Saat Para Ahoker Kecewa kepada Jokowi
Vonis 2 tahun penjara kepada Ahok membuat para Ahoker kecewa. Dan menilai Jokowi telah meninggalkan Ahok.
MONDAYREVIEW.COM- Pasca vonis 2 tahun penjara yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara terhadap terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama hubungan antara Ahoker dan Presiden Joko Widodo tak lagi harmonis. Bahkan para Ahoker menilai Pemerintahan Jokowi lebih parah dibanding Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyo (SBY).
“Rezim Jokowi lebih parah dari pada rezim SBY,” ujar Imam Qomando Masyarakat Tertindas (QOMAT), Martimus Amin, Kamis (11/5).
Martimus mengungkapkan bahwa saat ini para Ahoker telah sadar bahwa selama ini Jokowi hanya sekedar memanfaatkan Ahok. Martimus menambahkan bahwa Jokowi memperalat Ahok untuk menarik dukungan kaum minoritas dan pemodal yang terhimpun melalui figur dan jaringan Ahok.
"Kenyataan pahit diterima, setelah kekalahan di Pilkada, peran dan jasa Ahok disia-siakan dan dilupakan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa langkah yang dilakukan Jokowi dengan meninggal Ahok hanya untuk menyelamatkan kekuasaannya dengan membiarkan Ahok terjerumus masuk penjara.
“Istilah pepatah 'habis manis sepah dibuang' inilah nasib Ahok,"tegasnya.
Baginya, kejadian yang dialami Ahok harus menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bahwa teman dekat pun bisa berkhianat hanya untuk mengamankan kekuasan.
"Ini pesan spesial bagi Jokowi dan Ahok. Karena pahit harus ditelan. Terbakar api atas perbuatan mereka yang penuh diselimuti oleh nafsu keserakahan politik," katanya.
Sementara itu Ketua Progres 98, Faizal Assegaf mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi tidak sepenuhnya melepas Ahok dalam kasus penistaan agama. Hal itu sangat terlihat dengan proses persidangan yang berjalan berlarut-larut. Selain itu, vonis hakim 2 tahun penjara juga merupakan adanya intervensi dari Jokowi.
"Seandainya Ahok tidak memiliki relasi yang kuat dengan kekuasaan Jokowi dan jaringan pemodal besar, tentu pengadilan tidak dibuat berlarut-larut dan pelakunya akan dihukum berat," kata Faizal.
Menurutnya Presiden Jokowi dalam kasus Ahok dapat dikata dalam situasi dilema. Pasalnya apabila Ahok dibebaskan rakyat akan menuding rezim Jokowi telah mengintervensi pengadilan untuk melindungi penista Al-Qur'an. Sehingga pengadilan Ahok menjadi arena pertarungan politik yang krusial dan mengancam citra serta eksistensi rezim Jokowi.
“Maklum, selain Ahok adalah sahabat dekat Jokowi juga diakui sangat berkontribusi besar mengantarkan Jokowi ke kursi Presiden. Sehingga wajar ketika Ahok masuk penjara muncul spekulasi bahwa peristiwa tersebut merupakan petaka politik bagi rezim Jokowi,” jelasnya.
Sehingga pada saat ini Ahok dan Jokowi telah terjebak dalam kepungan bunga bangkai. Kedua pihak terancam pecah kongsi dan bakal saling buka kartu truf.
"Sial benar, sudah kalah di Pilgub DKI, masuk penjara pula. Dalam situasi frustasi bisa saja Ahok bertindak nekat membeberkan segala ihwal kasus KKN APBD DKI dan skandal reklamasi," jelasnya.
Sebelumnya massa pendukung Basuki T. Purnama menumpahkan kekesalan mereka atas vonis dua tahun penjara kepada terdakwa kasus penistaan agama di depan Rutan Kelas 1 Cipinang, Jakarta Timur, tadi malam, Selasa (9/5). Bahkan salah seorang orator, seperti dikutip dari video yang beredar, menilai rezim Joko Widodo saat ini lebih parah dibanding pendahulunya, SBY.
"Hari ini kita dipertontonkan oleh peradilan yang nista. Tidak ada itu istilah penistaan agama. Yang ada adalah peradilan yang sangat nista dan hakim yang nista," pekik salah satu pendukung Ahok di atas mobil komando.