Pemerintah Diminta Perhatikan Nasib Guru Ngaji Terdampak Pandemi
Sebelum pandemi, para guru ngaji, kiai, ustadz dan dai kerap diundang masyarakat untuk mengisi pengajian dan semacamnya. Mereka mendapat penghasilan dari masyarakat dan tidak ada gaji tetap.

MONITORDAY.COM - Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto meminta pemerintah memperhatikan nasib guru ngaji terdampak pandemi COVID-19 yang nasibnya kian memprihatinkan.
"Kita pikirkan bersama nasib para dai," kata Yandri dalam Raker DPR-Kemenag yang dipantau dari Jakarta, Jumat. Dia merujuk para guru ngaji yang kini tidak mendapat pemasukan karena sedikit yang meminta jasa mereka saat pandemi COVID-19.
Dia mengatakan sebelum pandemi, para guru ngaji, kiai, ustadz dan dai kerap diundang masyarakat untuk mengisi pengajian dan semacamnya. Mereka mendapat penghasilan dari masyarakat dan tidak ada gaji tetap.
Saat pandemi berlangsung, kata dia, para guru ngaji tidak berpenghasilan bahkan sampai berhutang ke sana ke mari karena tidak ada masyarakat yang meminta jasa mereka.
"Guru ngaji biasa diundang ke TPQ, mushola dan sebagainya. Kini, penghasilan mereka tidak nol tapi minus. Saya dengar dari mereka banyak utang ke sana kemari," katanya.
Selama ini, kata dia, mereka tidak mengharap gaji pemerintah dan memang belum ada. Fenomena serupa juga melanda para pengurus masjid.
"Kalaupun ada gaji dari pemda itu sekenanya. Mungkin ada honor para dai, marbot, tapi saat ini untuk bayar listrik saja masjid susah, jamaahnya tidak ada, biasa ada celengan untuk menghimpun dana tapi saat ini tidak," katanya.
"Marbotnya tidak bisa digaji, listriknya tidak bisa dibayar," kata dia.
Menurut dia, para guru ngaji sejak sebelum Indonesia merdeka memiliki peran untuk mencerdaskan masyarakat dan menjadi agen perdamaian.
"Kalau tidak ada dai, kiai, guru ngaji mungkin negeri ini tidak cerdas dan damai," katanya.
Untuk itu, Yandri dalam kesempatan Raker DPR-Kemenag tersebut mengajak para eksekutif dan legislator untuk dapat mendorong adanya kebijakan yang memperhatikan para guru ngaji sebagai bentuk perhatian kepada mereka.
"Kami mengetuk, kita semua, anggota semua jajaran, kita mungkin tidak bisa menyentuh semua. Tetapi kalau tidak disentuh sama sekali itu salah. Guru ngaji, kiai, marbot, di sini kita penting hadir. Jika ada bantuan agar tepat sasaran, tidak disalahgunakan," katanya.