Pengamat: Penolakan Kebijakan Lima Hari Sekolah Murni Motif Politik PKB
Langkah yang dilakukan PKB sedang mencari perhatian kepada Presiden Joko Widodo.

MONDAYREVIEW.COM - Pengamat politik Hendri Satrio mengungkapkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sedang melakukan manuver politik. Manuver yang dilakukan dengan gencar-gencarnya menyuarakan penolakan terhadap kebijakan lima hari sekolah selama 8 jam, atau yang dikenal full day school.
Hendri menegaskan bahwa penolakan partai pimpinan Muhaimin Iskandar ini bermotif politik. Bahkan ia memandang langkah yang dilakukan PKB sedang mencari perhatian kepada Presiden Joko Widodo.
"PKB ini caper (cari perhatian) saja sebenarnya," tegasnya.
Menurut Hendri mencari perhatian yang dilakukan PKB untuk mengalihkan perhatian presiden. Pasalnya kader-kader PKB yang duduk di kabinet kerja dinilai memiliki kinerja yang kurang memuaskan. Terlebih di tengah isu reshuffle yang kian santer belakangan ini.
“Mereka (keder PKB-red) kerap mendapat sorotan langsung dari Presiden Jokowi.Maka itu PKB sedang unjuk gigi setelah sering 'digertak' oleh Presiden Jokowi. Minimal kursi menteri tidak berkurang,"jelasnya.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina ini mengatakan melihat hal di atas bisa dilihat ancaman yang dilakukan PKB terhadap presiden memiliki pesan agar presiden untuk hati-hati kalau mengurangi menteri PKB. Karena dia merasa percaya diri bahwa PKB memiliki basis massa yang besar dari NU.
"Jadi dia ini lagi caper, 'PKB besar loh, basisnya umat Islam'. Apalagi sekarang Jokowi ingin mengembalikan citra karena selama ini dinilai berseberangan dengan Islam. Kalau pisah dengan NU, nggak ada lagi temannya (Jokowi)," ungkapnya.
Perlu diketahui, Wasekjen PKB Maman Imanulhaq mengancam PKB tidak mencapreskan Jokowi di 2019 jika tidak mencabut kebijakan sekolah 8 jam Senin-Jumat tersebut.
"Jangan sampai teriakan kita dianggap teriakan biasa, ini teriakan serius. Kalau tidak dituruti presiden, kita ingin katakan bahwa Jokowi sudah tidak berpihak kepada diniyah, Jokowi sudah menipu umat Islam, Jokowi sudah tidak perlu kita pertahankan (buat) 2019," ujar Maman di The Acacia Hotel, Jalan Kramat, Jakarta Pusat, awal pekan ini.