Prospek Pertanian Sayuran di Tengah Pandemi

MONITORDAY.COM - Pandemi membawa kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat terutama sayuran, palawija dan buah-buahan. Kandungan vitamin dan nutrisi lainnya pada komoditas pertanian dan perkebunan itu sangat diperlukan untuk mendongkrak daya tahan tubuh.
Hal ini tentu menjadi peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi petani dan pemasok sayur-mayur. Dengan masa tanam yang relatif pendek dan budidaya yang relatif singkat mendorong putaran roda ekonomi yang cepat. Sejumlah petani sayuran mengaku meraup keuntungan cukup besar di tengah pandemi COVID-19 karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Sebelum pandemi kita sering mendapati sayur-mayur sangat murah harganya di tingkat petani. Bahkan kala panen raya tak jarang harganya anjlok hingga petani merugi. Apalagi para pengumpul dan pedagang tak memiliki ruang atau fasilitas pendingin hingga kondisi sayur-mayur ini cepat rusak dan berubah menjadi food waste atau sampah makanan.
Kini momentum untuk mengambil untung datang. Para petani di Kabupaten Lebak merasakan berkah dari tingginya permintaan. Setidaknya ada harga yang layak dan permintaan yang cukup besar untuk menyerap hasil panen sayuran. Sebagai ilustrasi, sehari memasok sayuran oyong atau siput ke Jakarta sebanyak lima kuintal mampu dilakukan Dede Supriatna, seorang petani Warunggunung Kabupaten Lebak di Lebak, Senin (11/1/2020).
Para tengkulak atau penampung sayuran langsung mendatangi petani ke lokasi membeli sayuran dengan harga Rp5.000/kg. Apabila panen lima kuintal maka petani dapat menghasilkan Rp2,5 juta/hari. Sangat layak demi jerih payahnya selama sekira 3 bulan.
Keuntungan sekitar Rp1,5 juta bersih dari penjualan Rp2,5 juta/hari. Satu hektare dengan biaya sekitar Rp35 juta, namun diperkirakan bisa meraup keuntungan bersih Rp20 juta selama tiga bulan. Dengan kondisi ini petani akan tergerak untuk terus menanam sayuran. Dengan mempekerjakan empat orang dan mereka bisa beroleh pendapatan Rp3 juta/bulan.
Contoh lainnya adalah pertanian sayuran jenis kacang panjang, ketimun, dan paria di lahan persawahan. Untuk lahan dua hektar produksi sayuran mencapai satu ton dengan komoditas paria, kacang panjang, dan ketimun. Jika rata-rata diterima penampung Rp5.000/kg dan dapat menghasilkan Rp5 juta/hari.
Keuntungan bersih sekitar Rp2 juta/hari, sedangkan panenan sayuran itu bisa bertahan selama 20 hari sehingga dapat menghasilkan Rp40 juta.
Produk hortikultura, seperti mentimun, paria, oyong, terung, dan kacang panjang dari berbagai daerah menembus Pasar Induk Kramajat Jati, Jakarta. Begitu juga produksi palawija, seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah.
Klaster pertanian sayuran di Kabupaten Lebak tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, Kalanganyar, Cipanas, Malingping, Warunggunung, Panggarangan, dan Banjarsari. Sebagian besar petani sudah menjalin kerja sama dengan pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.