Kekhasan Dakwah Rasulullah

DIKISAHKAN seseorang telah lewat di depan Rasulullah saw.

Kekhasan Dakwah Rasulullah
Ilustrasi foto/Net

DIKISAHKAN seseorang telah lewat di depan Rasulullah saw. Beliau bertanya kepada seseorang disampingnya: Bagaimana pendapatmu tentang orang ini? Orang itu menjawab: Ia lelaki golongan terhormat. Demi Allah, seandainya meminang pastilah diterima dan bila memberi pembelaan pasti dikabulkan. kemudian Rasulullah terdiam sejenak. Lalu, melintaslah seseorang lagi, Rasulullah bertanya kepada orang yang disampingnya tadi: Bagaimana pandanganmu tentang orang ini? Ia menjawab: Ia muslim yang fakir. Bila meminang pantas ditolak, bila memberi pembelaan takkan didengar pembelaannya dan bila berbicara takkan didengar ucapannya. Rasulullah bersabda: Sepenuh bumi ia lebih baik daripada orang tadi (yang pertama).” (HR. Muslim).

Ketika Dakwah Islam ini muncul dan eksis dalam waktu yang relatif singkat, ia telah menyatakan jati dirinya dengan jelas. Ia ialah kemenangan bagi siapa saja yang mau berjuang, tidak peduli asal usul, kaya atau miskin, dan berapa banyak kekayaan keluarganya. Ia tidak mempedulikan penolakan Bani Israil setelah nabi Musa AS, ketika nabi mereka menyatakan bahwa Thalut yang miskin telah dipilih Allah untuk menjadi pemimpin mereka (QS.2:247). Ia tidak juga memanjakan ‘kesombongan intelektualisme’ kaum nabi Nuh AS yang mencap Nuh hanya diikuti oleh orang-orang rendah, yang dangkal pikiran atau tidak kritis. (QS. 11:27). Bahkan ia pun tak sungkan-sungkan menegur keras nabinya karena ‘logika prioritas’ yang dibangunnya menyebabkan Abdullah bin Ummi Maktum ‘nyaris tertinggal’. Alquran menyebutkan : “Ia telah bermasam muka dan berpaling, ketika datang kepadanya hamba yang buta……”(QS. 80:1-2).

Siapa yang tak kenal kebesaran keempat khalifah dan beberapa sahabat legendaris lainnya? Namun, carilah dimana nama mereka terpampang dan terpandang dan bukan hanya karena sifatnya, selain Zaid RA. (Qs.33:37) Karakter  inilah yang diakui sebagai kekuatan utama, karenanya Allah Swt. memberikan rizki dan dimenangkan.” (HR. Bukhari).

Bahkan Dzulqarnain pernah mengoreksi salah kaprah yang merugikan mereka sendiri.”… mereka berkata: “Wahai Dzulkarnain, maukah Engkau kami beri upeti, agar mau membangunkan tembok (benteng) yang dapat melindungi kami dari (serangan) mereka? Ia menjawab: “Kedudukan Allah Swt itu lebih baik, cukuplah kalian membantuku dengan kekuatan, aku bangunkan benteng yang kuat, memisahkan antara kamu dan mereka.” (QS.18:94-95).