Psikolog Rini S Minarso Berbagi Kiat Mendidik Anak di Era Digital
Teknologi digital dapat digunakan untuk membantu anak-anak belajar dan berkembang, namun fungsi control wajib dikedepankan.

MONITORDAY.COM - Orang tua wajib memantau jenis informasi apa yang dapat diakses dan seberapa sering anak-anak menggunakan gawai.
Meskipun diakui, teknologi digital dapat digunakan untuk membantu anak-anak belajar dan berkembang, namun fungsi kontrol wajib dikedepankan.
Hal ini disampaikan Psikolog Rini S Minarso, saat memberikan materi Seminar Kesehatan dengan tajuk “Pengaruh Gawai/ Gadget Bagi Kejiwaan Anak” kepada 60 Promkes Puskesmas se Kabupaten Cirebon, 300 siswa SMA, Pejabat Dinas Kesehatan, dan para akademisi di Kab Cirebon, pada Kamis, (14/11/2019).
“Saat ini, ada 5 generasi menurut rentang tahun kelahiran, yaitu The Greatest Generation (lahir sebelum 1928, tahun 2015 berusia 88-100 tahun), The Silent Generation (lahir 1928-1945, tahun 2015 berusia 70-87 tahun), The Baby Boom Generation (lahir 1946-1964, tahun 2015 berusia 51-69 tahun), Generation X (lahir antara tahun 1965-1980,tahun 2015 berusia 35-50 tahun), dan The Millenial Generation (lahir antara tahun 1981-1997, tahun 2015 18-34 tahun), Tingkat imigrasi generasi millenial lebih tinggi dibandingkan generasi yang lain," sebut Rini.
Ia kemudian menuturkan, sesuai data terbaru livescience.com diperkirakan tinggi tingkat transmigrasi akan mencapai puncaknya pada tahun 2036, yaitu sebesar 81,1 juta jiwa.
Menurutnya, era digital adalah masa di mana semua manusia dapat saling berkomunikasi sedemikian dekat walaupun saling berjauhan. Masa di mana dengan cepat mengetahui informasi tertentu bahkan real time. Padahal komunikasi paling efektif adalah face to face namun sepertinya, era saat ini, orang sudah mulai mengesampingkan perjumpaan secara langsung.
“Sederhana ajalah, kalau lagi ngumpul, apakah dengan teman, kerabat, keluarga dalam satu ruangan, coba lihat, masing-masing sibuk dengan gadget, jarang yang bertegur sapa, termasuk saya lagi kasih materi juga ada tuh yang pura-pura dengar saya, padahal jari-jarinya sibuk bersosmed, ayo ngaku tunjuk tangan," tutur Rini yang sontak membuat para peserta Seminar Kesehatan yang sebagian besar para siswa SMA itu terpingkal-pingkal.
Rini yang dikenal supel dengan para remaja ini kemudian mengutip New York Times, Thomas L Friedman dalam The World is Flat yang membagi globalisasi kedalam 3 tahapan yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0 dan globalisasi 3.0.
“Nah sekarang ini kita telah memasuki era globalisasi 3.0 bahkan sudah 4.0 dan 5.0 di mana kehidupan manusia dikelilingi oleh teknologi digital. Semua manusia saling terhubung dengan adanya internet, kita bisa kirim surat melalui email secara cepat" terangnya.
"Kita bisa menyebarkan informasi kepada khalayak ramai via twitter dan instagram, Bisa saling bertegur sapa dengan teman lama melalui Facebook, Kita bisa mengirimkan kabar dengan keluarga via video call di Line ataupun Whatsapp, dan sebagainya. Semua seakan terhubung tanpa ada batasan waktu dan wilayah,” sambung Rini kemudian.
Lebih lanjut Rini menambahkan, di zaman sekarang ini, internet lebih berkuasa dari pada pulsa. Era digital adalah salah satu tanda kemajuan internet. Anak zaman now bahkan lebih memilih tidak makan dari pada tidak ada akses internet. Jika paket data habis, mereka akan cenderung mencari koneksi wifi untuk melakukan segala aktivitas. Sosial media dan game online sudah menjadi gaya hidup.
“Bener nggak kalau kamu lebih mending kehabisan pulsa daripada kehabisan paket data, ngaku deh Jika paket data habis, hello guys, kamu akan cenderung mencari koneksi wifi untuk melakukan segala aktivitas. Social media dan game online sudah menjadi gaya hidup, ” ujarnya dengan medok khas jawa cirebonan.
Kiat Mendidik Anak Era Digital
Mengakhiri materinya, Rini berbagi kiat untuk mendidik anak di era digital. Pertama, komunikasi 2 arah. Dibutuhkan komunikasi dua arah dalam mendidik anak-anak zaman now.
"Artinya orang tua tidak hanya sekedar melarang atau memberi instruksi kepada anak saja, tetapi juga bersikap sebagai pendengar yang baik dan memberikan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi anak," ujarnya.
Kedua, lanjut Rini, kembangkan bakat anak. Manfaatkan teknologi untuk mengembangkan bakat anak. Misalnya, jika anak memiliki bakat memasak, menjahit atau menari, orang tua bisa memutar video tutorial yang bisa ditiru atau menjadi inspirasi bagi anak.
"Pada anak usia sekolah, ajak dia untuk berkreasi membuat dan mengedit video yang kemudian diunggah ke akun sosial media. Dengan begitu, teknologi menjadi alat untuk mengembangkan kreativitas dan bakat anak, tentu saja dengan bimbingan orangtua," katanya.
Ketiga, monitor aktivitas anak. Batasi screen time untuk anak. Buatlah kesepakatan dengan anak kapan ia boleh menggunakan gadgetdan berapa lama waktu pemakaiannya.
"Selain itu, sepakati pula jenis konten apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihatnya. Atur pola pengaturan pada gadget agar anak tidak dapat melihat konten orang dewasa," ujarnya.
Keempat, beri contoh yang baik. Anak adalah peniru ulung. Maka berilah contoh yang baik untuk anak-anak. Buat kesepakatan dengan pasangan untuk tidak memegang gadget dalam bentuk apapun, baik itu ponsel ataupun laptop, selama jam-jam tertentu dimana anak sedang membutuhkan perhatian orangtuanya dan yang terakhir.
Kelima, pendidikan agama sejak dini. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih penting daripada mengajarkan pendidikan agama sejak dini. Nilai-nilai agama yang diperoleh anak sejak kecil menjadi bekal baginya untuk membentengi diri dari perilaku atau pengaruh buruk lingkungan di sekitarnya.
Mendidik anak di era digital, dikatakan Rini, memang tidak mudah. Jika orang tua terlalu ketat menerapkan disiplin kepada mereka, dikhawatirkan akan membuat anak menjadi pribadi yang membangkang dan tidak mandiri. Di lain sisi, terlalu membebaskan anak juga beresiko membawa mereka pada pengaruh negatif serta lingkungan pergaulan yang salah.
Oleh sebab itu, peran orang tua sangat penting untuk selalu mendampingi anak-anak. Terapkan aturan dan disiplin tanpa membuat anak merasa tertekan.
"Sebaliknya orang tua hendaknya mampu memposisikan diri sebagai ‘sahabat’ yang selalu dapat diandalkan dan dipercaya oleh anak-anak. Sehingga kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang positif," tandasnya.