Sebagai Petahana, Peluang Jokowi Memenangi Pilpres 2019 Lebih Besar

Elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin semakin unggul di atas pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam pemilihan presiden tahun depan (Pilpres 2019). Setidaknya, hal itu terlihat dari hasil survei dari beberapa lembaga terakhir, SMRC atau LSI Deny JA misalnya.

Sebagai Petahana, Peluang Jokowi Memenangi Pilpres 2019 Lebih Besar
Foto: biro pers Setpres

MONITORDAY.COM – Elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin semakin unggul di atas pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam pemilihan presiden tahun depan (Pilpres 2019). Setidaknya, hal itu terlihat dari hasil survei dari beberapa lembaga terakhir, SMRC atau LSI Deny JA misalnya.

Pada minggu pertama bulan Oktober misalnya, LSI Denny JA menunjukkan penilaian responden atas potensi capres-cawapres menang telak di Pilpres 2019. Pasangan Jokowi-ma’ruf Amin dianggap berpotensi menang telak.

Elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sebesar 58,6 persen dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 25,7 persen. Sedangkan tidak tahu/tidak jawab/belum memutuskan sebesar 15,7 persen.

Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Dr. Ujang Komarudin Msi., tren elektabilitas tersebut memang wajar adanya. Karena menurutnya, pertarungan saat ini masih merupakan pertarungan dengan figur yang sama, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

“Pertarungan saat ini kan sebetulnya dengan figur yang sama dengan pilpres yang berbeda. Petahana dalam hal ini, secara objektif memiliki sumber daya yang semakin kuat. Karena itu peluang Joko Widodo semakin besar,” ujar Ujang Komarudin saat ditemui di Jakarta, Selasa (16/10).

Kekuatan petahana menurut Direktur Indonesia Politik Review ini, semakin kuat terutama setelah pengusaha sukses Erick Tohir ditunjuk menjadi ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Kata Ujang, Erick Tohir ini semacam energi baru terbarukan, yang memiliki cadangan energi yang tak ada habisnya.

“Erick Tohir adalah tambahan amunisi luar biasa bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Ia seumpama Energi Baru Terbarukan (EBT), selain alami juga tiada habisnya. Bisa terus diperbaharui,” ujarnya.

Menurut Ujang, sekarang tergantung pada kemampuan Pemerintahan Jokowi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik. Termasuk menjaga menjaga nilai tukar rupiah agar tidak makin jatuh. Agar tidak terjadi inflasi, dimana masyarkat jadi turun daya belinya. 

“Jokowi harus bisa menjaga stabilitas ekonomi. Karen jika tidak, maka ini akan membuat kubu lawan dapat melancarkan serangan, sehingga menurunkan elektabilitas Jokowi, dan sebaliknya menaikan elektabilitas Prabowo,” tutur Ujang.

Makanya, kata pria kelahiran Subang, Jawa Barat ini, ketika tidak ada kejadian luar biasa yang merugikan pihak petahana, maka pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin diyakini akan tetap memenangkan Pilpres 2019. 

“Makanya saya sering sebut, Jokowi memang sudah sejak lama memilih lawannya, Pak Prabowo Subianto. Karena dengan begitu, ia bisa memastikan kemenangan sedari awal,” tambahnya. 

Hanya saja, karena politik adalah seni kemungkinan, maka semua kembali kepada kemampuan masing-masing pasangan dan tim pemenangannya memaintenance model kampanye dan satu hal lain yang penting adalah ide dan gagasan kebangsaan yang dibangun dan ditawarkan.

“Karena dengan ide dan gagasanlah sebuah bangsa akan memiliki harapan. Lalu dengan harapan itu, masyarakat pun akan dengan mudah tergerak untuk maju, tidak melihat ke belakang melulu,” pungkas Ujang.