Semangat Spiritual Membangun Bangsa

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah

Semangat Spiritual Membangun Bangsa
Istimewa.

MONDAYREVIEW.COM –  Di usia kemerdekaan Indonesia yang ke-72 tahun masih banyak pekerjaan-pekerjaan berat yang harus dikerjakan. Pasalnya, bangsa ini masih jauh dari tujuan yang dicita-cita oleh para pendiri bangsa yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945.

Para pendiri bangsa memiliki tujuan yang sangat mulia, yakni menginginkan seluruh anak bangsa dapat menikmati manisnya buah dari kemerdekaan. Kemerdekaan yang mereka perjuangan harus menghadirkan kesejahteraan, keadilan sosial dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan yang mulia tersebut harus dikerjakan oleh generasi penerus dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggungjawab. Dan tentunya,  harus dibarengi dengan kesadaran  spiritual yang tinggi oleh seluruh warga negara dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apabila kesadaran spiritual telah dijalankan secara sungguh-sungguh, yakni dengan mengamalkan seluruh perintah Nya  dan meninnggalkan seluruh larangan Nya atau dalam konsep Islam disebut Taqwa  pasti tujuan bangsa ini akan tercapai.

Pada intinya, tujuan dari berdirinya bangsa Indonesia  adalah terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang mampu menghadirkan kemakmuran bagi seluruh warganya. Kemakmuran yang dimaksud adalah dimana seluruh rakyatnya dapat menikmati hidup dengan sebenar-benarnya. Yakni terpenuhi seluruh  hak-haknya baik dalam bidang  ekonomi, hukum  dan pendidikan.

Pada bidang ekonomi, seluruh warga mendapatkan hak-hak ekonomi secara utuh, sehingga tidak ada ketimpangan antara si kaya dan si miskin yang terlampau jauh. Pada bidang hukum, negara harus mampu menegakkan keadailan yang seadil-adilnya. Semuanya  sama di hadapan hukum, tidak memandang siapa pun dia, apakah pejabat maupun kolongmerat. Sementara itu pada bidang pendidikan, seluruh warganya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan tidak hanya dinikmati oleh orang-orang yang berduit.

Untuk mewujudkan kemakmuran tersebut  dalam konsep Islam kuncinya adalah ketaqwaan. Dalam kita suci Al-Qur’an  pada Surat Al A’raaf ayat 96,  Allah SWT berfirman  "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Keadilan Hukum

Menurut penulis salah satu indikator kemakmuran suatu bangsa jika hukum mampu ditegakkan seadil adilnya. Jika hukum tak berdaya menghadapi kelompok tertentu berarti kemamkmuran di negeri tersebut masih jauh dari harapan.

Yang menjadi pertanyaan bagi kita bersama, apakah supermasi hukum di negeri yang kita cintai ini benar-benar ditegakkan, atau sebaliknya? jawabannya pasti satu irama, yaitu tidak.

Lihat saja dalam penegakan hukum, keadilan di negeri ini masih menjadi barang langka. Seolah-oleh hukum hanya miliki pejabat atau kolongmerat. Sementara rakyat kecil dan miskin, hukum menjadi pedang yang siap membunuh mereka.

Sudah jamak diketahui, hukum di Indonesia tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Kasus-kasus besar yang menyeret para penguasa atau orang-orang berduit akan mudah hilang. Jika pun itu masuk dalam proses pengadilan, hakim akan memvonis mereka dengan hukuman yang ringan, tak sebanding dengan perbuatan yang telah mereka lakukan.

Sementara itu, jika rakyat biasa/orang miskin tersangkut hukum maka pengadilan di negeri ini akan bekerja seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Mereka dengan cepat dan cekatan memvonis mereka yang telah melakukan kesalahan dengan hukuman yang sangat berat. Seolah-olah mereka adalah penjahat besar yang telah melakukan dosa dan merugikan banyak orang tanpa memandang apa yang telah mereka lakukan dengan bijak.

Ketidakadilan di negeri ini sudah menjadi tontonan yang sudah menjadi hal biasa. Apabila hal ini terus dibiarkan mana mungkin kemakmuran yang telah dicita-citakan para pendiri bangsa akan terwujud. Pasalnya pengadilan tidak menjalankan tugasnya yang sebenar-benarnya.

