Sabar Menerima Ujian di Tengah Pandemi
Semua masalah yang muncul, baik positif maupun negatif, karena pandemi atau ulah diri sendiri sejatinya merupakan ujian dari Allah Swt. Ketika mendapat ujian itu, Islam mengajarkan agar kita senantiasa sabar dan tawakal.

GENAP dua bulan sudah Indonesia menghadapi wabah virus corona (Covid-19), tepatnya sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama pada 2 Maret 2020 lalu.
Selama itu pula aktivitas kita di luar rumah dikurangi dan dibatasi (karantina). Belajar, bekerja, bahkan beribadah harus dilakukan di rumah. Tempat-tempat hiburan dan wisata ditutup sementara. Agenda kegiatan yang melibatkan orang banyak harus dibatalkan.
Akibat pembatasan, karantina atau bahkan lockdown tersebut, sejumlah persoala pun mulai bermunculan di masa pandemi. Organisasi Pendidikan, Keilmuwan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyebutkan, hampir 300 juta peserta didik di seluruh dunia terganggu proses belajarnya. Hak-hak pendidikan mereka terganggu di masa depan.
Ribuan lembaga pendidikan, terutama pihak swasta, harus merugilantaran berkurangnya pendapatan berupa biaya operasional dari para siswa/mahasiswa. Rektor Institut Muhammadiyah, Dr. H. Jaenudin mencatat, saat ini banyak perguruan tinggi swasta yang mengeluh akibat berkurangnya penerimaan SPP dari para mahasiswa, termasuk IBM Bekasi.
Di sektor ekonomi, pandemi Covid-19 memunculkan setidaknya tiga persoalan ketidakseimbangan internal dan eksternal, yaitu inflasi, pengangguran, dan defisit neraca pembayaran.
Laporan BPS 5 Mei 2020 menyebutkan, jika pandemi Covid-19 setidaknya telah melahirkan sebanyak 6,88 juta pengangguran baru. Jika perkiraan BNPB betul, bahwa pandemi Covid-19 berakhir 29 Mei 2020, maka Kepala BPS Suhariyanto memperkirakan, jumlah TPT tahun ini akan mencapai 4,8-5 persen dari total angkatan kerja (137,91 juta).
Semua masalah yang muncul, baik positif maupun negatif, karena pandemi atau ulah diri sendiri sejatinya merupakan ujian dari Allah Swt. Ketika mendapat ujian itu, Islam mengajarkan agar kita senantiasa sabar dan tawakal.
Ada banyak model ujian yang dihadapi manusia semasa hidupnya, bisa berupa kesulitan, kepayahan, atau bahkan kesenangan. Ujian kesulitan bisa berupa kemiskinan, kelaparan, wabah penyakit, dan lain-lain. Sedangkan ujian kesenangan bisa berupa kekayaan, pangkat atau jabatan yang tinggi, termasuk juga pasangan hidup yang cantik atau tampan.
Untuk menghadapi berbagai macam ujian tersebut, maka sikap yang harus dilakukan seorang mukmin adalah; Pertama, tetap yakin atau optimis bahwa pertolongan Allah Swt. akan datang kepada hambanya.
Kedua, mengucapkan kalimat istirja, yaitu: innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali) setiap mendapat ujian.
Lalu ketiga, sabar dan bertawakal kepada Allah Swt. atas ujian yang diterima.
Kesabaran sebagai Cahaya
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada ilah selain Aku, Barang siapa yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku. Serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan bumi dan carilah Tuhan selain Aku! (Hadits Qudsi).
Sabar adalah setengah dari iman. Sementara setengahnya lagi adalah rasa syukur yang dipanjatkan atas karunia Tuhan. Siapa orang yang mampu memadukan dan menggabungkan sabar dan syukur, maka dia telah menggenggam kebahagiaan sejati dalam hidupnya. Ia akan damai dan tenang untuk hidup dimana saja, sebab ia telah mendapatkan keridhaan Allah Swt.
