Perjalanan Menuju Pintu Hidayah

MONITORDAY.COM - “Sesungguhnya Agama disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran:19).“Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima dan di akhirat termasuk dia termasuk orang yang rugi” (QS. Ali Imran: 85).
Bagi orang yang meyakini bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, informasi ini bukan hoax (buhtan) kebenarannya mutlak. Keyakinan ini diperkuat dengan penegasan pada ayat lainya:“Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S. Al-Baqarah:147)
Hal yang menarik adalah meskipun posisi agama Islam begitu tinggi di sisi Allah SWT. Tetapi tidak ada paksaan bagi setiap orang untuk memeluknya. Dan tidak pula memerintahkan kepada orang beriman untuk mengajak setiap orang untuk memeluk agama Islam dengan cara memaksa, melalui ancaman ataupun bentuk kekerasan lain.
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sesunguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thogut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256)
Perintah Allah SWT kepada orang beriman dalam rangka melaksanakan misi mengajak orang yang belum beriman untuk menerima Islam sebagai agama anutannya melalui cara yang sangat beradab.
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (arif) dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125)
Allah SWT menyediakan pintu hidayah yang dibukakan bagi setiap orang yang mau menerima kebenaran Islam. Pintu hidayah itu terbuka lebar. Siapapun mempunyai peluang yang sama untuk memasuki pintu hidayah, baik mereka yang berpaham ‘Ateis’, ‘Agnostik’, ‘Sabi’in’ termasuk dari kalangan ‘ahli-kitab’.
Ada banyak cara untuk memasuki pintu hidayah, antara lain: pintu sains, seni, budaya, fenomena dan peristiwa alam, panggilan adzan, lantuman ayat suci al-qur’an, akhlak kaum muslimin, bahkan pintu empati terhadap kaum muslimin yang selalu dalam posisi musthad’afin (dilemahkan).
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para saintis berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi pada dirinya. Sains berkembang melalui pengamatan empirik terhadap fenomena dan peristiwa alam. Proses penemuannya,melalui fungsionalisasi alat indra dan akal fikiran. Itulah sebabnya, salah satu karakter saintis adalah rasional.
Penguasaan sains dan teknologi (penerapan sains) saat ini telah mengantarkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dengan membangun paradaban yang tinggi secara materi. Tetapi, belum sepenuhnya dapat memenenuhi kebutuhan spritual manusia. Melalui kebiasaan berpikir rasional, banyak saintis yang mendapat hidayah dan menjadi muslim melalui pintu sains.
Jefry Lang adalah seorang profesor matematika ternama di Amerika. Sebelum memperoleh hidayah, Lang merupakan seorang ‘Ateis’ walaupun terlahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga katolik. Beliau menjadi Ateis pada usia 18 tahun.
”Jika Tuhan itu ada dan Dia punya belas kasih dan sayang, lalu mengapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Mengapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam surga? Mengapa juga dia menciptakan orang-orang di atas bumi ini dengan berbagai penderitaan?’’. Selama bertahun-tahun, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus menggelayuti pikirannya, menggelisahkan hatinya, dan mengantarkannya menjadi Ateis.
Mengenal Islam, saat pertama kali memberi kuliah di Universitas San Francisco, Lang bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim yang mengambil mata kuliah matematika. Ia pun langsung akrab dengan mahasiswa itu. Mahasiswa tersebut bernama Mahmoud Qandeel dan berasal dari Arab Saudi.
Lang dan Qandeel sering melakukan diskusi. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut sains dan teknologi. Salah satu yang pernah didiskusikan oleh mereka berdua adalah riset kedokteran. Dalam diskusi tersebut Lang merasa takjub, karena Qandeel dapat menjawab semua pertanyaan dengan sempurna sekali dan dengan menggunakan bahasa Inggris yang bagus.
Suatu ketika, dalam sebuah acara perpisahan di luar kampus yang dihadiri oleh semua dosen dan mahasiswa, Qandeel menghadiahi Lang sebuah Al-Qur’an dengan terjemahan bahasa inggris dan beberapa buku mengenai Islam.
Selain dengan Qandeel, Lang pun sering melakukan diskusi dengan para mahasiswa Muslim. Lang berdiksusi tentang masalah agama, termasuk semua pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalanya.