Padahal, dalam konsep Islam hakim yang adil dalam memutuskan suatu perkara termasuk orang yang bertaqwa. Hal tersebut Allah SWT telah tegaskan dalam QS  Al-Mai’dah ayat 8. “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian saksi yang adil kerena Allah. Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menghalangi kalian berlaku adil. Berlaku adil-lah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada taqwa.”

Maka itu, kunci untuk meraih kemakmuran di negeri ini  para hakim harus menjadi pribadi yang mampu menegakkan keadilan dengan sebenarnya-benarnya. Jika tidak, maka kondsi bangsa ini akan semakin jauh dari rahmat Allah SWT.

Terlilit Utang

Selain itu, indikator kemakmuran sebuah bangsa adalah bebas dari utang. Meskipun utang dalam Islam tak dilarang, namun perbuatan tersebut sangat ditakuti oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Saking takutnya, utang akan menjadi kebiasaan beliau dalam sholatnya senantiasa berdoa.

Seperti diriwayatkan Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang.

Yang menjadi perhatian kita bersama, utang di negeri ini menjadi hal yang biasa. Dengan dalih untuk mencukupi anggaran pembangunan nasional, pemerintah gemar melakukan utang ke luar negeri.

Sejalan dengan pemikiran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  para pendiri bangsa, khususnya bapak proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia sangat membenci yang namanya utang. Apalagi utang kepada luar negeri.

Dalam konsep ekonomi berdikari, Bung Karno ingin mewujudkan bangsa Indonesia yang mampu berdiri dengan usaha sendiri dengan kekuatan gotong royong masyarakatnya. Para pendiri bangsa ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, bangsa yang tidak ingin memiliki ketergantungan kepada bangsa lain.

Namun, apabila melihat kondisi sekarang menumpuk utang dan menyandarkan diri kepada investasi asing menjadi andalan pemerintah sekarang dalam membangun negeri. Celakanya menumpuk utang tidak lagi menjadi hal yang tabu. Sehingga cita-cita pendiri bangsa ini menjadi yang mandiri semakin jauh panggang dari api.

Soal utang ini, Deputi Direktur Komunikasi Bank Indonesia (BI)  menjelaskan bahwa utang luar negeri Indonesia meningkat 5.5 persen dibanding tahun lalu pada periode yang sama menjadi US$333,6 miliar pada Mei 2017. Data BI juga mencatat utang sektor publik naik 11,8 persen secara tahunan yaitu US$ 168,4 miliar. Utang sektor swasta mengambil porsi 49,5 persen dari utang luar negeri. Yang lebih memprihatinkan meskipun utang semakin menggunung mencapai Rp2.707,81 triliun pemerintah mengklaim bahwa utang luar negeri pada Mei 2017 itu tetap sehat.

Maka itu, dari utang yang ditanggung negara harus membayar bunga hutang sebesar Rp 221,2 Trilyun. Angka ini sangat fantastik. Apabila digunakan untuk pembanguan dan biaya pendidikan guna mencerdakan kehidupan bangsa.

Apa yang telah dilakukan bangsa ini  dalam menjalankan ekonominya sudah jauh dari nilai-nilai Islam. Menumpuk utang yang berujung pada pembayaran bunga adalah perbuatan riba.

Sudah jelas dalam konsep Islam, Riba jelas-jelas dilarang. Bahkan Allah SWT dan Rasulnya akan memerangi orang yang memakan uang riba. Hal tersebut Allah firmankan dalam QS Al-Baqarah 278-279. “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba  (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”

Bagaimana bangsa ini akan dikuncurkan nikmat dari langit dan bumi oleh Allah SWT. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya memerangi negeri ini. Maka itu, jangan heran, meskipun negeri ini sudah memasuki usianya ke-72 tahun, tujuan berbangsa dan bernegara kita ini masih jauh terwujud.

Sebagai penutup marilah, di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia tahun ini menjadi mementum mengubah pola pikir dalam membangun bangsa ini. Marilah semua pihak, baik pejabat, pengusaha, wakil rakyat dan masyarakat umum hidupkan semangat spiritual dalam membangun bangsa. Dengan semangat inilah akan terbentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sehingga janji Allah akan hadir di negeri ini, yaitu negeri yang dilimpahi keberkahan baik dari langit dan bumi. Aamiin.