Penghargaan untuk 5 Inovator Muda di Hari Relawan Internasional
Konsorsium SDG PIPE (Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan) yang terdiri dari Go Global Indonesia dan Yayasan Bina Antarbudaya, Campaign, PIRAC dan FILANTROPI INDONESIA mengumumkan 5 (lima) orang anak muda yang menjadi penerima penghargaan setelah menyisihkan 138 inovasi lainnya.

MONITORDAY.COM – Relawan adalah kata yang amat familiar di telinga kita, terutama jika musim bencana atau bahkan kampanye politik. Tapi relawan tak hanya sebatas itu, relawan mempunyai arti yang lebih luas dan global.
Menurut UNDP (United Nations Development Programme), kerelawan adalah sebuah bentuk perilaku sosial yang dilakukan atas dasar keingina sendiri. Yang membawa manfaat bagi komunitas dan masyarakat secara keseluruhan, maupun bagi volunteer itu sendiri serta tidak didorong oleh alasan keuangan.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencanangkan 5 Desember sebagai Hari Relawan Internasional. Yang diperingati sebagai salah satu bentuk apresiasi kekuatan dan potensi para relawan di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, aksi-aksi kerelawanan sudah banyak bermunculan. Baik yang sifatnya personal, maupun struktural kelembagaan.
Dalam upaya tersebutlah, Konsorsium SDG PIPE (Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan) yang terdiri dari Go Global Indonesia dan Yayasan Bina Antarbudaya, Campaign, PIRAC dan FILANTROPI INDONESIA mengumumkan 5 (lima) orang anak muda yang menjadi penerima penghargaan setelah menyisihkan 138 inovasi lainnya.
Kelima anak muda ini adalah Fransiska Myrna Sani dari Jakarta, Yogi Adjie Driantama dari Medan, Abdul Latif Wahid dari Medan, Budi Santoso dari Tangerang Selatan, dan Intan Imelda F. Siagian dari Jakarta. Ide perubahan yang mereka ajukan sangat beragam, mulai dari pemberdayaan masyarakat lokal di Mentawai dengan membuat minuman mangrove sachet, pendirian rumah belajar gratis untuk anak putus sekolah usia 16-25 tahun, pembuatan aplikasi yang mempertemukan pemilah dengan pengepul sampah, pemberdayaan anak perempuan untuk kesetaraan gender, sampai pendirian komunitas literasi media.
“Kami senang sekali melihat antusiasme anak muda dalam berinovasi sosial untuk membuat perubahan positif. Walaupun tema yang kami tentukan hanya ada lima, yaitu perdamaian, pemberdayaan perempuan dan pemuda, pendidikan, lingkungan hidup, dan kesehatan ibu dan anak, namun ide-ide yang masuk sangat luar biasa,” ungkap Fonnyta Amran dari Go Global Indonesia, Konsorsium SDG PIPE.
Sebelum menentukan 5 orang penerima penghargaan dari 138 proposal ide yang masuk, panitia memilih 20 semi-finalis yang diikutsertakan pada acara Filantropi Indonesia Festival (FIFEST) pada tanggal 15-17 November lalu. Di acara ini, ke-20 semi-finalis diminta untuk mempresentasikan idenya serta melalui tahap wawancara dengan beberapa panel juri. Setelah itu, dipilih 10 orang finalis yang harus mempresentasikan kembali idenya pada acara Marketplace Forum di ajang Filantropi Indonesia Festival tersebut.
“Tahapan pemilihannya memang sedikit berbeda dan menantang, karena bagi kami ide yang menang harus bisa ‘tahan tantangan’ – baik dari segi konsep maupun implementasinya. Karena itu, dengan meminta para semi-finalis ini presentasi langsung di hadapan publik, bisa menjadi satu bahan penilaian untuk kami menentukan ide inovasi mana yang akan dapat berkelanjutan nantinya,” ujar Hamid Abidin dari Filantropi Indonesia yang merupakan salah satu donor untuk program SDG PIPE.
Kelima anak muda penerima penghargaan SDG PIPE ini nantinya akan menerima dan menjalankan pelatihan dan workshop, serta akan mengikuti kunjungan lapangan yang menjadi bagian dari program untuk mereka mengembangkan dan meningkatkan dampak dari program inovasi mereka. Selain itu, akan ada juga dukungan dalam bentuk program inkubasi, pelatihan lapangan dan seed grants dengan nilai total Rp. 325 juta. Secara keseluruhan, program SGD PIPE ini akan berjalan hingga bulan Maret 2019.
“Kami berharap dengan adanya changemakers muda ini, mereka dapat menjadi katalis perubahan di lingkungannya masing-masing, dan mendorong lebih banyak orang – terutama anak muda – untuk juga membuat perubahan lain lagi. Kami yakin jika ada lebih banyak orang yang menggerakkan perubahan ini, maka nanti masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat penggerak perubahan atau society of changemakers,” kata Nina Nasution - Direktur Eksekutif dari Yayasan Bina Antarbudaya.
Konsorsium SDG PIPE terdiri atas empat institusi, yaitu Go Global Indonesia, Campaign, PIRAC dan Filantropi Indonesia. Konsorsium SDG PIPE didirikan untuk menjalankan program Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan selama kurang lebih 1,5 tahun, hingga bulan Maret 2019. Program SDG PIPE berjalan dengan dukungan dari 3 donor, yaitu Filantropi Indonesia, William and Lily Foundation, dan Yayasan Sahabat Multi Bintang.