Reaktivasi Jalur Kereta, Bangkitkan Kembali Romantisme Masyarakat Garut

Reaktivasi Jalur Kereta, Bangkitkan Kembali Romantisme Masyarakat Garut
Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perhubungan Budi Karya menyaksikan antusiasme Warga Garut Menggunakan KA Lokal Cibatu - Garut

MONITORDAY.COM - Ketika Menteri BUMN Erick Thohir bersama Menteri Perhubungan Budi Karya menggunting pita yang menandai beroperasinya kembali Stasiun Garut pada Kamis 24 Maret 2022, saat itu pula, hati masyarakat Garut kembali bungah.

Peresmian itu bukan hanya mengaktifkan lagi jalur transportasi kereta yang telah mati selama 40 tahun lamanya, lebih dari itu, peresmian tersebut memantik kembali romantisme masyarakat Garut akan masa lalu. 

Reaktivasi stasiun berikut jalur kereta Garut - Cibatu sepanjang 19,5 km itu memiliki banyak arti bagi masyarakat Garut. Sebab ada banyak kenangan dan juga cerita menarik tentang perpindahan warga dari Garut menuju Cibatu, atau yang hendak melanjutkan perjalanan ke Bandung atau kota lain di Jawa Barat. 

Sebagai bagian dari warga Garut, Komisaris Jamkrindo, Muchlas Rowi sangat berterimakasih kepada Menteri BUMN Erick Thohir, Menhub Budi Karya, dan rekan-rekannya di jajaran Direksi dan Dewan Komisaris PT KAI, yang telah mengaktivasi jalur kereta tersebut.

"Peristiwa bersejarah itu merupakan realisasi dari janji kampanye Presiden Jokowi ketika berkampanye di Garut yang akan mengidupkan lagi empat jalur kereta, salah satunya jalur Cibatu," ungkap Muchlas.

Menurut Muchlas, realisasi janji Presiden Jokowi bertujuan untuk memastikan konektivitas antar daerah di Indonesia. Jika hanya menggunakan kacamata bisnis, tentu saja upaya seperti itu tidaklah menjadi prioritas. Namun, ini lebih sebagai kewajiban pemerintah untuk mengatasi persoalan perekonomian, melayani kepentingan umum dan membuka akses pemerataan.

"Kereta api memungkinkan orang, barang, dan jasa bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara lebih cepat dan efisien. Perannya sangat penting baik dalam proses produksi maupun distribusi komoditas ekonomi. Sama seperti internet, listrik, dan air yang menjadi elemen penting proses produksi," papar Dosen Institut Bisnis Muhammadiyah ini.

Berdasarkan data dari PT KAI, total nilai investasi reaktivasi ini sebesar Rp 352 miliar, yang mencakup pembangunan kembali jalur sepanjang 19,063 kilometer dari Garut ke Cibatu, serta pembangunan 3 (tiga) stasiun Stasiun Garut, Wanaraja, dan Pasirjengkol.

PT KAI akan mengoperasikan dua KA pada lintas layanan Garut-Cibatu ini yaitu KA Lokal Garut Cibatuan dan KA Cikuray. Harga tiket Kereta Api (KA) Cikuray dengan relasi Stasiun Pasar Senen hingga Stasiun Garut mampu ditekan hingga Rp 45.000 melalui subsidi Public Service Obligation (PSO). Sementara, kereta lokal yang melayani lintas Cibatu-Garut itu dikenakan tarif Rp6.000, itu juga sudah disubsidi sehingga sangat terjangkau bagi para pengguna. 

Sesuai arahan Presiden dan Menteri BUMN, reaktivasi itu berujung meningkatnya perekonomian masyarakat Garut khususnya dari potensi kebangkitan wisata, termasuk membantu para pengusaha kecil di sekitar stasiun dalam memasarkan produk lokal dan UMKM. 

Lain dari itu, dipandang dari konteks pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur kereta api merupakan salah satu kebijakan yang dapat mendorong pembangunan ekonomi inklusif. Karena selain dapat memudahkan aktivitas ekonomi, transportasi kereta api juga dapat menciptakan konektivitas.

Ada ungkapan yang cukup masyhur, bahwa transportasi seringkali membentuk budaya pada sebuah masyarakat. Di tahun 80-an warga Garut selalu merasakan kegembiraan kala kereta api tiba di Stasiun Cibatu. Sebuah stasiun yang juga dikenal sebagai salah satu depo lokomotif uap terbesar se-Jawa dan Sumatera.

