Pengalaman Jamaah Dan Pelajaran Umrah Dari Ust. Adi Hidayat. LC
Ibadah umrah merupakan salah satu ibadah yang banyak dilakukan oleh Umat muslim di Indonesia, ibadah umrah kerap diartikan sebagai ziarah atau berkunjung ke kota suci Makkah dan Madinah kemudian berziarah ke tempat tempat bersejarah, terutama makam Rasulullah SAW. Meski berbeda dengan haji, umrah tetap memiliki syarat dan rukun rukun ibadahnya yang mesti dipenuhi.

Ibadah umrah merupakan salah satu ibadah yang banyak dilakukan oleh Umat muslim di Indonesia, ibadah umrah kerap diartikan sebagai ziarah atau berkunjung ke kota suci Makkah dan Madinah kemudian berziarah ke tempat tempat bersejarah, terutama makam Rasulullah SAW. Meski berbeda dengan haji, umrah tetap memiliki syarat dan rukun-rukun ibadahnya yang mesti dipenuhi.
Namun para jamaah yang melakukan Umrah, mereka tidak lagi khawatir dan bingung karena
dalam melaksanakan Umrah, para jamaah biasanya mengikuti arahan ustadz yang membimbing nya dalam beribadah, mulai dari bacaan surat, doa, tata cara beribadah bahkan sampai hal teknis apa saja yang perlu dilakukan oleh para jamaah pada saat beribadah.
Salah seorang jamaah, Muchlas Rowie, membagikan pengalamannya ketika melakukan ibadah Umrah bersama Ustadz Adi Hidayat, salah satu ustadz tanah air yang kini tengah di idolakan oleh banyak orang, karena kepiawaiannya dalam berdakwah, dan menyampaikan ajaran ajaran Islam dengan sangat tegas dan lugas.
Menurut Muchlas Rowie, ada beberapa pelajaran penting yang diajarkan oleh Ustadz Adi Hidayat kepada para jamaah yang di bimbingnya,
Pertama, Umrah harus benar benar diniatkan untuk Ibadah dan karena Allah SWT. Bukan diniatkan untuk tujuan lain terlebih hal-hal yang bersifat duniawi.
Kedua, ustadz Adi Hidayat selalu mengingatkan kepada jamaah untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan ibadah di dua tempat suci, yaitu masjid Nabawi dan Masjidil Haram, karena selebihnya, bukanlah hal yang utama dalam ibadah umrah. Meskipun umrah diartikan sebagai ziarah, tetapi pada hakekatnya, adalah ibadah kepada Allah SWT. Sehingga beliau selalu menekankan kepada jamaah, agar jangan sampai ritual - ritual ibadah di dua masjid suci ummat Islam itu diabaikan begitu saja.
Adapun ibadah apa saja yang dapat dilakukan, selain Ibadah Sholat Wajib Lima Waktu (Maktubat), jamaah disarankan untuk melakukan ibadah - ibadah Sunnah, seperti sholat sunnah Qobliyah, Ba'diyah, Sholat Ghoib, Sholat Tahajjud, Sholat Hajat, dan Sholat Sunnah rawatib yang lainnya.
Ketiga, Utamakan mengunjungi tempat tempat yang makbul dan mustajab atau tempat tempat yang ketika berdoa, diijabah doanya oleh Allah SWT. Beberapa tempat mustajab di Masjidil Haram, diantaranya seperti di roudhah Nabi SAW,
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw , yang diriwayatkan oleh Bukhari, "Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surgaa (HR. Bukhari no. 1196).
Selain itu, ada juga di Multazam, yaitu bagian dinding antara hajar Aswad dengan pintu ka'bah, Hijr Ismail, Belakang Maqom Nabi Ibrahim AS, Sumur Zamzam, Bukit Shafa dan Marwah, dan sebagainya.
Keempat, mengutamakan berdoa ketika pada saat thowaf dan sa'i , dan terakhir Ustadz Adi Hidayat menyarankan kepada jamaah untuk mengambil miqot di Bir Ali dan bagusnya dilakukan di dalam Masjid, bukan diluar masjid
Berdoa Saat Thawaf
Lalu bagaimana cara berdoa pada saat tawaf ? Ustadz Adi Hidayat juga menyampaikan kepada jamaah soal cara berdoa pada saat thawaf, menurutnya pada waktu star thawaf yaitu pada saat lampu berwarna hijau, jamaah sudah dianjurkan untuk langsung mengangkat kedua tangannya kemudian menghadap kearah Ka'bah sambil membaca "Bismillahi Allahu Akbar" dan kemudian dilanjutkan membaca
سُبْحَان اللهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لآ اِلهَ اِلّا اللّهُ، وَ اللّهُ اَكْبَرُ وَلا حَوْلَ وَلاَ قُوَّة ِ الَّا بِاللّهِ
(Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wala haulaa walaa kuwwata illaa billaah)
Artinya: "Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar dan tiada daya maupun tegaga kecuali dengan Allah."
Sampai ke Makam Nabi Ibrahim AS, dan setelahnya dilanjutkan dengan bacaan doa sesuai dengan keinginan masing-masing.
Beliau, ustadz Adi Hidayat, juga tak lupa mengingatkan para jamaahnya untuk tidak pernah henti -hentinya selalu mendoakan Orang tua, dan keluarga. Seperti membaca :
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(Robbana aatina fid dunya hasanah, wa fil aakhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar).
Artinya:” Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka".
Doa tersebut, menurut Ustadz Adi dapat dilafalkan dengan menggunakan bahasa Arab bagi yang mampu dan hafal, tetapi bagi yang tidak hafal dapat juga dilafalkan menggunakan bahasa Indonesia.
Berdoa Saat Sa'i
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ. أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ
(Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk sy’iar agama Allah. Aku memulai sa’i dengan apa yang didahulukan oleh Allah.)
Ketika melakukan ibadah Sa'i, Ustadz Adi Hidayat menyarankan untuk membaca doa doa yang utama, seperti pada saat naik ke bukit Shafa Dan Marwah, dengan membaca
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي ويُمِييْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَه
(Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyiii wayumiitu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wa'dahu manashara 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah)
Artinya:"Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, hanya bagiNya segala kerajaan dan hanya bagiNya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang haq melainkan Dia, tiada sekutu bagiNya, yang menepati janjiNya, yang memenangkan hambaNya dan yang menghancurkan golongan-golongan (kafir) dengan tanpa dibantu siapa pun."
Setelah itu, disunnahkan pula membaca do'a ketika berada diantara Shafa dan marwa, sebagaimana Rasullullah SAW pernah membacanya dahulu,
رب اغفر وارحم واهدني السبيل الاقوم
(Rabbigh fir warham, wahdinis sabiilal aqwaam)
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah dan beri rahmatlah daku, serta tunjukilah daku jalan yang lurus."
Atau riwayat lain, mengatakan Rasulullah SAW ketika Sa'i membaca,
رب اغفر وارحمإنك انت الأعز الأكرم
(Rabigh fir warham, innaka antal a'azzul akram)
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah dan berilah rahmat daku, sungguh Engkau Mahakuat lagi Mahamulia."
Itulah beberapa pelajaran penting yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat LC kepada para Jamaah yang dibimbingnya. Semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang ingin melaksanakan ibadah Haji dan Umrah