Potret Toleransi Antarumat Beragama di STKIP Muhammadiyah Sorong
Semangat toleransi dipegang kuat STKIP Muhammadiyah Sorong.

MONDAYREVIEW – Di usianya yang sudah seabad, Muhammadiyah terus menjaga kehidupan beragama dan semangat toleransi antarumat. Di beberapa daerah dimana umat islam menjadi minoritas, Muhammadiyah tetap hadir dan berbuat untuk bangsa.
Di Provinsi Papua misalnya, saat ini telah berdiri empat Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Salah satunya adalah STKIP Muhammadiyah Sorong. Perguruan tinggi ini memiliki kearifan lokal, karakter dan budayanya sendiri.
STKIP Muhammadiyah Sorong berdiri sejak tahun 2004, dan pada 2016 sudah resmi menyandang akreditasi institusi satu-satunya dengan peringkat B di Papua Barat. Kampus tersebut memiliki mahasiswa 3.000 orang lebih, mereka masuk ke Cluster Madya untuk PTS se-Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Barat.
Sekretaris Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti Ph.D, punya catatan khusus tentang arti penting toleransi di PTM ini. Kata Sayuti, bila ingin melihat bagaimana toleransi tumbuh secara otentik, maka lihatlah di STKIP Muhammadiyah Sorong.
Sayuti menjelaskan, bahwa hampir 80 persen Mahasiswa STKIP Muhammadiyah adalah non-Muslim. “Hebatnya, tidak pernah terjadi semacam konflik antara mahasiswa apalagi masalah agama,” kata Sayuti.
Bahkan menurut Sayuti, diantara mahasiswa STKIP Muhammadiyah Sorong, ada salah satu mahasiswinya merupakan seorang biarawati.
“Sang biarawati adalah satu diantara 80% mahasiswa non muslim yang kuliah di kampus STKIP Muhammadiyah Sorong. Luar biasa pendidikan Muhammadiyah,” ujar Sayuti kepada Mondayreview.
Sayuti bahkan sempat bertanya kepada para mahasiswa yang non muslim tersebut, tentang kesan mereka kuliah di STKIP Sorong. Hasilnya, mereka mengatakan sangat senang.
“Senang sekali. Karena ini adalah kampus asri, indah dan menyenangkan,” kata Sayuti, menirukan jawaban salah satu mahasiswa STKIP Sorong.
[Mrf]