Komedian legendaris Charlie Chaplin bisa dibilang promotor kelas wahid Stasiun Cibatu itu. Sejak kunjungannya ke Garut di tahun 1927, Stasiun Cibatu tak lagi sama. Kedatangan Charlie Chaplin menarik animo besar masyarakat.

Dari 'urban legend' yang masih hidup di kalangan masyarakat Cibatu, Muchlas menceritakannya kembali ketertarikan Charlie kepada Garut. Awalnya, Charlie Chaplin yang memiliki hari lahir sama dengan tanggal peresmian Stasiun Cibatu itu penasaran akan keberadaan Stasiun Kereta yang sangat besar dan legendaris di Hindia Belanda. 

Kabar kedatangan Charlie Chaplin rupanya diketahui warga Garut dari para pelancong pribumi dan Eropa yang kerap datang ke Garut. Sontak warga Garut pun mendadak heboh.

Di satu siang, kereta yang ditumpangi Charlie Chaplin tiba di Cibatu. Kedatangannya disambut antuasias oleh warga Garut. Mereka berdiri rapi di mulut stasiun. Sesaat setelah sosok pemeran film bisu itu terlihat, mereka berdesakan berebut posisi untuk melihat aktor paling top di masanya itu. 

Kepopuleran dan satir yang kerap disuguhkan Chaplin konon sampai membuat pimpinan Partai Nazi, Adolf Hitler gelisah jika Chaplin beraksi memainkan peranannya. Komedi, adalah instrumen paling mematikan propaganda yang dibangun Hitler, Goebels dan pimpinan Partai Nazi di Eropa.

Keruan saja, warga Garut yang terdiri dari pelbagai lapisan masyarakat itu berhari-hari telah menunggu kedatangan Chaplin.

Saat tiba khalayak yang sudah menunggu di Stasiun Cibatu sempat pangling, lantaran Charlie Chaplin tiba dengan wajah aslinya. Ia tak berpenampilan seperti biasanya. Wajah polosnya terlihat sempurna, tanpa makeup sedikit pun. Kumis dan topi khasnya juga tak ia kenakan. Ia datang dengan setelan jas biasa, dan topi yang mirip mandor perkebunan.

Charlie Chaplin sangat terkesan dengan Garut. Selain karena alamnya yang indah, juga hidangan sate dombanya yang khas. Katanya karena punya khasiat menambah kejantanan.

Entah betul atau tidak, yang pasti Charlie Chaplin sempat kembali ke Garut pada tahun 1935. Warga Garut kembali berbondong-bondong ke Stasiun Cibatu. Menunggu kereta tiba.

"Sejak saat itu, warga Eropa makin banyak yang pelesiran ke Garut. Penginapan-penginapan di sekitar stasiun penuh sesak. Ekonomi Garut tumbuh. Warga Garut pun selalu punya alasan untuk menunggu kereta tiba," kata Muchlas.

Kolaborasi Kementrian BUMN, Kemenhub dan Pemerintah Kabupaten Garut tanpa banyak kata berhasil menghidupkan kembali jalur mati kereta jurusan Bandung-Garut. Itu artinya, mudik dari Jakarta bisa langsung ke Garut menggunakan kereta.

Keberadaaan kereta api akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi. Kereta api juga membantu memperbaiki rantai pasok (supply chain).

"Termasuk bagi orang-orang seperti saya," kenang Muchlas yang sempat menghabiskan masa kecil di Garut alias Swiss in Java di era 80-an. Terutama di bulan puasa, karena kereta terakhir di sore hari jadi penanda datangnya waktu berbuka. 

Tidak hanya menjadi penanda berakhirnya waktu ngabuburit, bunyi cerobong asap lokomotif juga dijadikan penanda waktu imsak. Pihak stasiun rupanya diminta warga sekitar supaya suara dari cerobong asap juga dibunyikan tatkala waktu imsak tiba.

Untuk sekian lama, kereta api mendapat tempat di hati masyarakat Garut. Hingga akhirnya, kereta api Jalur Bandung-Garut berhenti beroperasi di tahun 1983. Stasiun Cibatu mendadak sepi, mengubur kenangan komunal masyarakat kepada kereta. Namun, kini masyarakat Garut sudah bisa memahat lagi kisah-kisah baru.