIEW.COM - Bekerja sambil kuliah memang tidak mudah. Tidak semua orang bisa melewatinya. Karena satu dan lain hal, seseorang kadang dihadapkan pada pilihan untuk mengorbankan salah satunya. Perlu perjuangan ekstra untuk bisa menaklukan pekerjaan serta pendidikan di waktu bersamaan.
Begitu juga yang dialami oleh Hadiman, pria kelahiran Purbalingga 33 tahun lalu dan bekerja menjadi seorang security di Kampus Insitut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi. Pagi hingga sore, Pak Iman (sapaan akrabnya) harus bekerja menjaga gerbang, ngepos. Malamnya, ia manfaatkan untuk mengikuti perkuliahan kelas karyawan.
Merantaulah, maka engkau akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan. Berpeluh-peluhlah engkau dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau merasakan payah dalam bekerja dan berusaha. Begitu sang pembaharu Islam, Imam Syafi’i menuturkan.
Untuk meraih mimpinya, Pak Iman terpaksa harus meninggalkan keluarganya di kampung. Keinginannya hanya satu waktu itu, mengubah nasib. Kerja apa pun digelutinya dengan keras, dengan segala hambatan dan resiko.
Awalnya, Pak Iman bekerja di Pegadaian Sukaraja-Banyumas selama enam bulan sebagai Security. Kemudian pindah ke Pabrik Minyak Dua Naga di Purbalingga selama sembilan tahun. Pernah pula ia bekerja sebagai Asisten Montir selama 3 tahun dan Supir Truk selama 4 tahun.
Pak Iman pun jadi terbiasa melanglang buana, bekerja dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Sampai pada akhirnya, pria lulusan STM Karya Bhakti Purbalingga ini mengukuhkan pilihan bekerja di IBM Bekasi, dan menemukan kecocokan bekerja.
Di IBM Bekasi, Pak Iman mulai bisa mengatur waktu. Menjaga gerbang dan memastikan keamanan adalah aktivitas rutinnya dari pagi hingga sore. Meski bersuara lantang, Pak Iman terbilang petugas keamanan yang ramah. Ketika menyapa orang, Pak Iman tak pernah lupa melempar senyum kecil.
Sesekali, Pak Iman mengirim wa kepada istrinya, Dewi Erlinawati di kampung. Sekadar bertanya kabar, atau menyapa kedua putrinya Salsabila Agustina Putri yang sedang menimba ilmu di SDN 5 Purbalingga yang duduk Kelas 6, dan Cecilia Sivana Putri yang sedang lucu-lucunya bersekolah di SDN 1 Kertayasa Banjarnegara yang duduk kelas 1 SD dan kini tinggal bersama neneknya.
Cita-cita yang Dinanti
Bekerja sebagai security bukanlah tugas yang ringan. Amanah dan tanggung jawab yang diembannya cukup berat. Terkadang, ada saja yang memandang rendah profesinya. Karena itu, dicemooh dan dikomplain adalah hal biasa.
Meski begitu, Pak Iman tak putus semangat. Tekadnya begitu kuat, ia tak peduli apa yang dikatakan orang. Semua dia jalani dengan sungguh-sungguh.
Untuk mencapai impiannya, Pak Iman membagi penghasilan dari pekerjaannya menjadi 4 bagian. Seperempatnya ia kirimkan ke kampung untuk kebutuhan dan biaya sekolah kedua putrinya. Lalu ia ambil lagi seperempat untuk untuk biaya kuliah. Sisanya, baru buat kebutuhannya sehari-hari selama bekerja, dan menabung.
Di tahun 2016, Pak Iman yang sudah mulai membagi waktu dan pendapatan, akhirnya masuk kuliah. Dia senang bukan main, karena kuliah adalah keinginannya sejak lama. Yang sempat terbentur oleh biaya dan waktu.
Selain dorongan yang kuat, Pak Iman juga terbantu oleh program beasiswa dari kampus IBM. Dia mendapat keringanan biaya setiap bulannya. “Saya bekerja disini, sambil menyimak informasi tentang kuliah kelas karyawan, di IBM Bekasi ada kesempatan dan keringanan biaya 25%, selain itu didukung oleh keluarga (isteri dan anak) dan saudara untuk kuliah,” ungkap Pak Iman.
