Revolusi Akhlak ala Erick Thohir
Sebelum Habib Rizieq mencanangkan gerakan revolusi akhlak, Menteri BUMN telah terlebih dahulu mencanangkan gerakan revolusi akhlak di BUMN.

MONDAYREVIEW.COM – Istilah revolusi akhlak mulai popular hari-hari ini. Hal ini karena Habib Rizieq menyatakan akan memimpin revolusi akhlak di Indonesia. Tak hanya itu, Rizieq menyatakan akan siap untuk merapat kepada pemerintah Joko Widodo jika pemerintah menyetujui gagasannya tersebut dan memenuhi beberapa permintaannya. Namun sadarkah kita? Bahwa sebelum Habib Rizieq mencanangkan gerakan revolusi akhlak, Menteri BUMN telah terlebih dahulu mencanangkan gerakan revolusi akhlak di BUMN. Ada sebuah ungkapan popular dari Erick Thohir yang sering digunakan milenial, yakni “gak ada akhlak”. Ungkapan ini mencerminkan program Erick guna membenahi akhlak BUMN.
Selama ini BUMN banyak mendapatkan citra buruk baik di masyarakat maupun di pemerintahan. BUMN identic dengan inefisiensi dan korupsi dalam pengelolaannya. BUMN juga diduga menjadi sapi perah politik bagi politisi-politisi guna mendapatkan amunisi untuk tujuan politiknya. BUMN sering diberitakan menderita kerugian yang membebani pemerintah. Hanya sedikit BUMN yang mempunyai citra yang baik. Guna mengubah kondisi tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir secara resmi menetapkan akhlak sebagai core value dari BUMN pada. Penetapan akhlak sebagai core value BUMN bersamaan dengan acara perubahan logo dan slogan Kementerian BUMN.
Menurutnya penetapan akhlak sebagai core value bukan lip service, karena kalau kita bekerja ada core value, ini yang membuat kita kuat. Erick menjadikan akhlak sebagai panduan bagi manajemen BUMN untuk dapat bekerja dengan benar demi kepentingan bangsa, bukan kepentingan pribadi atau kelompok. Erick memerinci akronim akhlak terdiri atas amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
Erick menilai faktor akhlak sangat vital bagi BUMN untuk maju. Ia mencontohkan poin penting loyal yang harus menjadi acuan bagi manajemen BUMN bekerja untuk kepentingan bangsa dan tidak menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Menurutnya ada 53 kasus hukum di BUMN yang tidak boleh terulang kembali. Adanya kasus-kasus tersebut juga menguatkan alasan kenapa akhlak penting.
Kata akhlak memang lekat dengan Erick sejak awal menjabat sebagai Menteri BUMN. Dalam setiap kesempatan, mantan pemilik Inter Milan itu selalu menaruh pesan pentingnya akhlak bagi manajemen BUMN. Erick meyakini dengan kerja keras kita semua dan akhlak sebagai core value, upaya ini akan dimudahkan oleh Tuhan.
Sebelum revolusi akhlak, pemerintah Joko Widodo pada periode pertamanya mencanangkan revolusi mental sebagai gerakan nasional. Jika kita melakukan kilas balik, pada masa awal pemerintahan Jokowi terpasang spanduk-spanduk revolusi mental di gedung-gedung pemerintahan. Sampai hari ini revolusi mental masih menjadi program di Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Namun yang diperlukan adalah adanya evaluasi yang berkelanjutan mengenai program ini.
Revolusi akhlak dan revolusi mental secara substansi adalah sama walaupun namanya berbeda. Selayaknya siapapun yang mempunyai iktikad baik untuk membenahi akhlak di Indonesia patut didukung. Namun yang lebih penting jangan sampai revolusi akhlak dan mental hanya berhenti menjadi sebatas slogan namun tanpa aksi nyata.