Pentingnya Pendidikan Politik Untuk Para Pemilih Milenial

Berdasarkan data yang ada, Pada Pemilu 2019 yang akan datang akan diikuti hampir separuhnya oleh pemilih milenial. Sekitar 40-45 persen yang terdiri dari pemilih pemula dan pemilih muda akan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.

Pentingnya Pendidikan Politik Untuk Para Pemilih Milenial
Ilustrasi Foto: Istimewa

MONITORDAY.COM - Berdasarkan data yang ada, Pada Pemilu 2019 yang akan datang akan diikuti hampir separuhnya oleh pemilih milenial. Sekitar 40-45 persen yang terdiri dari pemilih pemula dan pemilih muda akan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi lima tahunan itu. 

Namun apakah jumlah sebanyak itu telah mempunyai bekal yang cukup untuk menghadapi panasnya rivalitas dua pasang Capres-cawapres yang akan berhadapan di tahun depan?

CEO Alvara Research Centre Hasanuddin Ali mengungkapkan bahwa tipikal pemilih milenial yang ada saat ini lebih banyak yang cuek dan tidak melek politik, ketimbang yang paham politik. Hal ini dikarenakan mereka lebih menyukai pemberitaan seperti tentang olahraga, musik, lifestyle, sosial media, hingga teknologi, ketimbang politik. 

"Dalam konteks politik, generasi ini rada cuek dengan politik. Survei terbaru hanya 22 persen anak-anak milenial yang mengikuti pemberitaan politik," kata Hasanuddin, di Jakarta, Sabtu, (20/10).

Hasanuddin mengungkapkan, Alasan lebih dari 70 persen kaum milenial tak terlalu mengikuti pemberitaan politik, sebab mereka menganggap urusan politik adalah urusan orang tua. Sementara kaum milenial cenderung lebih concern pada kehidupan sehari-hari. 

Ia beranggapan, Jumlah ini harus bisa dikurangi, sebab menurutnya, masa depan Indonesia akan ditentukan oleh generasi milenial pada tahun 2020 hingga 2030 mendatang. 

"Benih-benihnya saat ini sudah muncul seperti maraknya pengusaha Start-up muda dan sudah muncul pejabat pemerintahan dari kaum muda," ujarnya.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, mengatakan bahwa sikap generasi milenial yang cenderung cuek dan pasif terhadap perkembangan politik yang ada berpangkal pada minimnya pendidikan politik terhadap kaum mereka.

Susanto menuturkan, hal ini harus menjadi perhatian khusus kepada setiap aktor politik untuk memberi edukasi politik kepada anak usia mereka. Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan mengingat banyak sekali beredar informasi politik negatif seperti berita hoaks yang seharusnya jangan sampai diamnini oleh para pemilih milenial.

"Teman-teman pemilih pemula ini dengan dunia politik sebenarnya masih minim, sementara informasi proses politik yang berkarakter masih minim," ujarnya.

"Yang bersangkutan belum cukup pengetahuan memahami pendidikan politik, hal ini jika tidak dilaksanakan akan berimbas seperti pada penerimaan berita hoaks yang saat ini sangat banyak beredar," jelas Susanto.

Karena itu menurut dia, sepakat atau tidak hal ini harus menjadi tanggung jawab Partai politik. Ia berpendapat, bahwa merekalah yang seharusnya tak hanya menyadari potensi pemilih pemula, tapi juga menyediakan pendidikan politik yang baik.