Pengamat Ini Sebut Posisi KSP Bikin Istana Jadi Obesitas

Obesitas pemerintahan Jokowi 2019-2024, lebih gemuk dari periode pertama.

Pengamat Ini Sebut Posisi KSP Bikin Istana Jadi Obesitas
Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago

MONITORDAY.COM - Penambahan posisi Wakil Kepala Staf Presiden (KSP) membuat Istana makin gemuk. Keberadaan posisi baru ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2019 tentang Kantor Staf Presiden.

Menanggapi hal itu, Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, presiden Jokowi  contoh preseden buruk  di tengah agenda pemangkasan birokrasi (reformasi birokrasi).

"Kebijakan ini paradoks, menggapa? Di hadapan anggota MPR pada saat pelantikan beliau berpidato dengan nada optimis akan melakukan pemangkasan birokrasi,  namun struktur birokrasi dilingkaran istana malah semakin gemuk," kata Pangi Syarwi dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (31/12/19).

Menurutnya, saat ini yang paling penting  adalah bagaimana pemerintah menjelaskan manfaat, tugas dan fungsi dari masing-masing posisi dan jabatan baru itu kepada masyarakat, sehingga publik tidak buru-buru curiga.

Bagaimana pun ceritanya, lanjut Pangi, penambahan jabatan atau nomenklatur baru untuk penyokong kinerja presiden pasti akan menambah beban anggaran, juru bicara presiden harus clear menjelaskan ke publik asbabul nuzul urgensi adanya jabatan baru ini.

"Publik wajib mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap termasuk rasionalisasi atas kebijakan tersebut, karena ini sangat erat kaitannya dengan tanggungjawab pemerintah ke publik. Jika tidak ada rasionalisasi yang jelas, Kalau memang ngak ada gunanya kenapa ditambah? “Kira kira kan begitu”," tuturnya.

Lebih lanjut ia menambahkan,  presiden harus menghindari menambah jabatan sebagai bagian dari upaya akomodasi politik semata dan boleh jadi tidak begitu penting penambahan posisi tersebut karena tidak punya korelasi linear terhadap peningkatan kinerja, yang ada hanya pemborosan keuangan negara.

Ia menilai, obesitas pemerintahan Jokowi 2019-2024, lebih gemuk dari periode pertama, mulai dari jabatan staf khusus, staf khusus milenial sebanyak 7 orang, Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sebanyak 8 orang, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIB) sebanyak 8 orang, Wakil Menteri sebanyak 12 orang dan lain-lain, namun yang menjadi pertanyaan apa manfaat semua itu bagi masyarakat?

"Jika akomodasi politik lebih diutamakan ketimbang urgensi maka sesungguhnya presiden berada pada posisi yang lemah dan tidak mampu berkutik menghindar atau melawan tekanan politik. Penambahan struktur dan jabatan strategis di lingkaran presiden harus punya rasionalisasi yang kuat, jika tidak maka presiden akan distempel inkosisten," tutupnya.