Pembina Backpacker Teaching Beri Solusi Pendidikan di Tengah Pandemi
Ada sejumlah persoalan pendidikan yang mendasar yang mesti menjadi perhatian bersama. Misalnya, keterbatasan infrastruktur, mutu pendidikan di era COVID-19, rekomendasi pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis daring kedepan.

MONDAYREVIEW.COM - Kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) berimbas pada perubahan paradigma pendidikan nasional. Tak jarang ada persepsi publik, jika kebijakan ini seperti dilema proses pembelajaran ditengah COVID-19.
"Keterbatasan Infrastruktur (online ataupun offline), guru tidak membuat desain pembalajaran dalam proses pembelajaran jarak jauh," ucap Dr. Dirgantara Wicaksono yang sering disapa Bombom (Pembina Backpacker Teaching) kepada mondayreview, rabu (20/5/2020)
Menurut Bombom, ada sejumlah persoalan pendidikan yang mendasar yang mesti menjadi perhatian bersama. Misalnya, keterbatasan infrastruktur, mutu pendidikan di era COVID-19, rekomendasi pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis daring kedepan.
keterbatasan infrastruktur
Bombom yang juga dosen Magsiter Tekhnologi Pendidikan, FIP, UMJ ini pun menguraikan perihal keterbatasan infrastruktur yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang belum terselesaikan. Bagaimana mau mengklaim kebijakan belajar dari rumah adalah pengejawantahan merdeka belajar karena berorientasi pada daring yang low cost hight impact.
Faktanya 83% tidak ada akses internet, 71% tidak ada terhubung listrik, 46% tidak punya perpustakaan. Tragisnya lagi, bagi mereka yang berada diwilayah kota dan kabupaten didaerah Timur Indonesia, para siswa harus menempuh jarak dari rumah mereka yang terpencil ke kabupaten atau kota selama 149 km atau 5 jam. Bisa dibayangkan, kemerdekaan belajar macam apa yang digaungkan jika terjadi demikian.
Dia juga merujuk pada hasil survey internal PGRI terkait pembelajaran berbasis daring yang tidak berkaca pada Kondisi obyektif pendidikan saat ini. Pahit tapi nyata, bahwa baru 45% jaringan internet yang masuk sekolah. Tidak semua siswa yang memiliki gadget .
Terlebih siswa atau pendidik yang tinggal didaerah terpencil bahkan di jawa pun masih ada daerah yang jaringan internetnya seperti dizaman majapahit kareba cuaca dan letak geografis mempengaruhi kualitas koneksi.
Jikalau ada listrik, tegangannya tidak stabil dan sering terjadi pemadaman. Padahal harga listrik cendrung naik dan tidak turun apalagi gratis yang sempat digadang-gadang. Yang ada gratis kegelapan yang dirasakan.
Tidak bisa dipungkiri, kapasitas yang mengelola Tekhnologi Informasi Komputer di sekolah (guru/operator) merangkap tekhnisi belum mumpuni. Sudah jatuh ketimpa tangga karena kapasitas yang belum layak ini diperparah dengan keterbatasan sarana dan prasarana TIK (komputer dan laptop).
Selanjutnya, kurangnya pengetahuan guru dan siswa terhadap portal pembelajaran. Yang ada, media komunikasi seperti media sosial yang lebih sering digunakan.
Survey internal PGRI memperkuat fakta bahwa hanya 16% guru yang siap melakukan pembelajaran online, 46% guru mengenal pembelajaran online, kurikulum dan pelatihan masih berorientasi konten dan plejaran terbiasa face to face relationship.
Tantangan mutu pendidikan di Era COVID-19.
Sistem pendidikan online pun tidak mudah. Di samping disiplin pribadi untuk belajar secara mandiri, ada fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan.
Bagi mereka yang mampu memfasilitasi pendidikan jarak jauh dengan mumpuni, tentu sangat bersyukur. Tapi banyak orangtua murid dan juga tenaga pendidik yang kesulitan, baik dalam menyediakan perangkat belajar seperti ponsel dan laptop maupun pulsa untuk koneksi internet.
Dengan kata lain, sistem pembelajaran online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, menjadi makin melebar saat pandemi.
Kemenaker (20/4) mencatat sudah lebih dari 2 juta buruh dan pekerja formal-informal yang dirumahkan atau diPHK. Dengan kondisi seperti ini, banyak orangtua kesulitan menyediakan kesempatan pendidikan yang optimal bagi anak-anak mereka.
Proses pengadaan barang dan jasa dalam siatuasi darurat harus berkoordinasi dengan LKPP dan BNPB. Belum tersedianya data pelaksanaanpembelajaran jarak jauh berapa persen efektifitas terutama didaerah 3T (Tertinggal, Terpencil dan Terdalam) dan yang belum terjangkau jaringan interet dan listrik.
Pendampingan untuk peserta didik dan keluarga terdampak COVID-19 (positif COVID-19, orang tua yang diphk dst)
Menanggapi tantangan pendidikan daring kedepan, Bombom yang dikenal sebagai pegiat literasi menyarankan perlunya modul sebagai pendmaping belajar siswa, penilaian pendidikan karakter secara terukur, sarana dan prasarana yang memadai untuk siswa dan guru (seperti laptop dan smartphone).
Model belajar pun menggunakan blended learning. Guru lebih mengarahkan siswa agar memiliki kemampuan metakognitif (kesadaran individu terhadapa pemikirannya sendiri, evaluasi mereka terhadap pemikiran itu) dan mengajak radio dan TV swasta untuk berperan aktif dalam pembelajaran daring.