Pesona Bonggol Pisang Tembus Batas New Normal

Bonggol pisang (bongsang) ini bisa menjadi cemilan kekinian yang sehat, gurih dan lezat. Bahkan pesona bongsang dapat menembus batas new normal.

Pesona  Bonggol Pisang Tembus Batas New Normal

MONDAYREVIEW.COM - Bonggol salah satu bagian dari tanaman pisang yang jarang dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah. Namun bonggol pisang (bongsang) ini bisa menjadi cemilan kekinian yang sehat, gurih dan lezat. Bahkan pesona bongsang dapat menembus batas new normal.

Demikian disampaikan Hera Wijaya (CEO Bongsang) saat diskusi virtual KOPI PAHIT bertajuk Ngejamu, New Lifestyle dan New Normal, selasa (30/6/2020) yang dihadiri oleh Kusuma Anjani dari Direktur Pengembangan dan Inovasi Mustika Ratu, M. Muchlas Rowi dari Jamkrindo, Pengusaha IKM Jamu Ariel Dwi Puspitawati dan Jihane Chedide Putri Indonesia Pariwisata 2020. 

Pria kelahiran indramayu, 22 July 1994 ini melakukan terobosan dan inovasi yang luar biasa. Inovasinya itu mengantarnya mendapatkan sejumlah penghargaan di bidang entrepreneurship dari tingkat regional hingga nasional. 

Prestasi alumnus UMC ini makin moncreng dan telah mengantarkannya menginjakkan kaki di Malaysia, Spanyol, Jerman dan Jepang. 

Ide pembuatan cemilan Bongsang ini tertercetus saat melihat kebiasaan para petani di daerah tempat tinggalnya di Indramayu, yang membuang bonggol pisang ke sungai hingga menjadi penyebab banjir dikala musim hujan tiba.

Dari data yang diteliti, 9 kg  setiap 1 pohon pisang terbuang setiap panen. Bisa dibayangkan jika 100 pohon pisang per panen, berpakah ton bonggol pisang terbuang? Jadi, dari masalah tersebut, Hera melakukan pemetaan dan mencari solusi terciptalah bongsang Snack.

Rasa penasarannya makin tidak terbendung.   Dia mulai bertanya, mengapa banyak orang yang membuang bagian bonggol pisang? Apakah tidak bisa dimanfaatkan? Selain melakukan riset terkait nilai gizi dan kandungannya, Hera juga menemukan fakta bahwa zaman dahulu orang-orang dapat mengonsumsi bonggol pisang.

Untuk membuat sebuah produk yang berasal dari bonggol pisang ini, Hera tidak hanya melakukan percobaan sekali dua kali. Di awal masa percobaannya, ia mengaku mengalami kegagalan hingga 18 kali sampai akhirnya bisa memproduksi abon yang berasal dari bonggol pisang.

Namun, permasalahan dalam pembuatan produk ini, Hera menemukan produk bongsang (bonggol pisang) tidak tahan lama, karena Hera berprinsip untuk tidak menggunakan pengawet. 

Akhirnya Hera membuat inovasi lainnya dari bonggol pisang. yaitu kerupuk bonggol pisang, Kerupuk Bongsang. Produk ini dipasarkan di daerah Indramayu dan terus meluas karena juga memanfaatkan layanan internet dan e-commerce. Bongsang Snack saat ini memiliki 5 varian rasa yakni jagung bakar, balado, pedas, BBQ, Original

Mengurangi Angka Pengangguran lewat bonggol pisang.

Pengangguran di setiap negara tidak bisa dipandang remeh, termasuk di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan mencatat jumlah pengangguran per Februari 2020 mencapai 6,88 juta orang. Jumlah ini naik 0,06 juta atau 60 ribu orang dibandingkan Februari 2019 secara year on year.  

Kerisauan hati Hera melihat tingginya angka pengangguran  menuntututnya melakukan terobosan yang tak biasa. Hera dan kawan-kawan termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan sekaligus sosial. Lewat Kerupuk Bongsang, ia ingin menurunkan angka pengangguran yang cenderung tinggi di Jawa Barat. Salah satu caranya adalah dengan mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang bonggol pisang.

“Bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Kesehatan kami melakukan uji lab gizi untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam bonggol pisang. Ternyata kandungan gizinya sangat banyak, bahkan bisa diolah menjadi produk lainnya seperti tepung dan masker,” ujarnya.

Pemanfaatan bonggol pisang ini sudah terlihat manfaatnya secara langsung untuk masyarakat. Hal ini diakui Hera bahwa setelah adanya pelatihan, masyarakat menjadi lebih sadar bahwa bonggol pisang masih bisa dimanfaatkan sebelum dibuang. Selain itu, angka pengangguran dari pemuda yang putus sekolah juga bisa lebih ditekan karena dapat menjadi mitra mandiri pembuatan kerupuk bonggol pisang di rumah masing-masing. 

Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia di banyak daerah adalah masalah sampah. Permasalahan yang disebabkan oleh sampah juga terasa di banyak sektor, dan satu sektor yang paling terkena dampak yang besar adalah lingkungan. Yang bikin sedih lagi, sampah juga jadi penyebab bencana banjir. 

Memberikan pelatihan bagi masyarakat dalam memanfaatkan bonggol pisang

Bisnis Kerupuk Bongsang yang dibangun tidak hanya mendatangkan profit tersendiri bagi Hera. Hera juga menekankan salah satu tujuannya dalam membangun Kerupuk Bongsang adalah untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Dalam perjalanannya, Kerupuk Bongsang ini telah berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Kesehatan.

“Seiring dengan berjalannya Kerupuk Bongsang, kami juga melakukan kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Kesehatan dalam melakukan uji laboratorium kandungan yang terdapat dalam bonggol pisang. Dari sana saya tahu, ternyata kandungan gizinya banyak bahkan bisa diolah menjadi produk lain seperti tepung dan masker,” ujar Hera.

Selain itu, Hera juga mengadakan pelatihan bagi masyarakat terkait pemanfaatan bonggol pisang agar memiliki nilai ekonomis tinggi. Setelah adanya pelatihan, masyarakat menjadi sadar kalau bonggol pisang sebaiknya tidak dibuang karena tetap bisa dimanfaatkan.

Hera mengajak para pemuda putus sekolah untuk ikut serta dalam setiap proses bisnis Kerupuk Bongsang. Selain itu, Hera juga berkolaborasi dengan para ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan sehingga dari Kerupuk Bongsang ia dapat melipatgandakan manfaatnya, tidak hanya untuk lingkungan namun juga untuk masyarakat.

Untuk new normal ini, Hera banyak berkolaborasi dengan komunitas, saling support sesama pelaku UMKM seperti silang produk di media sosial.

Berkaca dari kisah inspirasi ini, ada hikmah yang bisa dipelajari dari Hera Wijaya yang punya kepekaan yang tinggi saat melihat permasalahan yang ada di daerah tempat tinggalnya.