Pengamat: Full Day School itu Cukup Efisien dan Relevan dalam Sistem Pendidikan Nasional
MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - Pengamat Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Bani Saleh, Andriyansyah mengatakan, kinerja menteri baru ini setelah Anies Baswedan di reshuffle masih belum signifikan. Pasalnya, kebijakan Full Day School (FDS) masih terbilang baru.

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - Pengamat Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Bani Saleh, Andriyansyah mengatakan, kinerja menteri baru ini setelah Anies Baswedan di reshuffle masih belum signifikan. Pasalnya, kebijakan Full Day School (FDS) masih terbilang baru.
"Sebab terobosan dalam kebijakan pendidikan yang digelorakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendy dengan sistem Full Day-nya masih terlalu dini," ujar Andri, saat dihubungi Mondayreview,com, Jakarta, Senin (24/10).
Sistem FDS, katanya, yang dicanangkan Mendikbud cukup efisien dan sesuai dengan pendidikan Indonesia. Namun, tetap memiliki dampak positif dan negatif.
"Dampak positif dan negatifnya pasti ada, tapi sejauh ini, saya memandang Full Day itu cukup efisien dan relevan dalam sistem pendidikan nasional. Sebab, Full Day itu sudah sejak lama ada di sekolah, sebelum Mendikbud mengeluarkan kebijakan Full Day di sekolah," jelasnya.
Sistem Full Day School, sambungnya, sudah ada sejak zaman Belanda, contoh konkritnya adalah sistem pendidikan di pesantren. Ia juga menjelaskan dengan adanya FDS anak-anak tidak jadi 'liar' karena berada dalam pengawasan guru di sekolah.
"Dengan adanya Full Day itu agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja. Secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," katanya.
Selain itu, menurut Andri, Kemendikbud perlu membuat gebrakan-gebrakan baru dengan tetap memperhatikan kesejahteraan guru serta merancang kurikulum sesuai perkembangan zaman dan tidak memberatkan guru maupun siswa.
"Buat gebrakan baru dengan lebih memperhatikan nasib kesejahteraan guru dan merancang kurikulum yang lebih relevan untuk masa kini dengan tidak memberatkan siswa serta guru dalam proses belajar mengajar," ucapnya.
Setelah itu, lanjut dia, adakan pelatihan-pelatihan guru, karena guru sebagai ujung tombak pendidikan sangat menentukan berhasiltidaknya suatu pendidikan, ditambah budaya yang bagus di sekolah.
"Sebab terciptanya suatu pendidikan yang diharapkan tidak hanya dari kurikulumnya yang bagus, tapi yang paling menentukan adalah kualitas guru dan kultur sekolahnya," jelas Andri.
Dia berharap Mendikbud dapat memberikan banyak kontribusi besar bagi pendidikan Indonesia, yang paling penting bagaimana caranya mensejahterakan guru tanpa memarginalkan antara guru PNS dan Honorer.
Seperti diketahui, sistem FDS akan diterapkan tahun depan (2017). Mendikbud juga menegaskan para guru PNS dan guru yang sudah mendapat tunjangan profesi wajib memberikan pengajaran selama delapan jam di sekolah. Adapun guru tidak tetap atau honorer menjadi fokus Mendikbud untuk mensejahterakannya.
AHMAD JAMALUDIN