Rona Cerah Literasi dari Ajang LPSN

Kami membaca tak hanya dari buku, tapi juga dari internet.

Rona Cerah Literasi dari Ajang LPSN
Peserta LPSN (ditpsmp)

MONDAYREVIEW.COM - Penyair Taufiq Ismail pernah mengkritisi bahwa bangsa Indonesia merupakan negeri yang “rabun membaca dan pincang menulis”. Lalu ada juga hasil survei dari UNESCO pada 2011 yang menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1.000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi).

Tentu dua pendapat di atas perlu diuji lagi dalam konteks yang tepat. Dapatkah digeneralisasi? Ataukah terdapat metode yang memungkinkan celah bagi hasilnya? Jika menelusuri para peserta Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) SMP Tahun 2017, maka rona cerah literasi Indonesia akan termunculkan.

Simaklah bagaimana gigihnya para peneliti muda yakni Keisha Shafira Azzahra, Shafira Azzahra, Fatih Kamila Pasya untuk menelusuri daftar pustaka.

“Kami membaca tak hanya dari buku, tapi juga dari internet. Matanya sampai merah, panas. Demi kemenangan dan bangsa Indonesia. Kita kan harus meneliti, walaupun mata sampai merah, panas, sampai kalau merem sakit,” kata Kamila di Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu (11/10).

Membaca sendiri merupakan bagian dari research, dimana diperlukan membaca berulang dan melakukan verifikasi.

“Membaca suatu keharusan kalau kita sekolah. Ilmu itu direkam dengan ditulis. Mengetahuinya dengan dibaca sebanyak-banyaknya,” ujar Shafira Azzahra siswi SMP Al-Hikmah Surabaya.

“Kalau menulis kan lebih masuk lagi. Pas menulis kan membaca lagi jadi lebih masuk, lebih paham,” ujar Keisha seperti dilansir situs ditpsmp.

Simak juga kegigihan Elza Ully Tiara Tampubolon. Dikarenakan rasa dahaganya terhadap ranah literasi membuatnya kerap beranjangsana ke Universitas Bengkulu. Untuk penelitiannya yang berjudul “Kajian Ketertarikan Pelajar Terhadap Implementasi Nilai-nilai Pancasila Melalui Media Film Pendek”, siswi SMPN 20 Kota Bengkulu ini kerap menelusuri buku-buku di Universitas Bengkulu. Elza menyayangkan harga dari buku-buku yang menurutnya masih mahal. Namun Elza tak habis akal, dia memenuhi hasrat membacanya dengan membaca di toko buku yang ada di mall.