Perang Narkoba di Tengah Wabah

Perang Narkoba di Tengah Wabah
Ilustrasi foto/Antara.

MONITORDAY.COM - PANDEMI dan Puasa sejatinya memiliki pesan hampir saru, sama-sama meminta kita menahan diri. Tapi rupanya, itu tak berlaku bagi para pengguna maupun pengedar narkoba. Buktinya, pada Minggu, 18 April 2021 kemarin, personel TNI AL berhasil menggagalkan penyelundupan paket narkoba seberat 92,512 kg di Sumatera Utara.

Suasana ramadhan dan langit gelap di perairan Muara Sungai Asahan, Sumatera Utara ternyata tak menyurutkan dua pria muda berinisial KH (33) dan HS (34) untuk menyelundupkan narkoba. Berawal dari informasi dari intelijen bahwa telah terjadi transaksi narkoba jenis sabu di peraian Pulau Jemur Rokan Hilir, Riau. Personel TNI AL bergerak mengerahkan pasukan melakukan penangkapan.

Hasilnya, ditemukan sebuah kapal tanpa nama yang dengan muatan 6 karung mencurigakan. Dan betul saja, setelah diperiksa ternyata berisi paket narkoba seberat 92,512 kg.

Paket narkoba dengan berat 89 kilogram juga sempat ditemukan pihak BNN. Tepatnya di Bone, Sulawesi Selatan. Pihak aparat bahkan terpaksa harus menambak mati salah satu bandarnya.

Beberapa hari sebelumnya, kita juga dikejutkan oleh penangkapan seorang artis sekaligus model berinisial JS (23) terkait kasus penyalahgunaan narkoba. Penangkapan dilakukan di kawasan Jakarta Selatan. “Ya benar, kami baru saja mengamankan seorang public figur berinisial JS bersama satu orang rekan kerjanya,” ujar Kapolres Metro Jakarta Barat, Komisaris Besar Ady Wibowo, pada Kamis ( 15/4/2021.

Masa pandemi dimanfaatkan para sindikat untuk memasok narkoba ke Indonesia. Sejumlah kasus besar berhasil diungkap jajaran keamanan, khususnya BNN dalam setahun terakhir. Besarnya jumlah tersebut mengindikasikan masifnya arus barang haram yang masuk ke Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pasar yang besar.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Petrus Reinhard Golose mengungkapkan peredaran narkoba selama work from home (WFH) akibat pandemi Covid-19 semakin mengalami peningkatan. Petrus mengambil contoh dari hasil penyitaan barang bukti narkoba dalam tiga bulan pertama di tahun 2021. Di masa pandemi corona yang masih terjadi saat ini, barang bukti sabu atau methamphetamine menjadi salah satu yang terbanyak diamankan oleh BNN.

"Barang bukti sabu atau methamphetamine yang diperoleh hanya dalam tiga bulan terakhir ini, [hingga] Maret 2021, sebanyak 808,68 kg atau 70,19 persen dibandingkan dengan jumlah barang bukti tahun 2020," ungkap Petrus dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR, Kamis (18/3).

Demikian juga hasil penyitaan barang bukti ganja selama 2021 juga meningkat 143,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan dan penindakan yang dilakukan BNN itulah, Petrus menyebut pandemi Covid-19 turut meningkatkan pemesanan narkoba. Sebab, tak sedikit dari pemesannya tidak perlu bekerja ke kantor, dan memanfaatkan WFH sambil menggunakan narkoba.

Terkait situasi tersebut, Anggota Komisi III DPR RI, Andi Rio Idris Padjalangi meminta semua pihak yang berwenang meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai di masa pandemi, kata dia, dimanfaatkan untuk melakukan pengedaran dan perluasan jaringan.

"Jangan sampai situasi pandemi dimanfaatkan para pengedar dan bandar dalam memperluas jaringan serta mengedarkan barang haram tersebut," ucap Andi, pada Minggu (18/4/2021).

