Politik Massa Menekan Elite

Adakah motif politik untuk mengerahkan massa demi menekan elite politik negeri ini?

Politik Massa Menekan Elite
Demo kepada SBY (liputan6)

MONDAYREVIEW.COM - Dalam konstelasi politik, pengerahan massa merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengubah keadaan. Berapa banyak sirkulasi kekuasaan yang bermula dari aksi unjuk rasa? Indonesia di era Orde Lama, Orde Baru, dan reformasi pernah mengalaminya. Pun begitu di negara lain, seperti Tunisia dan Mesir yang mengalami pergantian penguasa seiring massa yang turun ke jalan dalam latar besar Arab Spring.

Jika pada contoh di atas, berbagai narasi melatari aksi turun ke jalan oleh massa. Namun, entah narasi apa yang diusung oleh massa yang menggeruduk ke kediaman Susilo Bambang Yudhoyono hari ini (6/2) dan aksi mahasiswa Ahad kemarin (5/2).

Kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan digeruduk massa. Massa tersebut menyuarakan sejumlah tuntutan antara lain kampanye menolak isu SARA dan seruan melawan organisasi radikal yang anti-Pancasila.

Ujug-ujug unjuk rasa tersebut membuat SBY meradang dan menyuarakan pendapatnya via Twitter.

“Saudara-saudaraku yg mencintai hukum dan keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan ‘digrudug’ ratusan orang. Mereka berteriak-teriak,” kata SBY dalam cuitannya.

Menurut Presiden RI keenam ini hal tersebut tak bisa dibiarkan karena unjuk rasa tidak dibenarkan digelar di rumah pribadi.

“Kecuali negara sudah berubah, polisi juga tidak memberitahu saya,” tambah SBY.

SBY juga mempertanyakan adanya provokasi terhadap mahasiswa di Kompleks Pramuka Cibubur (5/2). Ia pun melantangkan pertanyaan kepada Presiden Jokowi dan Kapolri Tito Karnavian.

“Saya bertanya kepada Bapak Presiden dan Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak tinggal di negeri sendiri dengan hak asasi yang saya miliki?” tanya SBY.

“Saya hanya minta keadilan, soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah SWT,” ungkap Ketua Umum Partai Demokrat tersebut.

Pihak istana dan kepolisian sendiri sudah menanggapi peristiwa unjuk rasa di kediaman SBY.

“Dibubarkan paksa karena enggak boleh demo di rumah pribadi,” kata Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Iwan Kurniawan.

Polisi akan menelusuri dan mendalami siapakah pelaku demo dan siapa sosok di balik demonsrasi tersebut.

“Sekarang sedang didalami siapa mereka dan siapa di balik demo ini,” tambah Iwan Kurniawan.

Sementara itu Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki membantah ada provokasi terhadap mahasiswa dalam acara di Kompleks Pramuka, Cibubur pada Ahad kemarin. Teten yang hadir juga sebagai pembicara di acara tersebut, memastikan tidak ada provokasi terhadap mahasiswa.

“Tidak ada provokasi-provokasi. Itu kan terbuka, pertemuan mahasiswanya seribu lebih. Siapa yang berani memprovokasi di depan umum segede gitu? Kan pidana,” ujar Teten.

Indonesia sebagai negara hukum tentu harus berpijak pada aturan yang ada. Maka pengerahan massa dengan melakukan demonstrasi yang tidak pada tempatnya perlu ditelusuri. Terlebih hal tersebut dilakukan menjelang hari-hari Pilkada Serentak. Dimana bisa jadi unjuk rasa tersebut bermuatan politik. Penelusuran dari Kepolisian dinanti untuk mencari tahu siapa pelaku unjuk rasa di kediaman SBY serta adakah motif politik untuk mengerahkan massa demi menekan elite politik negeri ini.