Hijrah Menuju Indonesia Maju
Karena itu hijrah mesti dimaknai sebagai perubahan kualitas diri menjadi lebih baik dan berdaya saing.

MONDAYREVIEW.COM – Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa bukan kebetulan antara HUT RI dan Tahun Baru Islam hanya berbeda 3 hari saja. Dua momentum ini diperingati secara berdekatan seolah memberikan isyarat tentang makna di baliknya. HUT Kemerdekaan RI memberikan kita motivasi untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Sedangkan Tahun Baru Islam mengandung spirit hijrah, yakni berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun pemaknaan lain hijrah adalah sebuah perubahan, dari suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik.
Ada dua kata kunci yang bisa kita dapat dari dua momentum yang berdekatan ini, pertama adalah hijrah, kedua Indonesia maju sebagai cita-cita kemerdekaan. Indonesia maju juga menjadi tema dari peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75 tahun ini. Jika kita gabungkan dua kata kunci ini, maka akan diperoleh frase hijrah menuju Indonesia maju. Suatu frase yang sangat relevan saat ini, dimana anak-anak bangsa seharusnya berubah kepada karakter dan kerja-kerja memajukan Indonesia. 75 tahun bukan waktu yang singkat, sudah cukup lama kita membangun Indonesia. Saatnya Indonesia bisa menjadi salah satu negara maju sejajar dengan negara maju yang sudah ada sebelumnya.
Hijrah selama ini diidentikan dengan pertaubatan seseorang, seringkali seorang artis atau public figure. Mereka yang asalnya jauh dari agama, menjadi berkepribadian agamis. Mereka yang asalnya berpenampilan mengumbar aurat, menjadi menutup aurat. Mereka yang asalnya tidak pernah ikut mengaji, menjadi rutin mengikuti kajian Islam. Makna hijrah seperti ini tentu tidak salah, namun perlu diperluas meliputi hijrah karakter dan wawasan menuju Indonesia Maju. Negara-negara maju bukan negara yang kaya akan sumber daya alam, namun mereka mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif. Karena itu hijrah mesti dimaknai sebagai perubahan kualitas diri menjadi lebih baik dan berdaya saing.
Sayangnya kita masih menemui banyak tantangan terkait upaya-upaya memajukan Indonesia. Salah satunya adalah rendahnya tingkat pendidikan di negara kita. Rata-rata pendidikan rakyat Indonesia adalah sampai kelas 2 SMP. Maka dari itu mayoritas angkatan kerja kita masih menempati sektor-sektor informal dibanding sektor formal. Jika ada yang menempati sektor formal pun maka para investor lebih memilih Vietnam untuk penanaman modal. Kendala lainnya adalah pemerintah yang belum bisa sepenuhnya memberi kedaulatan hukum kepada masyarakatnya. Selain itu korupsi masih menjadi suatu momok bagi para investor yang bermaksud mendirikan usaha di sini.
Namun kita harus optimis, dengan konsep hijrah menuju Indonesia Maju, setiap dari kita masti jadi agen perubahan di dalam diri maupun masyarakat. Perubahan juga harus dimulai dari diri sendiri jika ingin efektif, yakni dengan menjadi teladan dan inspirasi bagi yang lain. Agama melarang kita untuk mengatakan sesuatu yang tidak kita lakukan. Mari kita berhijrah dengan lebih substantif, tidak sebatas merubah penampilan, melainkan juga meningkatkan karakter. Tidak hanya bertaubat dari maksiat, namun bisa menjadi pribadi yang lebih baik.