Menakar Poros Baru Pilpres 2019
akhir-akhir ini, banyak yang mendorong adanya calon alternatif selain keduanya. Jika melihat aturan ambang batas, Pencalonan Presiden, calon alternatif akan terbentuk dengan gabungan tiga partai, yaitu Demokrat, PAN, dan PKB.

MONITORDAY.COM - Jelang Pemilihan Presiden yang digelar tahun depan, bursa Capres dan Cawapres saat ini sudah santer dibicarakan. Presiden Joko Widodo sebagai petahana telah mantap melirik Capres 2019, dengan mencalonkan lagi sebagai Capres. Sementara Prabowo, lawannya di tahun 2014 lalu, belum terang-terangan menyatakan diri sebagai Capres. Namun, santer terdengar Prabowo akan mencalonkan diri lagi sebagai Capres. Hal ini yang kemudian muncul ungkapan bahwa Pilpres 2019 akan mengulang tahun pilpres 2014, yaitu dua calon, Prabowo - Jokowi.
Kendati demikian, akhir-akhir ini, banyak yang mendorong adanya calon alternatif selain keduanya. Jika melihat aturan ambang batas Pencalonan Presiden, yaitu 20 % kursi di parlemen, dan 25 % suara sah nasional, calon alternatif akan terbentuk dengan gabungan tiga partai, yaitu Demokrat, PAN, dan PKB.
Di tengah kabar itu, hari ini, Kamis (8/3/2018), elit partai Demokrat, PKB dan PAN menggelar pertemuan di Jakarta Selatan. dihadiri oleh Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan, dan Ketua Divisi Publik Demokrat Imelda sari. Dari PKB hadir Sekjen Lukmanul Hakim dan Wabendum Rasta Wiguna. Sementara dari PAN ikut jadir Sekjen Eddy Soeparno.
Pertemuan tersebut menurut Sekjen Demokrat merupakan pertemuan untuk membahas Pilpres 2019. Serta memang sebelumnya telah mengadakan pertemuan antara sekjen Demokrat, PAN dan PKB. jadi Pertemuan hari ini merupakan lanjutan dalam rangka membicarakan Pilperes. Kemudian yang jadi pertanyaan, bisakah ketiganya membentuk poros alternatif jika melihat peluang yang ada?
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari menyatakan bahwa cukup sulit untuk bisa membentuk Capres alternatif di 2019, dari Demokrat, PAN dan PKB.
“Siapa calon presidennya jika ketiga partai politik ini tergabung, apakah Agus, apakah Zulkifli Hasan, ataukah Muhaimin, untuk sementara ini kalau bicara calon presiden dan wakil presiden maka ada tokoh yang tersisih karena tokohnya ada tiga, kalau satu dari mereka tersisih akhirnya tidak jadi tergabung, maka syaratnya jadi tidak terpenuhi, itu yang menjadi sulit,” ujar Qodari.
Ada juga opsi yang lain, menurut Qodari yaitu dengan menarik Capres dari non-partai. Namun menurutnya itu sama rumitnya dengan opsi pertama. “pertanyaanya siapa partainya, lebih rumit lagi, kalau pada skenario pertama itu dua tokoh bisa terakomodasi kalau bicara presiden dari luar partai ini maka yang berakomodasi cuma satu saja,” papar Qodari
Kecuali, sambung Qodari, ada salah satu partai pendukung Jokowi atau Prabowo ada yang balik badan. Kemudian timbulah partai keempat. Tapi menurutnya, sampai saat ini Ia belum melihat partai keempat tersebut.
Kemudian Qodari mencontohkan jika adanya partai yang balik badan untuk tidak pendukung Jokowi dan Praborw. “yang paling menarik misalnya partai Golkar, tiba-tiba balik badan, atau mengusung calon presidennya sendiri, tapi kalau golkar keluar dari koalisi, maka golkar akan menjadi pemimpin koalisi dan calon presidennya dari partai golkar. Dan itu berbeda sama sekali dengan yang terjadi saat ini,” pungkasnya.
(elbach)