Rokhmin Dahuri Himbau Pemerintah Kendalikan Alat Tangkap Ikan Impor

PT Arida, pabrik nasional penghasil tangkap ikan memperkuat sinergi dengan pemerintah untuk kendalikan alat tangkap Ikan Impor.

Rokhmin Dahuri Himbau Pemerintah Kendalikan Alat Tangkap Ikan Impor
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri bersama jajaran Direksi PT Arida, Pejabat KKP dan Forkopimda Kota Cirebon (dok: monitorday.com)

MONITORDAY.COM - Kiprah Pabrik Jaring  PT Arteria Daya Mulia (PT Arida) dalam pemenuhan jaring nasional tak diragukan lagi. Namun, masifnya jaring impor membuat Perusahan ini harus melakukan langkah strategis juga menguatkan sinergi, termasuk dukungan dari pemerintah untuk kendalikan alat tangkap Ikan Impor.

Demikian disampaikan oleh Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Rokhmin Dahuri saat melakukan kunjungan kerja ke Pabrik Jaring  PT Arida , Kota Cirebon senin (16/3/2020).

"Kebutuhan jaring di Indonesia ini hampir 50 persen disupply oleh PT Arida, dan perusahaan ini murni karya anak bangsa dan tenaga kerja juga mayoritas penduduk lokal Cirebon," ujarnya kepada Monitorday.com yang didampingi oleh Direktur PT Arida, Irawan Mulia Putra dalam rangkaian kegiatan Safari Gemarikan (Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan) di pusat pendaratan ikan (PPI) Gebang Kota Cirebon.

Menurut mantan menteri era Kabinet Gotong Royong ini, PT Arida mempekerjakan 2500 masyarakat lokal tersebut sudah eksis sejak 1982. 

Dibalik prestasi PT Arida, kata dia, pabrik ini memiliki tantangan lain, seperti maraknya jaring impor yang harganya dibawah standard membuat perusahaan jaring lokal harus berbagi irisan kue. 

Bahkan harga jaring impor lebih murah 30-40 persen dari jaring lokal, membuat PT Arida harus memberikan penawaran yang kompetitif.

" Jaring impor masuk dengan harga yang tidak masuk akal. Pengendalian ini ada di Kemendag dan Kemenperin, menurut saya Arida harus membuat skema untuk kompetitif, untuk mengendalikan ini, tugas pemerintah tentunya harus ada langkah pemerintah untuk menjaga kelangsungan perusahaan lokal," katanya. 

Dia juga mengakui supporting dari Arida untuk ketersediaan alat penangkapan ikan tak diragukan lagi.  Hal itu diamini Direktur PT Arida, Irawan Mulia Putra.

 "Kalau kita sudah sangat transparan, untuk harga bahan baku dunia juga tenaga kerja kita sudah efisien, sementara harga jaring impor bisa masuk dengan lebih murah 30 presen, itu jadi masalah buat kami," akui Irawan

Irawan memaparkan, semester pertama tahun 2020 ini, PT Arida masih memproduksi permintaan bulan lalu. Sementara kedepan belum tahu permintaan semakin menurun.

Lima tahun terakhir PT Arida mengalami penurunan ditengah banjirnya produk impor mencapai 20-30 persen.

Meski fenomena wabah virus Corona, Irawan mengaku optimis pihaknya tetap akan lakukan produksi mengingat 2500 masyarakat lokal bergantung pada PT Arida. 

"Kami berharap tetap bisa produksi. Tenaga kerja yang kami hidupi harus tetap bisa bekerjasama agar tetap ada penghasilan," pungkasnya seraya menambahkan pihaknya melakukan prosedur sanitasi di pabrik agar karyawan tetap terjaga" ucapnya