Politisi Partai Golkar itu meminta aparat keamanan dapat bertindak tegas dan memberikan sanksi tegas kepada para pengedar dan bandar karena dampak narkotika sangat berbahaya. Menurut dia, jangan sampai penegakan hukum yang diharapkan dapat menangkal dan mempersempit peredaran narkoba justru berbanding terbalik.

 

Upaya Holistik Tangani Narkoba

Brigjen Sulistiyo Pudjo Hartono adalah kepala Humas Badan Narkotika Nasional, dalam sebuah perbincangan hangat jelang buka puasa, Senin (19/4) dia mengungkapkan, kasus penyelundupan dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia masih cukup besar. Bahkan, kata dia, ada tren peningkatan meski ada pandemi dan puasa.

"Persentase pengguna narkoba di Indonesia cukup besar. Tahun 2020 ada 3,4 juta pemakai narkoba. Para pemakai mengalami penurunan kualitas hidup,” ujar Brigjen Sulistiyo.

Menurut dia, akibat pemakaian narkoba ini, kualitas hidup masyarakat jadi terganggu. Lalu berpengaruh pada lingkungan secara lebih luas. Kulminasinya, ada ongkos sosial yang harus kita bayar.

Pria alumni Akpol 1988 ini lantas mengutarakan jika secara statistik persentase pengguna narkoba di Indonesia masih di bawah persentasi pengguna di dunia. Namun tetap bahwa jumlah pengguna di Indonesia tergolong besar karena banyaknya penduduk Indonesia. 

"Menurut survey dunia, ada 5,4 persen penduduk dunia pemakai narkoba. Indonesia 1,8 persen dari seluruh penduduk. Artinya jumlah kita cukup besar sebagia pengguna narkoba. Di negara kita juga menjadi produsen narkoba," tambahnya. 

Melihat fakta tersebut, Sulistyo mengatakan bahwa persoalan narkoba harus diselesaikan secara holistik, yakni menggunakan hard power, soft power dan smart power. 

"Negara mendekati persoalan narkoba secara holistik antara soft power, smart power dan hard power. Hard power dengan penangkapan, soft power dengan pencegahan dan smart power dengan memaksimalkan kerja sama dengan negara tetangga dan lembaga dan kementerian terkait," pungkasnya.

Sulistyo lantas mengungkap, jika upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di masa pandemi bukan hal yang mudah. Namun begitu, pihaknya tetap berkomitmen tetap serius melakukan serangkaian upaya dalam memberantas jaringan sindikat narkoba. Meski risiko terberat di depan mata pada masa pandemi.

“Kita tentu saja bekerja dengan maksimal, resiko terberat ada di kita. Orang lain di tengah pandemi menghindar (sosial distancing), tapi kita (BNN) tidak bisa. Kita terus bergerak memonitor, mengejar, menangkap para bandar dan pengguna,” tutur Sulistyo.

Bagi personil BNN sepertinya, ini merupakan tantangan tersendiri. Harus berjibaku dalam rangka memproteksi anak bangsa dari mulai membasmi bandar, hingga memberikan layanan rehabilitasi kepada masyarakat luas.

"Permasalahan Covid-19 menjadi tantangan tersendiri, tantangan yang dihadapi oleh personel BNN. Jadi personel BNN kerja, tidak seperti orang lain libur, WFO atau WFH," ujarnya.

Meski beresiko terpapar Covid-19, lanjut dia, petugas BNN tetap bekerja maksimal dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat.

Sementara itu, bagi personel BNN yang terpapar covid-19, kata dia, mereka diberikan pelayanan kesehatan atau pengobatan sehingga mereka kembali sembuh seperti halnya manusia biasa.

"Saat di tengah pandemi ini anggota BNN bukan superman, sama juga seperti orang lain ada yang terkena Covid, ada yang kita bawa kerumah sakit, ada yang kita mitigasi, rawat dan lain-lain, itu terjadi pada diri kita sendiri," ungkapnya.

Redaktur : Faisal Maarif, Robi Karman, Natsir Amir

Editor        : M. Mutaqin