Pasca-Reuni 212, Timses Jokowi Disarankan Harus Lebih Jeli Membaca Peluang
Pasca digelarnya aksi reuni Akbar 212, kubu Jokowi disarankan untuk segera berbenah, dan merancang manuver baru, karena pada aksi yang diklaim diikuti oleh jutaan umat Islam itu dinilai telah berhasil 'dipegang' oleh kubu Prabowo Subianto.

MONITORDAY.COM - Pasca digelarnya aksi reuni Akbar 212, kubu Jokowi disarankan untuk segera berbenah, dan merancang manuver baru, karena pada aksi yang diklaim diikuti oleh jutaan umat Islam itu dinilai telah berhasil 'dipegang' oleh kubu Prabowo Subianto.
Hal ini dikatakan oleh pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago. Ia mengatakan bahwa kesan anti-Islam yang melakat pada Jokowi selama ini dipertegas dengan adanya Aks Reuni 212 ini. Pasalnya oleh panitia Jokowi batal diundang, dan Prabowo yang hadir dijadikan sebagai tamu kehormatan dalam aksi tersebut.
“Momentum politik sudah berlalu dan Prabowo mendapat poin istimewa. Selain Prabowo menemukan momentumnya dan berhasil melakukan konsolidasi politik menjelang hajatan pilpres lima tahunan,” kata Pangi, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/12).
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menilai, sulit untuk menyebut aksi reuni 212 bukan gerakan politi. Pasalnya Penolakan secara halus dengan pelbagai alasan penyelenggara reuni 212 sehingga tidak jadi mengundang Jokowi dalam reuni tersebut merupakan unsur politik yang ada dalam aksi berbalut reuni tersebut.
Pangi menegaskan, unsur politik akan hilang jika Jokowi dan Prabowo hadir dalam reuni tersebut, menyusun kata dan diksi yang meneduhkan, menyejukkan dan menyematkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Karena itu, terkait Pilpres 2019, Pangi menejelaskan, karena pemerintah terkesan membiarkan kriminalisasi terhadap ulama dan penistaan agama terus berlanjut, sehingga memantik gerakan reuni massa 212 terulang dan nampaknya akan terus membesar sampai menemukan titik momentumnya. yang jelas, kata Dia, massa reuni 212 anti tesis dari Jokowi, mereka menyampaikan pendapat, pikiran, aspirasi dan berkumpul dalam peristiwa tersebut.
Ia menambahkan, ketidak-hadiran Jokowi dalam reuni 212 tentu sangat merugikan dirinya, di mana panggung "gratis" umat Islam menjadi milik Prabowo, alumni 212 dan umat Islam semakin solid menguatkan dukungannya pada Prabowo karena soal sikap dan keberpihakan Prabowo terhadap umat.
“Tidak bisa dinafikan show of force reuni 212 mengerdilkan Jokowi, acara peringatan Maulid Nabi di Mesjid Istiqlal dihadiri sedikit orang. Jokowi tidak bisa menandingi ghiroh reuni 212. Lagi-lagi langkah keliru, salah langka (jebakan batman) menggapa Jokowi harus menghadiri hajatan Maulid Nabi di Mesjid Istiqlal yang waktunya bersamaan dengan konsolidasi massa reuni 212,” terangnya.
Semestinya, Kata Pangi, Jokowi jangan membiarkan panggung "besar" umat Islam tersebut dinikmati Prabowo. Dengan kehadiran Jokowi dapat dipastikan panggung itu akan menjadi miliknya layaknya aksi 212 terdahulu, semua sorot mata dan kamera akan tertuju pada Jokowi, Prabowo hanya akan menjadi pelengkap saja.
Tidak hanya itu, Pangi melanjutkan, kehadiran Jokowi dalam reuni tersebut bisa menjadi pertimbangan kembali sebagian massa reuni 212 memilih Jokowi. Namun setelah Jokowi tidak hadir dalam peristiwa monumental reuni 212, sudah dipastikan massa reuni 212 dan umat Islam semakin mantap meninggalkan Jokowi.
Meski begitu, Pangi mengatakan, bahwa momentum politik sudah berlalu dan Prabowo mendapat poin istimewa. Selain Prabowo menemukan momentumnya dan berhasil melakukan konsolidasi politik menjelang hajatan pilpres lima tahunan. Karena itu, Jokowi dan timnya harus mengakui kepiawaian dan kemahiran tim lingkaran Prabowo menggoreng sintemen dan berselancar dengan papan isu.
“Tidak ada kata lain selain tim Jokowi segera berbenah diri dan lebih jeli membaca fenomena dan peristiwa penting hajatan politik jika tidak ingin terus-terusan tergilas oleh kuatnya arus yang meng-inginkan perubahan,” ungkapnya.