Protokol vs Produktif Ala Tukang Servis AC

Tokoh kita kali ini adalah Kang Daday. Asalnya dari sebuah kampung tersohor di perbatasan Banten dan Jawa Barat. Sebagai Tukang service AC ia tak hanya mendinginkan ruangan. Ia juga membawa kesejukan batin. Di tengah hidup yang sumpek di balik masker. Pengalaman sehari harinya mendinginkan dinding medsos.

Protokol vs Produktif Ala Tukang Servis AC
ilustrasi foto/ net

MONDAYREVIEW.COM - Masalah pelik dalam menghadapi pandemi ini memunculkan dilema urusan nyawa dengan urusan perut. Antara menekan penyebaran wabah dengan denyut nadi ekonomi. Bagi sebagian orang hilangnya penghasilan berarti kelaparan. Ujung-ujungnya nyawa juga yang dipertaruhkan.

Perhatian khalayak lebih banyak tertuju pada profesi tenaga kesehatan yang disebut berada di garis depan perang melawan pandemi. Juga pada pengemudi layanan transportasi daring yang dianggap paling terdampak. Profesi nakes dan ‘driver ojol’ mewakili dua kutub tarik-menarik dalam dilema kebijakan Pemerintah dalam menangani wabah. Juga persepsi publik di zaman medsos yang riuh dengan perdebatan di dunia maya.

Banyak sektor terdampak. Hampir semua, langsung atau tidak langsung. Tak sedikit yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Namun tak semua profesi turun atau tamat pamornya di tengah pandemi. Satu diantaranya adalah penyedia jasa instalasi, perawatan dan perbaikan pengatur suhu ruangan. Sehari hari kita menyebutnya Tukang Servis AC.

Bagaimana protokol bagi profesi tukang servis AC mungkin tak akan sempat dibahas hingga wabah berlalu kelak. Mungkin protokol umum saja yang harus diikutinya.   

Tokoh kita kali ini adalah Kang Daday. Asalnya dari sebuah kampung tersohor di perbatasan Banten dan Jawa Barat. Sebagai Tukang service AC ia tak hanya mendinginkan ruangan. Ia juga membawa kesejukan batin. Di tengah hidup yang sumpek di balik masker. Pengalaman sehari harinya mendinginkan dinding medsos.

Menurut Kang Daday profesi ini tahan resesi. Setidaknya saat banyak pekerjaan hilang karena pandemi Jasa Perbaikan AC justru makin laris menerima orderan. Terkadang kewalahan. Pelanggan juga harus menunggu antrean tak segera mendapatkan layanan. Profesi ini juga sarat dengan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Reputasi Tukang Servis AC menjadi jaminannya. Karena kebanyakan pelanggan tak tahu menahu urusan AC.  

Bekerja dari Rumah atau Work From Home (WFH) membuat rumah mesti sesejuk kantor. Banyak orang ingin AC yang bersih dan sehat. Ruangan berpendingin dalam beberapa riset justru lebih rentan bagi penularan wabah. Karena ingin tetap nyaman bekerja dari rumah dengan udara sejuk dan bersih-sehat maka jasa Tukang Servis AC semakin dibutuhkan selama PSBB bahkan normal baru.

Bagi Kang Daday sendiri WFH dan WFO nyaris sama saja. “Kalau masang atau nyervis di rumah orang ya WFH, kalau di perkantoran yang WFO,” canda Kang Daday.

Beberapa kali dinding medsosnya menampakkan foto kala ia menjalani profesi. Narasi yang menyertainya tidak ‘menantang’ protokol PSBB. Ia tetap berusaha sekuat mungkin patuh. Menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Juga menjaga kekebalan tubuhnya dengan makan dan istirahat yang cukup. Ia lebih banyak minta maaf harus bekerja karena profesinya tak memungkinkan dilakukan secara jarak jauh atau remote.

Ini penting disadari banyak orang yang nekat bekerja tanpa mengindahlan protokol kesehatan lagi. Atau bepergian keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Hanya untuk ngariung dan berkerumun tak produktif. Kebiasaan sosial sebagai bangsa yang ingin dikenal ramah ini memang harus dikoreksi. Kali ini koreksi besar oleh wabah penyakit yang sangat cepat menular.

Kang Daday mungkin tidak terwadahi oleh organisasi profesi atau serikat buruh. Ia bergabung dengan organ relawan yang punya pandangan politik sebangun dengannya. Suatu kali ia sempat punya ide untuk membuat ruang rapat di gedung DPR agak tak tak terlalu sejuk. Supaya para wakil rakyat nggak ketiduran.

Kang Daday bahkan menawarkan diri untuk melatih siapa saja yang butuh pekerjaan dan mau jadi tukang servis AC. Jauh sebelum tawaran kursus daring yang menggunakan anggaran negara jadi perdebatan panas. Ia tak takut tersaingi. Barangkalai ia merasakan pentingnya membangun ekosistem layanan jasa servis AC yang menguntungkan penyedia jasa dan pelanggan. "Pelanggan banyak, kasihan ada yang harus lama nunggu sampai ada yang tidak tertangani," kilahnya.

Tentu saja tak semua Tukang Servis AC terwakili oleh pandangan dan pengalaman Kang Daday. Yang terpenting adalah menggali makna di balik pengalaman orang sepertinya. Agar kita tetap bersyukur dengan cara yang benar. Waspada ikuti protokol sekaligus berupaya tetap produktif.