Perkembangan Digitalisasi UKM di Asia Tenggara
Sektor UKM menjadi pilar ekspansi ekonomi untuk negara-negara Asia Tenggara. Organisasi-organisasi bisnis berskala UKM ini menciptakan lapangan kerja, memotivasi pengembangan produk dan layanan baru, memacu pertumbuhan konsumsi, dan memainkan peran penting dalam mempromosikan persaingan industri. Banyak pengusaha terutama dari kalangan muda yang semakin percaya diri bersama UKM yang dibangunnya.

MONITORDAY.COM – Dunia usaha terus berkembang bahkan pada saat krisis sejalan dengan fitrah manusia mencari nafkah. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mulai berinvestasi dalam teknologi digital untuk mendorong proposisi bisnis baru dan pengalaman pengguna, dan memberikan penawaran yang semakin meningkat.
Sektor UKM menjadi pilar ekspansi ekonomi untuk negara-negara Asia Tenggara. Organisasi-organisasi bisnis berskala UKM ini menciptakan lapangan kerja, memotivasi pengembangan produk dan layanan baru, memacu pertumbuhan konsumsi, dan memainkan peran penting dalam mempromosikan persaingan industri. Banyak pengusaha terutama dari kalangan muda yang semakin percaya diri bersama UKM yang dibangunnya.
Dengan melemahnya kondisi ekonomi global yang mendorong beberapa pesaing internasional untuk keluar dari Asia Tenggara, UKM rumahan kini memiliki peran dan peluang yang bahkan lebih penting untuk menjadi pusat perhatian.
Meningkatkan daya saing dan ketahanan UKM adalah kunci untuk mendukung pertumbuhan yang lebih dinamis, inklusif, dan berkelanjutan. Dinamika yang dibutuhkan untuk menopang geraknya dalam membangun perekonomian nasional yang kokoh. Inklusif berarti semakin banyak yang terlibat, berbagi kue ekonomi di dalamnya, dan merangkul banyak kalangan. Prioritas bisnis utamanya adalah peningkatan kualitas layanan.
Ada empat dorongan untuk investasi digital:
#1. Naikkan standar pada layanan pelanggan: Pelanggan saat ini memiliki ekspektasi layanan yang lebih tinggi, termasuk ketersediaan digital sepanjang waktu, komunikasi yang dipersonalisasi, dan pengiriman produk dan layanan dengan kecepatan tinggi.
#2. Membangun konektivitas dan memanfaatkan mitra ekosistem: Kolaborasi dengan peserta ekosistem memberikan peningkatan konektivitas jaringan digital, akses ke keahlian eksternal, inovasi kolektif, dan peluang produk baru, pasar, dan akuisisi pelanggan.
#3. Kelola biaya operasional: Memenuhi harapan pelanggan yang tinggi ini meminta UKM untuk mempercepat digitalisasi proses bisnis, baik itu proses back-office yang padat karya untuk mengurangi dokumen, meningkatkan otomatisasi dan mempercepat waktu penyelesaian atau manajemen pengeluaran untuk mengurangi biaya untuk melayani di depan -Proses kantor.
#4. Bersaing dengan kompetitor, beberapa muncul dari tempat yang tidak terduga: UKM menghadapi ancaman kompetitif dari pendatang yang gesit, seperti perusahaan mikro atau pendatang baru yang memanfaatkan data alih-alih infrastruktur fisik.
Kita harus realistis. Jangan terlalu ambisius juga. Tingkat kematangan UKM dalam menerapkan teknologi digital di Asia Tenggara saat ini baru sedikit beranjak dari dasar.
Sebagian besar (38,3%) UKM berada dalam tahap 2, setelah memulai beberapa kegiatan digital yang berjalan paralel di seluruh berbagai lini bisnis atau fungsi. Dalam skala atau kontinum digital ada 5 tahap. Tahap 1 dimana UKM berada di posisi beru mengenal digital hingga tahap 5 dimana DNA digital sudah tertanam di dalamnya. Meskipun ada keinginan untuk strategi digital yang gesit, ini masih jauh dari kenyataan. Sebagian besar saat ini agak taktis.