Ketika Allah SWT Merindukan Hambanya

MONITORDAY.COM - Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman: "Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakanlah ujian kepada mereka, karena aku rindu mendengar rintihannya." (HR. Thabrani dan Abu Umamah).
Hadits ini menerangkan alasan Allah SWT memberikan manusia ujian. Yakni Allah SWT rindu mendengar rintihan hamba-hambaNya. Allah SWT senang mendengar hambaNya merintih untuk memohon kepadaNya.
Manusia seringkali melupakan Allah SWT di kala senang dan baru mengingatnya di kala susah. Inilah mengapa Allah SWT memberikan ujian, agar manusia kembali mengingatnya. Karena manusia seringkali lalai jika tidak diuji.
Dalam QS. Al Hasyr: 19, Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik."
Saat Allah masih menguji kita, artinya Allah SWT masih ingin kita sebagai hambaNya berdzikir kepadanya. Berdoa dan merintih kepadaNya. Namun seorang hamba yang sudah tidak lagi diuji, sementara dia tidak ingat Allah, boleh jadi itulah azab yang sebenarnya. Allah telah melupakannya dan membiarkan manusia dalam kefasikan.
Salah satu ciri Allah melupakan hambaNya seperti disebutkan dalam ayat tersebut juga adalah lupa diri. Seorang manusia yang sudah lupa akan dirinya sendiri kemungkinan Allah juga telah melupakannya. Maka bersyukurlah saat mendapatkan ujian. Artinya Allah SWT masih memberi kita kesempatan untuk mengingatnya.
Saat kita diuji oleh Allah SWT, maka disyariatkan bagi kita untuk bersabar. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Pada dasarnya bagi seorang mukmin tidak ada perbedaan apakah sedang senang maupun sedih. Saat senang dia bersyukur, saat sedih dia bersabar. Syukur dan sabar merupakan amalan yang berpahala di mata Allah SWT.