Ramai-ramai Mendukung Jokowi di Pilpres 2019 & Film ‘Dunkirk’

Film Dunkirk jika dikaitkan dengan lanskap politik kontemporer – jangan-jangan partai politik tersebut sekadar berhasrat untuk bertahan hidup di periode 2019-2024.

Ramai-ramai Mendukung Jokowi di Pilpres 2019 & Film ‘Dunkirk’
Film Dunkirk (China Film Insider)

MONDAYREVIEW.COM – Tahun masih mendetakkan angka 2017, namun sejumlah partai politik telah melabuhkan pilihan pada sosok Joko Widodo sebagai kandidat capres pada Pilpres 2019. Partai Golkar, NasDem, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hanura telah menyampaikan itikadnya menyokong mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut di Pilpres 2019.

Dalam sebuah kesempatan wawancara, salah satu petinggi Partai Golkar menyatakan momentum. Golkar sendiri merupakan partai politik pertama yang dengan benderang mengutarakan dukungannya pada Jokowi untuk Pilpres 2019. Politikus tersebut menyatakan Jokowi akan mengingat Golkar sebagai parpol pertama yang mendukungnya. Selain untuk menambatkan keeratan hingga masa bakti 2019, Golkar juga dipandangnya telah menginvestasikan kepercayaan untuk periode pemerintahan berikutnya.

Apa yang terjadi dengan merapatnya partai politik menyatakan dukungan menunjukkan bagaimana lanskap politik Indonesia yang masih kental dengan ketokohan. Bak film Hollywood ada tokoh utama dengan heroisme yang kerap dilebih-lebihkan dosisnya. Maka ketika film Dunkirk menyeruak di layar bioskop, segenap kesadaran pun muncul. Bahwasanya perang tak melulu soal nama-nama besar dan tokoh-tokoh besar. Perang juga tak melulu tentang tokoh utama yang diberikan dosis kepahlawanan dan dramaturgi berlebih. Para tentara yang nyaris tanpa nama itu hanya memiliki filosofi untuk bertahan hidup.

Film Dunkirk jika dikaitkan dengan lanskap politik kontemporer – jangan-jangan partai politik tersebut sekadar berhasrat untuk bertahan hidup di periode 2019-2024. Dengan merapatkan dukungan dan berharap mendapatkan konsesi jabatan dan ekonomi. Lalu jangan-jangan partai politik menjadi nyaris tanpa nama dan nyaris tak terdengar serta setipe koornya. Partai politik yang tenggelam dengan nama tokoh dan sekadar mencoba untuk bertahan hidup. Ini tentu bukan hal yang diidam-idamkan bagi demokrasi di negeri ini.