Pengamat Nilai 14 Paket Kebijakan Ekonomi Tak Berjalan Mulus
Pertumbuhan ekonomi belum sesuai dengan target yang telah dijanjikan oleh pemerintah.

MONDAYREVIEW.COM – Kendati pemerintah telah memberikan stimulus melalui 14 Paket kebijakan ekonomi, pertumbuhan ekonomi belum sesuai dengan target yang telah dijanjikan oleh pemerintah. Maka itu, di tahun 2018 nanti pemerintah harus melakukan terobosan dan strategi nyata dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartarti dalam diskusi yang bertajuk “Membaca Rancangan Ekonomi Tahun Depan” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/8).
Sri mengungkapkan jika kita melihat hasil yang telah dilakukan melalui 14 paket kebijkan ekonomi tersebut tidak berjalan mulus. Pasalnya pemasukan dari sektor investasi di tahun 2015 hingga semester I tahun 2017, hanya mencapai 31 persen, bahkan hanya tembus di angka 34 persen.
"Di tahun 2016 kemarin juga masih di 32 persen. Jadi 14 paket kebijakan ini, stimulus nggak mulus. Jadi butuh strategi untuk bisa mencapai apa yang dijanjikan dalam RAPBN 2018 yang disampaikan Presiden di sidang paripurna," jelasnya.
Maka itu, Ia berharap agar di tahun 2018 nanti Pemerintah benar-benar memiliki strategi ekonomi yang cerdas untuk bisa membuktikan janjinya yang tertuang di dalam R-APBN Tahun 2018. Mengingat, target tersebut bukan lagi pertaruhan pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla melainkan tahun pembuktian kepada masyarakat jika keduanya ingin melanggengkan kekuasaan pada 2019 mendatang.
Menurutnya, pemerintah perlu menimbang pilihan strategi untuk mengakselerasi pertumbuhan. Misalnya, dengan melihat apakah lebih efektif memperbesar belanja pemerintah atau memberikan insentif terhadap dunia usaha.
"Persoalannya, ketika target 5,4 persen, postur anggarannya tidak ada terobosan. Strategi yang diusulkan juga tidak ada hal yang spektakuler. Kalau misalnya target hanya dokumen dan tidak mampu terealisasi, yang menjadi korban adalah masyarakat. Misalnya, daya belinya yang menurun atau kesulitan mendapat lapangan kerja,"paparnya.