Sayyidah Nafisah, Ulama Perempuan Guru Imam Syafi'i

Sayyidah Nafisah, Ulama Perempuan Guru Imam Syafi'i
Ilustrasi perempuan muslimah berdoa

MONITORDAY.COM - Pada masa Nabi Muhammad SAW, para perempuan banyak terlibat dalam aktifitas di ruang publik. Jika kita membaca hadits-hadits Nabi, akan dengan mudah kita temukan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat perempuan.

Namun sepeninggal Nabi Muhammad, kehadiran ulama perempuan sepertinya sedikit yang dikenal. Jika kita membuka kitab-kitab para ulama sepeninggal Nabi, terlihat bahwa hampir semua ditulis oleh ulama laki-laki. Namun diantara sedikit ulama perempuan tersebut, ada nama Sayyidah Nafisah, cicit Rasulullah SAW yang menjadi tempat berguru oleh Imam Syafi'i. 

Nasab Sayyidah Nafisah bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Nasab lengkapnya adalah Sayyidah Nafisah binti Hasan bin Zayd bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia adalah ulama hadits perempuan yang terbaik pada masanya di Mesir. 

Dia lahir di Mekkah pada 762 M. dan wafat pada tahun 823 di Mesir. Dia menikahi Ishaq Al Mu'tamin putra dari Imam Ja'far Shadiq. Dikarunia dua anak yang bernama Qasim dan Ummu Kultsum. 

Murid-murid Sayyidah Nafisah berasal dari berbagai tempat, diantaranya adalah Imam Syafi'i pendiri Mazhab Besar dalam Islam. Beliau juga memberikan bantuan finansial untuk belajar kepada Imam Syafi'i. 

Selain Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hanbal dan Dzun Nun Al Mishri pun berkesempatan untuk belajar hadits kepada beliau.

Ibnu Katsir dalam Bidayah Wa Nihayah mengatakan bahwa Sayyidah Nafisah adalah seorang yang kaya dan disukai banyak orang. Hal ini karena dia sering membantu orang-orang yang menderita disabilitas dan berpenyakit. Dia adalah seorang yang zuhud dan saleh. 

Pada tahun 208 H/823, Nafisah Khatun jatuh sakit dan pada malam Jumat bertepatan dengan 1 Ramadhan tahun yang sama sakitnya bertambah parah. Dikatakan bahwa ini meninggal dalam keadaan sedang membaca Alquran.

Ishaq Mu'taman berada di Madinah saat istrinya sakit. Ia mendapat berita tersebut dari surat yang sampai kepadanya, tetapi dia sampai ke Mesir persis di hari Sayidah Nafisah wafat dan orang-orang terdekat sedang menyiapkan pengafanan dan penguburannya.

Ishaq berkeputusan untuk membawa jenazah istrinya ke Madinah, namun masyarakat Mesir mengharap supaya di makamkan di Mesir dan mereka pergi ke penguasa mesir saat itu serta memohon darinya agar supaya Ishaq dirayu untuk tidak membawa jenazah Sayidah Nafisah ke Madinah.

Hakim Mesir tidak berhasil merayunya. Masyarakat mengumpulkan harta yang banyak dan memberinya kepada Ishaq supaya menerima permohonan mereka. Ishaq pun menolaknya, namun atas berkat mimpinya ia menerima permintaan mereka. Dalam mimpi itu, Rasulullah saw yang mulia menyuruh supaya jangan menerima harta itu dan menguburkan istrimu di sini.