PeduliLindungi Cepat Nyatakan Positif Namun Lamban Negatif

PeduliLindungi Cepat Nyatakan Positif Namun Lamban Negatif
Aplikasi PeduliLindungi

MONITORDAY.COM - Sejak awal peluncurannya pada 27 Maret 2020, Aplikasi PeduliLindungi yang dikembangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika mendapat ragam masukan dan kritik keras dari masyarakat.

Mulanya PeduliLindungi adalah aplikasi pelacak Covid-19 yang digunakan secara resmi untuk pelacakan kontak digital di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, aplikasi ini kemudian memiliki banyak fitur tambahan, di samping fungsi pelacakan.

Pelacakan ini berguna untuk mengetahui apakah seseorang pernah berada dekat dengan kasus suspek, konfirmasi, dan kontak erat. Di tengah upaya pemerintah untuk terus mengintensifkan testing, tracing, dan treatment (3T) sebagai bagian dari upaya keras dalam menangani pandemi Covid-19. 

Fitur tambahan yang kemudian dikembangkan di antaranya, layanan konsultasi dokter dari jarak jauh, atau dikenal sebagai teledokter, dan pendaftaran vaksinasi dan pengunduhan sertifikat vaksinasi juga dapat dilakukan melalui aplikasi ini. 

Aplikasi Peduli Lindungi seyogyanya menjadi superaps sebagai sarana masuk ke ruang publik dan urusan perjalanan bisnis. 

Namun, sayangnya aplikasi ini tidaklah secanggih yang diharapkan, aplikasi besutan Kominfo bekerja sama dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian BUMN ini belum menjawab solusi dari kebutuhan masyarakat. Belum lagi risiko dan kabar betapa mudahnya aplikasi ini dibobol para pengepul data.

Terbaru, aplikasi PeduliLindungi dinilai lamban dalam merespon hasil tes swab yang diinput. Hasil tes swab baik antigen atau pun PCR yang tidak dapat otomatis diperbarui di aplikasi super ini.

Banyak suara kelompok masyarakat menuntut perbaikan. Rosadi -nama samaran- warga Jakarta Garden City, Jakarta Timur. Seminggu lalu dia dinyatakan positif Covid-19 bersama anak laki-lakinya. Ini kali kedua dia terpapar virus Covid-19 varian Omicron.

Karena sudah divaksin dua kali, Rosadi bisa pulih lebih cepat. Lalu, setelah menjalani tes pada 7 Februari, ia dinyatakan negatif. Kendati begitu hasil yang tertera di Aplikasi Peduli Lindungi menyatakan dirinya masih positif. Alhasil, semua rencana dan urusan yang disusun rapi ambyar semua.

Apa yang dialami Rosadi maupun banyak warga lainnya jelas sangat membahayakan dan juga merugikan banyak orang. Banyak masyarakat yang mengeluhkan hasil tes swabnya sudah negatif, namun di aplikasi masih terbaca hitam karena masih terdeteksi sebagai pasien positif Covid-19. Jelas ini menghambat produktivitas masyarakat dalam bekerja.

Salah seorang sumber Monitorday yang bekerja sebagai tenaga kesehatan, mengatakan tidak optimalnya Aplikasi PeduliLindungi bekerja membuat banyak orang yang sengaja tidak mengupdate status tes PCR-nya ke aplikasi demi menghindari kesalahpahaman data.

Akal-akalan ini malah jadi problem baru. Kemenkes seperti mengajak warganya untuk tidak patuh pada tegaknya peraturan. 

Alasan Kementerian Kesehatan merespon lambatnya update informasi ini terdengar kelewat sederhana kalau tidak mau terbilang konyol; kesalahan data entry.

Banyak laboratorium kesulitan dalam menginput data. Kesalahan pekerjaan administrasi seperti ini justru membuka banyak kelemahan aplikasi yang dibesut gabungan empat lembaga negara ini.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin saat melakukan Keterangan Pers Ratas Evaluasi PPKM mengatakan Lonjakan angka tes menjadi keladi error-nya kinerja aplikasi.

"Kita biasanya itu tes 250-300 ribu per hari tesnya. Kemarin naik sampai 500 ribu, jadi banyak lab yang masih kesulitan untuk masukin datanya ke Peduli Lindungi,” jelas Menkes Budi.

Untuk itu, solusi dari Kementerian Kesehatan adalah laboratorium-laboratorium besar tidak perlu melakukan data entry duplikasi, sehingga koneksi online bersifat short-cut, langsung masuk ke PeduliLindungi.

Namun begitu, dari banyaknya kasus ini mengungkapkan ketidaksiapan pemerintah dalam mengakomodasi kepentingan warga negara. 

Di era digital ini, membangun sistem informasi yang baik, benar, dan terintegrasi merupakan tuntutan yang penting dan sangat mendesak. Kita harusnya malu, ketika negara lain sudah membicarakan Metaverse, Revolusi Industri 5.0, dan sejenisnya. 

Di sini, problem data entry untuk sebuah aplikasi yang terintegrasi saja belum selesai