Rasulullah saw. mendefinisikan kesabaran sebagai cahaya. Ash Shabru Dhiyaa’ demikian beliau sabdakan. Kesabaran adalah cahaya yang menerangi manusia dalam kegelapan. Kegelapan musibah yang mengguncang batin (jiwa). Kegelapan dalam menempuh jalan kebenaran yang belum tertuntaskan. Itu semua dapat diterangi oleh cahaya kesabaran yang dapat menuntun manusia untuk keluar dari lorong kegelapan.
Banyak manusia yang tak kuasa menahan keluh-kesah saat menerima musibah atau ujian. Keluh-kesah itu muncul sebagai tanda ketidak-kuasaan jiwa. Suatu saat Rasulullah saw. pernah melintasi sebuah pemakaman. Beliau mendapati seorang perempuan yang sedang menangis terisak dekat salah satu kubur. Melihat hal itu, Rasulullah saw berujar kepada perempuan itu: “Bertaqwalah dan bersabarlah, wahai saudariku!”
Mendengar hal itu sang perempuan menjawab, “Tak usah kau pedulikan aku! Engkau belum pernah merasakan musibah seperti apa yang ku alami kini!” Perempuan itu tidak mengenali sumber suara yang menyapanya. Hingga ada orang yang menyampaikan kepadanya bahwa sesungguhnya pria tersebut adalah Rasulullah saw.
Perempuan itu pun datang ke rumah Rasulullah saw, ia hendak menyampaikan penyesalan karena telah berkata kasar kepada beliau. Setibanya di sana, maka perempuan itu menyatakan, “Maafkan aku baginda, aku telah berkata kasar kepada baginda sebab aku tidak mengetahui dirimu saat memberiku nasehat. Aku begitu sedih sebab kematian anak yang aku cintai, maafkan aku!”
Rasulullah saw. kemudian menasehati perempuan itu dengan sabdanya: “Kesabaran sejati itu akan muncul saat pukulan pertama kejadian!” (H.R. Muttafaqun Alaihi). Siapa yang bersabar, maka jiwanya tidak akan terguncang. Orang yang mengerti hakikat kesabaran, maka akan selalu bersikap tenang. Tidak pernah berkeluh-kesah, apalagi menyerah. Semua permasalahan dikembalikan kepada Allah Swt., Tuhan Penguasa Alam.
Paket kebahagiaan
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa kesabaran akan mendatangkan sedikitnya delapan manfaat bagi orang yang memilikinya. Pertama, kebersamaan dengan Allah Swt. Ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 153 dan surat al-Anfal ayat 46.
Kedua, kesabaran dapat menghasilkan balasan tanpa batas, terdapat dalam surat Az-Zumar ayat 10.
Ketiga, meraih kecintaan Allah Swt, firman Allah pada surat Ali-Imran ayat 146. Keempat, cara untuk meraih kepemimpinan, diterangkan dalam surat As-Sajdah ayat 24.
Kelima, cara untuk mendatangkan keberuntungan, ditegaskan oleh Allah Swt. dalam Qsurat Ali-Imran ayat 200.
Keenam, kesabaran adalah penolong dan senjata, hal ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 45.
Ketujuh, mendapatkan ampunan dan rahmat yang sempurna dan petunjuk Allah Swt., sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 157. Dan kedelapan, sebuah sebab yang membuat malaikat mengucapkan selamat di Surga, difirmankan oleh Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 23 - 24.
Semua keutamaan di atas adalah balasan yang tidak ternilai bagi mereka yang mampu bersabar. Oleh karena itu, jadilah orang yang bersabar dalam menghadapi berbagai persoalan dan ujian dalam hidup, terutama di saat Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Pandemi Covid-19 merupakan salah satu ujian dari Allah Swt., jika kita bersabar menerima ujian ini, insyaa Allah paket kebahagiaan yang telah Allah janjikan di atas akan kita dapatkan semua.
Wallahu a’lam bish-shawabi.