Pengamat: Kampanye Negatif, Senjata Ampuh Oposisi Untuk Serang Petahana

Pengamat politik Pangi Sayarwi Chaniago menyebut bahwa kampanye negatif adalah senjata yang biasa dipakai oleh oposisi untuk menyerang petahana agar dapat menurunkan elektabilitasnya.

Pengamat: Kampanye Negatif, Senjata Ampuh Oposisi Untuk Serang Petahana
Ilustrasi foto/ISTIMEWA

MONITORDAY.COM - Pengamat politik Pangi Sayarwi Chaniago menyebut bahwa kampanye negatif adalah senjata yang biasa dipakai oleh oposisi untuk menyerang petahana agar dapat menurunkan elektabilitasnya. Hal ini menurutnya karena beberapa kekurangan yang ada dalam suatu kepemimpinan amat mudah dicari titik lemahanya untuk kemudian dimunculkan kepermukaan.

"Negatif campaign adalah senjata ampuh bagi oposisi untuk menyerang petahana/incambent jika dalam pemerintahannya banyak kekurangan dan kelemahan atau membongkar skandal rezim pemerintah yang sulit untuk disembunyikan dan disamarkan," kata Pangi, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, (23/10).

Menurut Pangi, salah satu kemewahan dari kubu oposisi adalah berselancar mencari titik lemah, janji kampanye yang belum ter-tunaikan. Selain itu, mereka juga bisa dengan bebas mengkritisi kebijakan dan program pemerintah yang belum berpihak pada wong cilik.

"Bagi sang penantang, evaluasi kinerja pemerintah menjadi sasaran empuk untuk meninjau sejauh mana capaian, prestasi dan kinerja pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini.

Karena itu, kata dia, kegagalan sekecil apapun pemerintah akan menjadi peluang serta seringkali dimanfaatkan sedemikian rupa untuk men-deligitimasi pemerintah. "Sehingga publik bisa menerima argumen rasional opisisi untuk tidak melanjutkan pemerintahan pada periode berikutnya karena dianggap tidak berhasil," imbuh Pangi.

Meski begitu, kata Pangi, kampanye negatif juga bisa saja dimanfaatkan oleh petahana untuk menyerang oposisi. Menurutnya, dalam sebuah kontestasi politik, tema pembangunan berkelanjutan seringkali menjadi senjata cukup ampuh jika dalam perintahannya terdapat kesuksesan dan prestasi yang membanggakan. 

"Adanya narasi bahwa capaian dan prestasi tersebut akan diabaikan dan tidak menjadi prioritas penantang karena mereka punya visi dan pandangan politik yang berbeda," terangnya.

Selain itu, menurutnya, petahana juga dapat memanfaatkan narasi terkait pengalaman dan prestasi kandidat yang masih minim dari oposisi yang akan menjadi titik lemah. 

"Dua poin ini akan menjadi kelemahan utama penantang jika memang belum ada pengalaman dipemerintahan dan prestasi nyata yang membanggakan yang bisa sejajarkan dengan petahana," ungkapnya.

"Oposisi baru bisa bermain pada frekuensi narasi imajinasi yang 'akan' melakukan ini dan itu, sementara incambent bermain pada narasi sudah melakukan ini dan itu bukan akan ini, menjelaskan semua program/capaian prestasi keberhasilannya sehingga punya korelasi linear terhadap tingkat kepuasan (approval rating) dan ujungnya dongkrak elektabilitas petahana," terang Pangi.