Rektor Unair Mohammad Nasih : Ada Oligopoli dalam Persaingan Industri Farmasi Dunia

Unair sudah melakukan banyak riset di bidang farmasi berbasis herbal.  Namun tidak mudah ketika harus masuk ke tahap produksi. “Teman-teman di industri tentu punya hitung-hitungannya sendiri. Harus untung atau setidaknya bisa membayar karyawan,“ imbuh Nasih. Persaingan dengan industri kimia juga luar biasa. Sehingga pada program-program yang diafirmasi Pemerintah yang lebih memiliki peluang untuk berkembang.

Rektor Unair Mohammad Nasih : Ada Oligopoli dalam Persaingan Industri Farmasi Dunia
Rektor Unair/ net

MONITORDAY.COM –Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Mohammad Nasih mengungkapkan bahwa ada persaingan  yang keras dalam industri farmasi dunia. Di dunia farmasi ada oligopoli yang akan melibas pemain baru dalam industri ini. Para pemain dalam industri kesehatan dunia yang telah menguasai pangsa pasar global tentu tak rela bila ada produk atau perusahaan baru yang akan mengancam dominasi mereka.

Pendapat itu disampaikan dalam Diskusi Online Peluang Industri Farmasi Berbasis Herbal Hadapi New Normal yang diselenggarakan monitorday.com pada Sabtu (06/06/2020).

“Banyak Perusahaan besar yang mau membeli hasil riset kita agar tidak dipasarkan. Bukan untuk diproduksi,” kata Mohammad Nasih.

Unair sudah melakukan banyak riset di bidang farmasi berbasis herbal.  Namun tidak mudah ketika harus masuk ke tahap produksi. “Teman-teman di industri tentu punya hitung-hitungannya sendiri. Harus untung atau setidaknya bisa membayar karyawan,“ imbuh Nasih. Persaingan dengan industri kimia juga luar biasa. Sehingga pada program-program yang diafirmasi Pemerintah yang lebih memiliki peluang untuk berkembang.

Sementara itu Indonesia memiliki kekayaan biodiversity atau keanekaragaman hayati nomor dua setelah Brazil. Dengan kekayaan itu kita berpotensi untuk mengembangkan ini. Bahan-bahan alami yang tersedia memicu riset dalam pengembangan industri farmasi khususnya yang berbasis herbal. Hal senada dingkap Direktur Utama PT Biofarma Honesti Basyir.

Menanggapi hal tersebut Ekonom CORE Indonesia Hendri Saparini menegaskan bahwa potensi jangan sampai berhenti menjadi potensi. Menuju era normal baru. Semestinya Indonesia tidak sekedar perilaku masyarakat. Tetapi memperbaiki struktur ekonomi kita. Sehingga peluang dan kekuatan kita terpetakan.

“Industri herbal ke depan harus berbasis sumber daya alam. Tidak hanya minyak bumi. Termasuk sumber daya herbal. Juga kekuatan kultural untuk memanfaatkan dan mengembangkan industri herbal”, kata Hendri.   

Lisensi menjadi penting untuk berkembang secara internasional. Namun dengan captive market yang dimiliki kita dapat membangun kekuatan industri kita. Dengan memenuhi kebutuhan dalam negeri saja industri kita dapat berkembang dengan baik. Harus ada keberfihakan yang jelas dari Pemerintah. Salah satunya adalah industri herbal. Masuk dalam strategi.