Post-Truth Setelah Debat Ahok-Anies Semalam
Post-truth sesungguhnya ancaman bagi demokrasi substansial. Dikarenakan dialektika, diskusi, pertukaran ide dapat mengalami kemandekan.

MONDAYREVIEW.COM – Tertinggal menonton debat antara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan Anies Baswedan semalam? Lalu menyimak berbagai status dan komentar di media sosial, maka Anda akan mendapati persepsi yang 180 derajat. Bagaimana masing-masing kubu merasa jagoannya yang brilian, sembari menyentil rivalnya.
Fenomena semacam itu bukanlah spesifik di Pilkada DKI Jakarta 2017 saja. Dalam lanskap yang lebih luas dikenal istilah ‘post-truth’. Post-truth bahkan menjadi word of the year pada tahun 2016. Jika menilik penjelasan oxford dictionaries maka post-truth didefinisikan sebagai berikut:
Relating to or denoting circumstances in which objective facts are less influential in shaping public opinion than appeals to emotion and personal belief.
‘in this era of post-truth politics, it's easy to cherry-pick data and come to whatever conclusion you desire’
‘some commentators have observed that we are living in a post-truth age’
Celakanya lagi pendapat itu akan bergaung semakin kencang, dikarenakan lini persahabatan dan kelompok yang berhaluan politik sempit dan hitam-putih. Pesan itu akan beresonansi dan semakin kuat, sedangkan pihak rival akan dimaknai sebagai si hitam pembuat onar dan permasalahan.
Segregasi pun akan terbentuk dimana suatu kelompok begitu militan pada suatu ide ataupun sosok tertentu. Sementara pihak di seberang sana adalah pihak musuh yang bersalah.
Post-truth pun dapat menjelaskan mengapa berita hoax bisa tumbuh subur menyebar ke mana-mana. Manakala informasi yang salah, namun tetap disebarluaskan dikarenakan kesamaan pandangan pemikiran.
Post-truth sesungguhnya ancaman bagi demokrasi substansial. Dikarenakan dialektika, diskusi, pertukaran ide dapat mengalami kemandekan. Hal itu dikarenakan masing-masing pihak telah berteguh bahwa pilihan politiknya 100 persen benar dan pihak lainnya 100 persen salah. Maka di sinilah tantangan demokrasi dimana ada area kemungkinan. Bahwa jagoan Anda pun bisa salah dan pihak rival bisa benar. Sebuah tugas besar untuk tetap menggunakan rasio yang jernih di tengah kecamuk kontestasi politik.