Riza Azyumarrida Azra Buat Petani Singkong Naik Kelas

Riza Azyumarrida Azra Buat Petani Singkong Naik Kelas
Founder Rumah Mocaf, Riza Azyumarridha Azra (Dok: Layar tangkap zoom)

MONITORDAY.COM - Saat lulus dari bangku kuliah, kebanyakan orang memilih untuk menjadi pekerja di sebuah perusahaan. Apalagi, bagi kaum milenial, ketika dinyatakan diterima kerja di sebuah perusahaan bergengsi tentu memiliki kebanggaan tersendiri.

Namun, bayangan untuk kerja di kantor, ternyata bukan merupakan sebuah pilihan hidup bagi seorang milenial bernama Riza Azyumarridha Azra (30), lulusan elektro UGM yang berhasil membuat Petani Singkong berani menatap masa depan.

Bahkan, kehidupan petani singkong binaannya pelan tapi pasti mulai terangkat harkat dan derajat sebagai petani singkong.

Bagi Founder Rumah Mocaf Indonesia, pertanian adalah profesi utama dalam karier dan kehidupan. 

Ha ini disampaikan Riza di webinar dengan tajuk “Melahirkan Wirausaha Muda dan Koperasi Unggul Berbasis Kampus” yang diinisiasi oleh Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Sabtu (4/8/2021).

Selain Riza, turut hadir Drs. Teten Masduki (Menteri Koperasi dan UKM RI) yang diwakili oleh Ahmad Zabadi  (Deputi Perkoperasian UMKM) dan Suyatmin Waskito (Ketua Koperasi UMS). 

Webinar diawali dengan pesan hikmah dari Wakil Ketua Majelis Diktlitbang PP Muhammadiyah, Prof Chairil Anwar.

Selanjutnya, Webinar dipandu okeh Muchlas Rowi selaku Anggota Majelis Diktlitbang PP Muhammadiyah.

Wabinar kali ini sangat berbeda, karena Muchlas mampu membuat para panelis antusias dan berhasil memberikan insight yang cukup menarik.

Selain itu, banyaknya peserta dari berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang mengikuti webinar mengaku terpukau dengan paparan pemateri.

Apalagi saat Muchlas berhasil mendorong Riza mengisahkan ceritanya saat mendirikan Rumah Mocaf, banyak pertanyaan juga tanggapan yang terlontar.

Riza mengawali kisahnya saat mendengar curahan hati petani singkong yang membuat hatinya tergugah membangun rumah mocaf (modified cassava flour). 

Ia kemudian mendirikan perusahaan yang berlandaskan asas sociopreneurship di Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Awal bertemunya Riza dengan petani singkong berawal saat dirinya menjadi relawan di Dusun Jemblung, Kabupaten Banjarnegara yang tertimpa musibah longsor tahun 2014. 

Di dusun yang hilang tertimbun longsor, sarjana tehnik elektro ini bersama sejumlah temannya mendirikan Sekolah Inspirasi Pedalaman, untuk membantu anak – anak yang putus sekolah akibat bencana tanah longsor.

Dari sanalah, Riza bertemu petani petani singkong. Ibarat pepatah ‘Sudah Jatuh Tertimpa Tangga’, petani yang sudah tertimpa longsor, ternyata hasil panen singkongnya dihargai cukup rendah.

Sedih dan miris. Itulah yang dirasakan Riza mendengar singkong petani hanya dihargai Rp 200/kg. Jerih payah petani ibarat tak mendapat penghargaan yang layak.

Bahkan harga yang diperoleh petani jauh dari kata sepadan dengan upaya yang dilakukan petani dan biaya produksi, bahkan untuk upah mencabut singkong atau panen.

“Karena harga jual yang jauh lebih murah bahkan dibanding upah mencabut singkong, petani memilih membiarkan singkong yang subur dan banyak di kebun hingga membusuk,” kata Riza.

Menyikapi apa yang menjadi persoalan petani, pemuda 30 tahun ini  tergerak untuk berbuat sesuatu yang bisa mengubah keadaan masyarakat. 

Riza kemudian mencari dan mengolah data, berdiskusi dan banyak menggali informasi dari berbagai kalangan ahli singkong sampai dosen teknologi pangan.

Dari hasil mencari berbagai informasi, akhirnya Riza mendapat masukan pengolahan singkong menjadi tepung Mocaf (Modified Cassava Flour). Ia pun yakin, tepung mocaf, merupakan bahan pangan masa depan. 

Apalagi merujuk pada data yang diperolehnya, Indonesia berada diurutan kedua setelah Brazil sebagai penghasil singkong terbesar di dunia.

Kabupaten Banjarnegara tanah kelahirannya  merupakan penghasil singkong terbesar kedua di Jawa Tengah. 

“Dari data yang saya peroleh, Banjarnegara adalah penghasil singkong terbesar kedua se-Jawa Tengah. Singkong juga tumbuh baik dari Sabang sampai Merauke, membuat Indonesia ada diurutan ke dua penghasil singkong dunia setelah Brazil,” ungkapnya.