Pengabtian tiada batas
Rektor IBM Bekasi, Jaenudin memang dikenal selalu mengapresiasi siapa pun yang punya ketulusan dan motivasi belajar namun terbentur biaya dan waktu, apalagi itu karyawan yang bekerja di kampus yang dipimpinnya.
"Kami memberikan beasiswa yang dialokasikan dari anggaran pemerintah atau potongan khusus dari biaya kampus IBM kepada mahasiswa yang status bekerja sebagai karyawan dan bagi alumni yang sedang mengabdi dengan tulus dan menerapkan keilmuannya," ujar Jaenudin.
IBM Bekasi terus mendorong para alumni sebagai calon kader dan disiapkan tahapan untuk magang melalui lembaga-lembaga yang didirikan untuk digerakkan. Terkait dengan Iman yang berprofesi sebagai Security di IBM Jaenudin merespon positif.
“Kuliah sambil mengabdi di kampusnya sendiri itu yang susah, ada rasa sungkan apabila ada keperluan yang harus dikoordinasikan. Saat ini ada sekitar enam orang yang sedang mengabdi di IBM Bekasi sedang dikuliahkan S.2 di kampus lain, nantinya mereka diproyeksikan untuk menjadi dosen di IBM sebagai penerus estafeta kepemimpinan," tegas Jaenudin di ruang kerjanya.
Pak Iman dalam akftifitas bekerja keseharian selalu ditemani oleh rekan kerjanya yang beda profesi yaitu Mas Yoyok Dwiyatno sebagai driver Rektorat dan Mas Sarifin sebagai Cleaning service. Ketiganya ditugaskan untuk mengawal di kampus IBM Bekasi siang dan malam secara bergantian.
"Saya secara pribadi ikut bangga dan bahagia atas keuletan Iman dalam bekerja dan belajar, walaupun hanya seorang Security, Ia sampai bisa meraih gelar sarjana," tukas Yoyok di sela-sela kesibukannya.
Jadi Kebanggaan
Kabar Pak Iman sukses meraih gelar sarjana ternyata sudah sampai ke kampung halaman. Isteri dan kedua putrinya senang bukan main. Meski tak bisa menghadiri proses wisuda, namun ia tetap senang dan bangga. Sungguh seperti menemukan air di tengah padang pasir nan tandus.
Saat sidang skripsi, perasaan Pak Iman tak menentu. Padahal ia sudah menyiapkan dengan matang. "Saya deg-degan sekali, gemeteran apa yang akan saya omongkan di depan para penguji, karena saya diuji langsung oleh bapak Dr. H. Suryatmono, SH. MM (mantan Rektor), H. Agus Hermawan, SE., MM, dan Lili Fadli Muhammad, S.Ag., MM (Warek), tapi seiring waktu dapat terkondisikan, akhirnya usai sidang plong,” ujar Pak Iman.
Di tengah pandemi Covid-19, Pak Iman melakukan penelitian untuk skripsinya dengan korseponden mahasiswa IBM Bekasi sebanyak 67 orang dengan sistem luring dan daring. Skripsinya mengambil judul “Pengaruh Citra Merk Muhammadiyah Terhadap Minat Mahasiswa Baru di IBM Bekasi“.
Dalam skripsinya, Pak Iman menjelaskan bahwa Merek Muhammadiyah itu sangat berpengaruh terhadap minat seseorang. Karena Muhammadiyah dianggap sudah besar. Umurnya bahkan lebih tua dari negeri ini. Pendidikannya terkenal tidak pernah ada masalah. Kualitasnya bagus dan sarana dan prasarananya memadai, dan juga alumninya sudah tersebar dimana-mana dan mengisi institusi pemerintahan. Terbukti, IBM Bekasi cepat berkembang, baru tiga tahun sudah memiliki Gedung sendiri.
Ketua Prodi Manajemen IBM Bekasi, Octa Nilam Lukkita Aga, SE., MM. menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan Pak Iman. Menurutnya, Pak Iman adalah sosok pekerja keras. Selain harus menafkahi isterinya, dia juga harus berjibaku di bangku kuliah.
