Sejarah dan Kiat Menangkal Hoax dalam Islam
Solusi untuk menangkal berita hoax dalam islam melalui konsep tabayyun.

SEBAGAI AGAMA RAHMAT, Islam menaruh perhatian cukup besar soal perkara hoax dan fitnah. Hal ini karena Islam memandang bahwa berita hoax dapat merusak sendi-sendi masyarakat dan agama. Berita bohong dapat menggerogoti sendi-sendi keberislaman, sehingga umat Islam hanyut dalam silang pendapat dan konflik yang sebenarnya semua karena ditopang hoax.
Lebih jauh, dalam sejarah Islam bohong dicatat sebagai penyebab pertama guncangan besar bagi tatanan keislaman yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad. Itu terjadi saat terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, yang kemudian disebut sebagai al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Saat itu, umat Islam saling menebar berita bohong tentang pembunuhan Khalifah Usman untuk kepentingan politik sehingga terjadi perpecahan pertama dalam sejarah Islam, yang bermuara pada peperangan antara Ali dan Muawiyah serta lahirnya sekte-sekte dalam Islam.
Karena itu, tak aneh jika Sayyidina Ali buru-buru menasihati umat Islam agar mereka jangan terjebak dalam kekacauan tersebut lantaran terprovokasi oleh berita bohong.
Di dalam al-Qur’an telah jelas diterangkan bahwa berita bohong atau hoax adalah modal orang-orang munafik untuk merealisasikan niat kotor mereka, "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya" (QS. al-Ahzaab 33: 60-61).
Dalam sejarah Islam, tercatat pula seseorang yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Dialah penebar utama berita hoax di zaman Nabi dan disebut raja diraja hoax. Sampai-sampai Siti Aisyah r.a., istri Rasulullah terkena imbas berita hoax darinya.
Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah tersebut dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan Musilimin.
Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.
“Saat itu yang membuatku bingung, aku tidak melihat kelembutan dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam seperti biasa aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu,” kemudian pergi,” kata Siti Aisyah (terdapat pada Kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits).
Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Sampai akhirnya, Allah Swt. mengabarkan berita gembira kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.
Jawaban atas fitnah tersebut, Allah maktubkan di dalam ayat-Nya QS. Annur ayat 11 s.d. 26. Ayat ini Allah turunkan sebagai jawaban atas beredarnya fitnah yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah RA.
Setelah ayat ini turun, kondisi kaum muslimin kembali normal dan bahkan semakin membaik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kisah ini memberi pelajaran penting kepada kita, orang-orang munafik seperti Abdulah bin Ubay bin Salul, dari sejak Rasulullah sampai sekarang akan terus menebarkan fitnah dan kebencian kepada orang-orang mulia.
Islam dengan demikian memberikan sebuah solusi untuk menangkal berita hoax melalui konsep “tabayyun”. Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan.
Hadits-hadits Rasulullah saw. dapat diteliti keshahihannnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah faham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik.
Sebagai seorang Muslim kita diperintahkan untuk tabayyun atau meneliti kebenaran sebuah berita sebelum mempercayai apalagi menyebarkannya, yang bisa menjerumuskannya dalam fitnah. Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (QS.al-Hujurat [49]: 6)
Ketika menerima atau mendengar berita bohong (hoax) dan menyebarkannya, terkadang kita menganggapnya sebagai hal yang kecil atau biasa, padahal itu di sisi Allah SWT adalah perkara besar, sebagaimana firman Allah SWT, "(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggap sesuatu yang ringan saja. Padahal dia di sisi Allah adalah besar" (TQS. an-Nuur [24]: 15).
Adapun bagi mereka yang menyebarkan berita hoax tanpa menyadari bahwa berita itu bohong, maka Allah Swt. telah memperingatkan kita dalam surat al-Isra ayat 36 yang artinya,”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban".
[Mrf]