Ia pun mulai belajar membuat tepung mocaf dari nol hingga berhasil. Setelah itu Riza mulai mengedukasi sejumlah petani  cara pembuatan tepung mocaf hingga dapat secara mandiri memproduksi hingga memasarkan mocaf. 

Sayangnya harapan Riza tak semudah membalikkan telapak tangan. Petani tidak mudah dalam memasarkan mocaf dan berakibat produksinya tertimbun.

Untuk upaya besar ini, Riza menerapkan konsep dengan membagi deskripsi pekerjaan dengan konsep kluster.

Kluster pertama, petani sebagai produsen bahan baku. Pendampingan dan edukasi yang diberikan untuk petani adalah seputar produktivitas,  literasi finance, integrated farming  untuk menentukan HPP singkong.

Selama ini petani hanya menanam, tanpa membuat analisa usaha, analisa  usaha lahan dan margin. Integrated farming dengan ternak kambing dan sapi, dengan memanfaatkan kulit singkong diolah menjadi pakan dan kotoran ternak untuk pupuk,  lahan menjadi lebih produktif dengan produksi tiga kali lipat dan menghasilkan singkong organik, yang terpercaya sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

Kluster kedua, memberdayakan wanita, ibu rumah tangga mengolah singkong menjadi chips mocaf, sehingga memberikan penghasilan baru bagi masyarakat. 

Sementara Kluster ketiga yaitu memberdayakan anak muda yang bertugas melakukan quality control, branding, packaging, edukasi dan pendampingan kepada petani serta pengrajin. Karena target market Rumah Mocaf, kualitas menjadi yang utama.

Tugas lain cluster ke tiga ini adalah membuat inovasi produk turunan, seperti mie Mocaf, kue pie Mocaf, dan produk lainnya. 

“Kami memiliki resto Rumah Mocaf tempat anak muda nongkrong. Menunya kekinian seperti fried chiken, mie ayam dan semua  terbuat dari mocaf, ini sebagai bentuk edukasi kami ke mereka,” ungkapnya.

Bentuk edukasi lain lanjut Riza adalah memecahkan rekor versi musium rekor dunia Indonesia (MURI) dengan pembuatan sajian mi ayam terbanyak berbahan Mocaf. 

Riza berkolaborasi dengan paguyuban pedagang mie ayam dan ribuan porsi mi ayam dinikmati seluruh masyarakat secara gratis di Alun-Alun Purwokerto, Kabupaten Banyumas.

Mulai Naik Kelas

Upaya Riza ini ternyata berdampak positif bagi Petani singkong. "Dari harga 1kg singkong yang hanya Rp 200 dan tepung mocaf yang hanya dihargai Rp 3 ribu, kini bisa dihargai minimal Rp 1500 per kilogram untuk singkong dan Rp 10 ribu per kilogram untuk Mocaf," jelasnya.

Rumah Mocaf membantu petani untuk melakukan integrated Farming dengan ternak kambing dan sapi.

" Dengan memanfaatkan kulit singkong diolah menjadi pakan dan kotoran ternak untuk pupuk,  lahan menjadi lebih produktif dengan produksi tiga kali lipat dan menghasilkan singkong organik, yang terpercaya sehingga memiliki nilai jual yang tinggi," tuturnya. 

Alhasil, lahan 1 Hektar mampu menghasilkan 30 ton singkong yang organik. Padahal sebelumnya, 1 Hektar hanya 10 ton singkong dan non organik. Dengan adanya integrated farming, limbah pun menjadi terolah sehingga zero waste.

Dengan tingginya harga jual dan produktivitas, penghasilan petani meningkat 100 persen dan petani bisa menabung dengan benar. 

"Sebelumnya petani tidak bisa mengukur pendapatan mereka, bahkan cenderung merugi. Namun setelah mendapatkan literasi ekonomi, Petani semakin mengerti," tambahnya.

Jihad kedaulatan pangan yang selalau Riza lontarkan berbuah hasil yang luar biasa di tahun ini.

Betapa tidak, tepung mocaf gluten free berhasil menembus pasar di Inggris.

Riza yang juga Anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah mengaku bersyukur atas kesempatan yang berharga ini.

Riza berharap tepung mocaf asli buatan Indonesialah yang mendominasi pasar dalam negeri, bukan tepung impor.

" Suka atau tidak, impor terigu Indonesia sangat tinggi tahun ini," terang Riza.

Suami dari Wakhyu Budi Utami bersyukur atas dukungan ketua Umum Muhammadiyah Prof.Dr H Haedar Nashir yang mengatakan bahwa darah Ahmad Dahlan mengalir deras dalam dirinya.

" Inilah jihad ekonomi. Kita harus yakin bisa menegakkan kedaulatan ekonomi," pungkas Riza.