"Saya sangat bangga mempunyai mahasiswa pekerja keras. Bisa kuliah dan menafkahi keluarga sekaligus. Hebatnya, bisa lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi Manajemen," ujar Nilam.
Selama bekerja dan kuliah di IBM Bekasi, Pak Iman mengaku terkadang merasa minder, karena teman-teman kuliahnya sudah bekerja di perusahaan ternama. Ada yang menjabat sebagai menajer, kepala bagian, kepala unit dan karyawan. Namun Iman tak mau berhenti karena persoalan minder, anggap saja itu sebagai bonus menambah jaringan dan wawasan.
Pak Iman adalah bukti, bahwa siapa pun bisa menjadi sarjana. Kuncinya semangat dan gigih. Setelah itu, seperti Pak Iman, yang akhirnya bisa mewujudkan cita-citanya.
Wisuda Perdana
Ahad, 12 Juli 2020, IBM Bekasi direncanakan menggelar acara wisuda untuk pertama kali. Acaranya bertempat di Graha Hartika Wulansari Jl. Kemakmuran No.47, Marga Jaya, Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Akan hadir Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah (Prof. H. Lincolin Arsyad, M.Sc., Ph.D), Ketua PP Muhammadiyah/Orangtua Wisudawan/Wisudawati (Drs. H.M. Goodwil Zubir), Kepala LLDIKTI Wilayah IV (Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd.), Walikota Kota Bekasi (Dr. Rahmat Effendi, M.Si.). Turut hadir pula Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Prof. Dr. Muhadjir Effendy S.Pd., M.A.P.) yang akan menyampaikan orasi ilmiah dengan topik ”Membangun Kemandirian dan Mentalitas Kewirausahaan bagi Generasi Millenial Pasca COVID-19”.
Penyelenggaran Wisuda perdana ini telah mendapat restu atau izin dari Ketua Gugus Tugas Pencepatan dan Penanganan COVID-19 dalam hal ini Walikota Kota Bekasi dengan Surat Nomor 556M086-Parbud perihal izin Penyelenggaraan Acara, tertanggal 30 Juni 2020, dan diteruskan kepada pihak-pihak terkait.
Panitia Wisuda IBM Bekasi, Hamluddin, S.Sos., M.Si. menegaskan bahwa hal-hal yang berkenaan dengan itu kami merujuk pada Protokol Kesehatan, seperti: Pemeriksaan Suhu (Temperature Check/Thermo Gun), Penggunaan Masker (The use of masks), Mencuci Tangan (Hand Sanitizer), Jaga jarak (Physical Distancing) bahkan bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit Islam Pondok Kopi menyiapkan tenaga Tim Medis khusus untuk mengecek semua undangan dan menyediakan Ruang Karantina.
Gelaran ini sangat dinantikan oleh kurang lebih 75 oran g Wisudawan/Wisudawati yang akan mengikuti prosesinya dan berhak menyandang gelar sesuai dengan Program Studinya (Akuntansi, Manjemen, Ekonomi Islam, Ekonomi Pembangunan, Ilmu Komunikasi dan Teknik Informatika). Salah satu yang berbahagia tersebut tentu saja adalah Pak Iman.
“Alhamdulillah, saya dapat membahagiakan orangtua dan menjadi motivasi anak-anaknya, kalau bisa anak-anak saya sekolahnya tidak hanya sampai SMA tapi S1 bahkan S2, S3, terima kasih untuk IBM yang telah memberikan kesempatan dan Bapak Anto Apriyanto yang telah membimbing saya,” ujarnya.
Kini, Pak Iman siap menyandang gelar barunya setelah melewati masa-masa sulit, menegangkan dan akhirnya dapat meraih gelar Sarjana Manajemen (SM). Sungguh sebuah kebanggaan yang tidak terkira, meraih gelar sarjana di masa pandemi dan diwisuda oleh kampus yang melakukan prosesi wisuda perdananya.
Setelah diwisuda, Pak Iman ingin jadi pengusaha (wirausahawan), mengubah nasibnya dan tidak berprofesi menjadi Security lagi. Rencana Iman ingin mengabdi di IBM sambil menjalankan usahanya di kampung yang akan dikelola oleh keluarganya di Purbalingga.
Penulis: Yoni Haris Setiawan Editor: Ma'ruf Mutaqin