”Sungguh luar biasa, saya benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk akal dan mudah dicerna. Ternyata, jawabannya ada dalam ajaran Islam,’’ tuturnya. Lang masuk Islam dan menjadi seorang mualaf pada awal 1980. Ia mengaku bahwa dengan menjadi seorang Muslim, banyak sekali kepuasan batin yang didapatkannya.
Perjalanan spritual Lang dituliskan pada beberapa artikel antara lain, ‘Struggle to surrender’ dan ‘Even Angels Ask’. Awal perjalanan mengenal Tuhan sebenarnya dimulai atas kebaikan Qandeel yang memberikan Al-Qur’an kepadanya. Semula Lang tidak begitu tertarik dengan Al-Qur’an itu. Namun, atas inisiatifnya sendiri dan karena dia kehabisan bahan bacaan akhirnya, dia membaca Al-Qur’an itu.
Lang membaca Al-Qur’an semata-mata karena rasa penasaran akademis sebagai seorang saintis. Tetapi, setelah berulang-ulang dia membacanya dia mengaku kagum dengan Al-Qur’an. Dua juz pertama dari Al-Qur’an yang dipelajarinya telah membuat dia takjub, bagai terhipnotis dan telah merubah segalanya.
Hal yang mengagumkan bagi Lang saat membaca Al-Qur’an adalah metode dan pendekatannya. Pertama, penulis Al-Qur’an mengajak berdialog dengan pembacanya. Kemudian, yang kedua, penulisnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pembacanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu, kemudian dijawab sendiri oleh penulis Al-Qur’an dengan meyakinkan. Beberapa ayat yang membuatnya kagum adalah ayat 30-39 surah Al-Baqarah tentang penciptaan Adam. Kekaguman itu, dia tuliskan secara lengkap dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help.
Ketika membaca ayat 30 surah Al-Baqarah: .“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui aya yang tidak kamu tidak ketahui”.
Setelah membaca ayat ini, Lang berkata: “Saya berpikir keterangan ayat tersebut ada sesuatu yang keliru yang dilakukan penulisnya. Sebab, menurut ajaran yang pernah saya dapatkan (sebelum dia menjadi Ateis), diturunkannya Adam ke bumi bukan menjadi khalifah, tetapi sebagai hukuman lantaran dosa Adam. Kemudian, saya baca lagi. Saya teliti dengan saksama. Namun, dalam Al-Quran, tidak ada satu kata pun yang menjelaskan sebab-sebab diturunkan Adam karena perbuatan dosa,’’ jelasnya.
Pertanyaan yang di ajukan para malaikat: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”.
Serupa dengan pertanyaan yang selalu menggeluti pikiran dan mengganggu perasaan dan hatinya selama ini. Namun, jawaban Tuhan kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu tidak ketahui”. Meskipun terkesan sederhana dan enteng, namun mengandung makna yang dalam, ungkapnya.
Setelah meneliti dengan cermat kandungan ayat tersebut Jefry Lang menjelaskan Al-Qur’an menjawab pertanyaan para malaikat dengan memperlihatkan kemampuan manusia, pilihan moral, dan bimbingan Ilahi. Sementara dalam ajaran yang pernah dia anut sebelum menjadi Ateis, jawaban Tuhan atas pertanyaan malaikat disampaikan tentang hukuman yang diberikan karena berbuat dosa.
Ketika dia membaca ayat selanjutnya: ”Dan Aku ajarkan kepada manusia (Adam) nama-nama benda.’’. Jefry Lang mendapat kesan bahwa ayat tersebut menunjukkan kemuliaan dan kemampuan manusia yang tidak diberikan kepada malaikat. Makna yang terpenting dalam ayat tersebut, mengisyaratkan bahwa kelebihan manusia adalah sebagai ‘makhluk pebelajar’.
Pada ayat ke-39 Allah menerangkan,‘’Adapun orang-orang yang tidak beriman dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.’’ Jefry Lang mengatakan: “Saya merasa ayat ini makin kuat menyerang saya atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Namun, dengan penjelasan ayat ini, saya semakin percaya akan kebenaran Alquran dan meyakini agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW.’’ Islam rasional, jelasnya. (Bersambung)