Pangan Lokal dan Keragaman Pangan

MONITORDAY.COM - Pangan menjadi isu penting kala populasi dunia semakin padat. Disamping itu juga ancaman perubahan iklim semakin nyata hingga pandemi yang semakin kita rasakan saat ini. Ketersediaan dan distribusi pangan menjadi masalah besar bagi penduduk dunia.
Salah satu langkah strategis dalam membangun ketahanan pangan adalah diversifikasi pangan. Kemampuan masyarakat semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhan pangan yang beragam dengan memperhatikan pengelolaan usaha secara efektif dan efisien.
Berkembangnya aneka produk olahan pangan lokal yang berkualitas dan bermutu. Dengan pengetahuan dan kearifan yang semakin tinggi, konsumen pangan semakin bijak dalam mencari dan memilih ragam kebutuhan pangannya. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan aspek kesehatan.
Salah satu masalah distribusi pangan terjadi karena ketergantungan pada komoditas tertentu sebagai sumber pangan utama. Misalnya beras dan terigu (gandum). Sebagai negara kepulauan Indonesia menghadapi masalah logistik nasional yang sangat menantang. Disparitas harga komoditas masih relatif tinggi meski berbagai kebijakan menyangkut logistik telah dicanangkan.
Keragaman pangan dan pangan lokal seharusnya semakin mendapatkan tempat terutama menyangkut makanan pokok. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Dengan berbagai riset dan inovasi teknologi pangan lokal harus dikembangkan baik dari sisi budi daya maupun tata niaga.
Beberapa ragam jenis pangan lokal antara lain Ketela Pohon, Garut atau Arairut, Sukun, Jagung, Sagu, Kentang, Ubi Jalar, Talas. Modifikasi tepung ketela pohon telah melahirkan produk unggulan yang dikenal dengan Mocaf. Produk inovasi ini memiliki sejumlah keunggulan sebagai sumber pangan sehat hingga diproyeksikan dapat bersaing dengan terigu.
Produk pangan lokal tentu dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam. Upaya ini tentu akan saling melengkapi dengan langkah-langkah Pemerintah membangun food estate atau lumbung pangan, pembangunan bendungan dan irigasi, serta langkah-langkah dalam modernisasi pertanian.
Pangan lokal juga terkait dengan Pangan Segar. Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan. Kedekatan antara produsen pangan dengan end-user tentu menjadi salah satu kata kunci disamping manajemen rantai pasok pangan yang optimal.
Upaya lain termasuk dengan memanfaatkan teknologi. Dengan terbatasnya ruang gerak yang disebabkan oleh pandemi, tak ayal sebagian masyarakat menjadi enggan ke pasar tradisional untuk memperoleh bahan pangan. Beberapa pelaku usaha telah mampu menghadirkan layanan ini. Dengan rantai pasok yang semakin efisien tentu petani sebagai penghasil komoditas akan mendapatkan hasil yang bersaing. Jika tak memanfaatkan teknologi, pangan lokal pun akan tergilas bahkan oleh pangan impor.
Dalam skala kecil tanaman pangan dapat dikembangkan melalui Pertanian Urban. Di satu sisi, dengan adanya pandemi, masyarakat kini menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Beberapa jenis kebutuhan pangan lokal dapat dibudidayakan sendiri. Hal ini dapat menjadi pemicu kampanye penggunaan pangan lokal dan kemandirian pangan bagi masyarakat perkotaan. Jika kultur pangan lokal, segar, dan bervariasi tumbuh maka ekosistem pangan lokal dapat terbangun.
Salah satu kunci dalam kampanye pangan lokal adalah kemampuan menambah Ragam Olahan. Pangan lokal akan naik gengsinya bila ragam olahan dapat dikembangkan semaksimal mungkin.
Beberapa komditas pangan lokal juga perlu dikembangkan dengan bijak. Misalnya tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka sehingga namanya sering kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di pesisir. Sagu dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam olahan lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mi.
Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia). Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan (menyulitkan distribusi).