Penyakit Ujub: Gejala dan Resep untuk Mengobatinya

Penyakit Ujub: Gejala dan Resep untuk Mengobatinya
tafsiralquran.id

MONITORDAY.COM - Keadaan tidak normal yang memengaruhi sistem tubuh disebut dengan penyakit. Dalam kamus bahasa arab modern, jika makhluk hidup sakit, kesehatannya telah berubah dan terganggu keseimbangan tubuhnya, keadannya memburuk dan dia jadi lemah.

Penyakit biasanya diklasifikasikan menjadi dua bentuk, sakit fisik dan psikis. Kita akan membahas hal yang berkaitan dengan penyakit psikis atau disebut dengan penyakit mental. Di dalam islam, penyakit psikis lazimnya disebabkan oleh hati.

Tentu kita pernah mendengar hadits berikut, “Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati yang dimaksud bukan hati dalam artian organ tubuh. Hati disini ialah ihwal ruhiyah yang abstrak dan sulit ditembus oleh kekuatan indrawi. Seperti yang disebut dalam hadits, hati mampu mengendalikan kehidupan kita. Baik dan burukya hidup adalah tergantung hati kita.

Dalam perspektif Islam, penyakit hati seringkali diidentikkan dengan perilaku buruk atau tercela (akhlaq mazmumah), seperti takabur, ujub, riya, dengki, iri hati, suuzhan, dendam, emosional dan sejenisnya.

Salah satu penyakit hati yang merusak dan membinasakan seseorang adalah penyakit ujub.

Pengertian Ujub

Menurut Al-Junjani, ujub adalah anggapan seseorang terhadap ketinggian dirinya, padahal ia tidak berhak untuk anggapan itu. Atau singkatnya, ujub itu membangga-banggakan dan kagum terhadap diri sendiri, padahal keberuntungan yang menghampirinya adalah karena Allah SWT.

Sedangkan menurut Al-Muhasibi, ujub adalah sikap memuji diri sendiri atas perbuatan yang telah dilakukannya, kemudian dia melupakan bahwa hal tersebut (keberhasilan menyelesaikan pekerjaan) adalah karunia Allah SWT.

Perbedaan penyakit ujub dan sombong terletak pada tempat praktiknya. Ujub lazimnya hanya diri sendiri yang merasakannya. Sedangkan sombong, dia bangga kepada diri sendiri ditambah dengan memamerkan kebanggaan tersebut.

Penyakit ujub ini layaknya penyakit kanker yang keparahannya bisa meningkat dari satu stadium ke stadium akhir. Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara yang dapat membinasakan manusia: kekikiran yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan (ujub) kekaguman seseorang kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani)

Seperti penyakit kronis lainnya, ujub bisa membinasakan seseorang –menyebabkan kematian. Sifat ujub bila tetap dipelihara akan berimplikasi pada matinya hati. Hati yang mati akan mengeras ibarat batu, menolak nasihat. Sehingga sulit untuk bisa bahagia dan sulit untuk ditembus hidayah.

Lalu, apa saja gejala penyakit ujub?

Gejala Penyakit Ujub

1. Merasa paling suci dalam hal ibadah

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa a.s. berkata, ”Betapa banyak lampu yang padam ditiup angin. Dan betapa banyak ibadah yang hancur kaerna dirusak ujub (berbangga diri).”(Asy-Sya’roni: 2006, 144). Orang yang terjangkit virus ujub, mereka tidak takut azab dan murka Allah karena mereka yakin telah mendapat kedudukan mulia disisi Allah karena ibadah mereka. Berbeda dengan salafus shalih yang merasa dirinya layak masuk neraka.

2. Merasa memiliki kesempurnaan ilmu

Hakikat sifat ujub adalah kesombongan batin atas kesempurnaan ilmu atau amal yang digambarkan melalui lisan maupun perbuatan (tindakan). Ibnu Taimiyah berkata: ”Orang yang bersikap ujub pada hakekatnya ia tak melakukan firman-firman Allah, dan barangsiapa yang melaksanakan firman Allah maka ia telah keluar dari sifat ujub.”  (Jurnal Tadbir IAIN Gorontalo: 2016, Vol. 4 No. 2)

3. Senang dengan pujian

Sebagai pakar penyakit jiwa, Al-Muhasibi berkata, “Jika dirimu mendapat pujian, janganlah lantas menjadi ujub, karena bila engkau menjadi ujub sangat merugikan dan mudharat bagi agama. Dan jika engkau telah merasa senang dengan pujian itu, segera hilangkan perasaan tersebut dan alihkanlah perasaan senang itu menjadi senang dengan ilmu pengetahuan karena betapa bahayanya perasaan ujub terhadap agama.”

Orang yang senang dipuji, kemudian tersipu dengan pujian itu, kebanyakan dari mereka akan merasa puas dan merasa tidak perlu introspeksi diri. Karena mereka merasa sudah melakukan yang terbaik untuk sesuatu.    

Adakah dari kita pernah mengalami gejala diatas? Kalau ya, kita harus segera mengobatinya.

Resep untuk Mengobatinya

1. Sadari bahwa hakikat semua manusia sama di hadapan Allah

Allah berfirman, “....Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S. Al Hujurat: 13). Di hadapan Allah, tinggi – rendahnya manusia didasarkan pada tingkat ketakwaannya. Bukan ilmu, jabatan, apalagi harta.

2. Sadari bahwa semua milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya

“....Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kita semua pasti akan kembali.” (Q.S Al-Baqarah: 156). Di dunia ini, kita tidak punya apa-apa selain ruh dan jiwa kita. Apa yang ada di tangan kita sekarang, hanyalah sebuah titipan dari Allah. Harta tidak akan dibawa mati, anak dan pasangan tidak ikut mati, di akhirat dihisab sendiri.

3. Sadari kelemahan diri

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. As-Syams: 7-10)

Allah menciptakan dua potensi bagi manusia, potensi baik dan buruk, fasik dan takwa. Artinya, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyakit ujub mengarahkan manusia untuk menutupi kesalahan/kekurangan mereka, sehingga yang tampak hanya kelebihan. Untuk mengobatinya, maka kita harus sadar akan kelemahan diri.

Demikian gejala penyakit ujub dan resep untuk mengobatinya. Semaksimal mungkin kita harus menghidari penyakit yang menyerang hati tersebut. Sebab jika hati manusia terserang ujub, bersiaplah akan kehancuran hidup.